Sumatera Barat sebagai wilayah yang tidak sepenuhnya mendukung negara Pancasila?
Kita mengenal Puan Maharani sebagai sosok politisi yang lembut. Tidak pernah bicara dengan nada lantang. Jarang berkata kasar apalagi sampai menyakiti hati sekelompok masyarakat. Tidak. Mbak Puan sama sekali tidak memiliki karakter itu. Tapi mengapa, tiada angin tiada hujan, tiba-tiba Mbak Puan bisa mengeluarkan kalimat berprasangka "kasar" bahwaKetika jadi Ketua Fraksi maupun jadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tidak sekalipun kalimat kasar yang menjurus rasial keluar dari seorang Puan Maharani. Bahkan, secara personal Mbak Puan memiliki sifat yang 11 12 dengan ibundanya, Megawati Soekarnoputri. Sabar, lapang dada dan taktis. Kemiripan sifat itulah yang membuatnya pantas disebut sebagai penerus Mega bahkan digadang-gadang sebagai calon presiden di tahun 2024.
Di forum yang sama, maksud yang sama tapi yang diucapkan sangat berbeda antara Mbak Puan dan Ibu Megawati. Mari kota simak ucapannya Mbaki Puan, "Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila." Sementara kalimatnya Ibu Megawati, "Kalau saya melihat, seperti Sumatera Barat, itu saya pikir 'kenapa, ya, rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDIP meskipun sudah ada beberapa daerah yang mau, yang meminta, katakan sudah ada DPC-nya, DPD-nya'. Tapi kalau untuk mencari pemimpin di daerah tersebut mengapa, kok, masih agak sulit."
Kalimat tersebut sama-sama bermaksud untuk membakar semangat kader PDIP di sana agar memenangi Pilkada tahun ini. Kalimat yang diucapkan Megawati sangat berkelas, menunjukkan posisinya sebagai politisi ulung. Namun kalimat yang dilontarkan Mbak Puan penuh emosional, bukannya membangkitkan semangat tapi justru mendowngrade kader-kader yang ada di sana.
Pilihan kalimat seseorang memang mencerminkan dengan siapa dia bergaul. Bukan hanya ucapan, kawan bergaul juga sangat memengaruhi tindakan. Terlebih sebagai politisi, kawan sangat menentukan ke mana arah ditentukan. Jika Ibu Megawati, dengan siapa dia bergaul bisalah dengan mudah kita telisik. Yang paling utama orang yang bergaul dengan Ketua Umum PDIP itu adalah Sekjen-nya yakni Hasto Kristianto. Sosoknya lembut, pandai membaca situasi politik, tidak emosional dan cerdas. Maka tidak heran juika semenjak Hasto jadi Sekjen, Ibu Megawati lebih bersikap sabar, lebih intelek dan lebih terlihat santai. Begitu pula ketika Sekjen dipegang Tjahjo Kumolo. Ibu Megawati merupakan sosok keibuan yang melindungi anak-anaknya.
Lantas, siapa orang yang saat ini dekat dengan Mbak Puan? Yang sampai bisa memengaruhi Mbak Puan berkata-kata kasar, bertindak emosional tanpa pertimbangan jauh ke depan? Sayangnya penulis tidak kenal seluk beluk pergaulan sehari-hari sang Ketua DPR RI? Atau siapa orang yang saat ini jadi tangan kanannya. Yang jelas, sang tangan kanan itu akan sangat memengaruhi sifat sampai sikapnya Mbak Puan? Menguntungkan atau merugikan? Kalau masih saja seperti ini, bukan tidak mungkin kebesaran PDIP yanmg telah susah payah dibangun Ibu Megawati akan kembali terjerembab dan ditinggalkan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H