Mohon tunggu...
Humaniora

"Learning By Doing", Upaya Melatih "Life Skill" bagi Anak Berkebutuhan Khusus

19 April 2018   08:14 Diperbarui: 19 April 2018   08:29 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membahas mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah membahas mengenai suatu ke'unikkan', betapa tidak dalam satu gangguan saja begitu banyak perbedaan dan keunikkan yang dimiliki oleh masing-masing ABK. Keunikkan ini memang harus disyukuri sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada kita untuk ditelaah dan dididik sehingga menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan bermanfaat bagi mahluk lainnya. 

Tentunya dalam proses mendidik ABK bukanlah perkara yang mudah bagi kita sebagai guru maupun orangtua, namun berbagai macam tantangan harus kita tempuh demi berkembangnya dengan baiknya anak-anak yang dititipkan kepada kita. Tantangan tersebut membuat kita menjadi matang dan memiliki inovasi dan kreatifitas lebih dalam mendidik anak-anak kita, bukan sebaliknya justru dapat membuat kita menjadi frustasi terhadap apa yang kita kerjakan.

Salah satu kemampuan yang 'wajib' kita ajarkan terhadap ABK adalah life skill, yaitu kemampuan yang dibutuhkan ABK kelak ketika mereka sudah besar dan hidup ditengah masyarakat, baik kemampuan bina diri maupun kemampuan-kemampuan lainnya yang dipergunakan secara mandiri dalam dunia kerja.

Life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Mengajarkan life skill  kepada ABK  kita mulai dari hal yang paling realistis untuk mereka lakukan, misalkan ajarkan anak kita kemampuan-kemampuan dasar dalam membina diri (self help), seperti toileting, memakai pakaian, makan dan minum, mandi, menyikat gigi (hygiene). 

Setelah itu kembangkan secara bertahap kepada skill  yang lebih tinggi lagi yang membutuhkan kesiapan diri lebih kompleks. Kita bisa mengajarkan kepada anak-anak kita aktifitas-aktifitas keseharian di rumah seperti merapihkan tempat tidur, menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan meja makan dll. 

Dalam melatih aktifitas ini kita harus melibatkan orang lain yang berada dalam satu rumah, hal ini dimaksudkan selain life skill yang akan diraih maka interaksi sosial antara ABK dengan lingkungan sekitar akan terbentuk. Lakukanlah aktifitas ini secara rutin, dan perlu diingat bahwa yang terbentuk dalam proses belajar ABK adalah mereka Belajar Sambil Melakukan ( Learning By Doing). 

Kalaulah anak-anak "normal" belajar bisa melalui berbagai macam 'sarana' baik melalui kecakapan kognitif, afektif dan psikomotoriknya yang beragam maka ABK juga bisa memaksimalkan fungsi tersebut, hanya saja harus melalui proses pembiasaan yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya. Sangat perlu diingat oleh kita bahwa ABK tidaklah dapat menguasai berbagai macam keterampilan dalam waktu yang sama, artinya cukuplah kita mengajarkan kepada mereka sesuatu yang memang menjadi minat dan bakat mereka (satu atau dua kemampuan saja), yang terpenting adalah konsistensi kita dalam mengembangkan minat dan bakat ABK tersebut. 

Bukan bermaksud mengecilkan kemampuan ABK, akan tetapi demi untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya menjadi nilai guna yang sangat bermanfaat di kehidupannya kelak setelah dewasa dan terjun di masyarakat. Semoga langkah-langkah kecil yang kita lakukan secara konsisten dan berkesinambungan dapat mengembangkan anak-anak kita menjadi pribadi yang mandiri dan tidak tergantung dengan oranglain dengan bekal yang diberikan. 

Pendidikan berkebutuhan khusus menganut prinsip-prinsi pedagogi yang sehat yang dapat menguntungkan semua anak. Berbagai kondisi anak dengan segala perbedaannya adalah normal dan oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, bukannya anak yang disesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses belajar. Pembelajaran yang berpusat pada anak akan lebih efektif dan menguntungkan bagi semua pihak, khususnya bagi anak secara keseluruhan. 

Di dalam sekolah inklusif, anak yang berkebutuhan khusus seyogyanya menerima segala dukungan tambahan yang mereka butuhkan untuk menjamin efektifnya pendidikan mereka. Sekolah inklusif ini juga merupakan alat yang paling efektif untuk membangun karakter anak bagi anak yang berkebutuhan khusus, juga akan menumbuhkan solidaritas antara anak berkebutuhan khusus dengan teman-teman sebayanya.

Mempunyai hak-hak yang sama dan layak merupakan keinginan oleh setiap orang yang hidup didunia ini tak lain halnya dengan para ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang ada disekitar kita, terutama untuk mendapatkan hak-hak yang sama dan layak pada dunia pendidikan, mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak hanya diperuntukan oleh para mereka yang hidupnya normal melainkan hak tersebut juga berhak diberikan oleh semua kalangan terutama pada ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun