Mohon tunggu...
iqbal muhammad
iqbal muhammad Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa jurusan teknologi industri pertanian institut pertanian bogor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Balada si Supir Angkot

14 Desember 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya Udin si supir angkot, nama lengkap saya Udin. Layaknya kebanyakan teman saya yang bernama Udin, saya seorang supir angkot, namun bukan berarti semua orang bernama Udin adalah seorang supir angkot. Saya ingin bercerita kepada kamu tentang saya, tentang kegundahan hati seorang supir angkot, yang duduk 15 jam sehari dalam angkot dikurangi duduk di warkop atau main gapleh sampai pagi, bukan berarti semua supir angkot bernama Udin duduk 15 jam sehari juga.

Dulu, sewaktu kecil, saya punya cita-cita menjadi seorang dokter, namun Ibu bilang buat apa saya jadi dokter, Amin si anak komplek jual mobilnya buat masuk Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Depok. Pikir ulang saya, kembali saya ke Ibu, bilang saya mau jadi tentara. Ibu bilang jangan jadi tentara, badan kurus kerempeng kurang gizi mau jadi tentara. Saya pikir ulang mau jadi polisi, Ibu bilang jangan jadi polisi, saudaraku tidak ada yang kenal polisi, dibaca mereka pun bakalan tidak formulirku. Aku mau belajar Ibu !!, aku mau pintar !! Pintar tidak bikin perutku kenyang !!! pasti itu kata Ibu.

Akhirnya, saya menjadi supir angkot, setelah bang Udin versi lain tapi dari profesi yang sama ajarkan aku bawa mobil. Awalnya cita-cita menyerempet jadi supir ambulan pun tak apa lah ! tak jauh juga jadi dokter, jadi supir jenazah pun akan kulakoni !!!Lha, SIM A saja saya ga punya, gimana mau ngelamar, sayang duit buat SIM, pakai jalur normal ? hingga aku punya cucu ga akan tembus, mau nembak ? mending buat beli rokok sama makan 10 hari !!

Akhirnya, sekitar 6 tahun dan 3 bulan serta 12 hari yang lalu saya telah ditahbiskan menjadi seorang supir angkot hingga saat yang tidak ditentukan.

Andai kalian tahu, sulit rasanya menjadi supir angkot,ngetem nunggu penumpang adalah hal paling berat yang harus kami lakukan, tiap pagi hingga sore jadi bulan-bulanan klakson kendaraan bermotor, mulai dari roda dua hingga roda enam, mulai dari anak SD hingga tua renta, dari tukang becak hingga pejabat di atas sana. Sumpah serapah pun tak luput buat panas telinga kami, layaknya kami manusia paling hina dan sebodoh-bodohnya keturunan Adam adalah kami. Apa boleh buat, kalau ga ngetem, kapan aku makan ?

Ya ! saya si supir angkot yang keahliannya hanya menyetir, bikin polusi baik dari knalpot mobil dan rokokku ini, bikin macet jalan, bikin habis kesabaran penumpang, dan saya punya keahlian khusus membuat jengkel pengendara lain. Apa bole buat ? demi kejar setoran yang sisanya buat makan.

Melalui tulisan sumbang ini saya sampaikan permintaan maaf saya kepada para siswa, mahasiswa, pekerja, dan para penumpang yang "terpaksa" setia dengan armada angkot. Kami sadar betul terkadang menjadi penyebab utama keterlambatan kalian ke tempat kerja, sekolah, kampus, dan apapun tujuan kalian. Saya sadar betul lho atas perbuatan saya tersebut, tapi apa boleh buat, selain buat kejar setoran yang sisanya buat makan.

Kepada para pejabat Negara yang terhormat, dengan khidmat dan tanpa khianat kami pun minta maaf, telah membuat kalian menjadi objek empuk para kritikus, lawan politik, dan masyarakat karena sudah menjadi masalah selama kalian jadi menjabat, walau kami tak mampu kalian babat karena rezeki kami pun kalian embat !!! bayar trayek masuknya dompet pejabat, tak bisa dipungkiri jalanan makin hari makin padat ! TOBAAT !!

Tapi tak bisa kami pungkiri, apalah kami tanpa kalian, kami ga bisa makan tanpa kalian, bagaimana bisa kami merasakan rokok yang jadi satu-satunya kemewahan yang dapat kami beli dan kami biasa hisap diselang waktu ngetem kami, menjadi senjata terampuh kami melupakan kesulitan hidup untuk sementara, memperpendek umur kami, semoga kami tidak mati durjana. Kami sadar dan kami rela kok jadi objek sumpah serapah, caci maki, dan personifikasi penghuni kebun binatang. Ya mau bagaimana lagi, demi ngejar setoran yang sisanya buat makan dan membantu negara menafkahi para polisi dan petugas DLLAJ kita seenggaknya, walau ga kesampean jadi polisi !

nb: penulis bukanlah seorang supir angkot, penulis hanya berakting menjadi supir angkot ketika menulis tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun