Mohon tunggu...
masnib
masnib Mohon Tunggu... lainnya -

Lebih atau kurang rezeki harus dirayakan dengan secangkir kopi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Lakukan 5 Langkah Sepele, Bila Mendaki Gunung

20 Januari 2015   16:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama-sama sampah rumah tangga, yang satu memberi manfaat yang lain memberi masalah. Padahal hanya beda tempat. Satu di rumah, satu di gunung. Yang di rumah, hampir semuanya bisa di manfaatkan asal mau memilah-milah. Yang di Gunung, siapa yang mau memilah-milah. Untuk melawan hawa dinginsaja kerepotan, malah mikir sampah. Di rumah, seorang yang terbiasa hidup jorok masih mau membersihkan sampah kalau kebetulan ada tukang rosok lewat. Di gunung, si Jorok akan semakin jorok karena mustahil ada tukang rosok lewat. Seperti itulah gambaran mengapa di semua Gunung favorit, sampah selalu menjadi masalah. Yang terbiasa hidup bersih di rumah saja belum tentu melakukan hal yang sama saat di Gunung, apalagi yang memang dari bibitnya sudah jorok. Bahkan saking lazimnya pendaki membuang sampah sembarangan, keluar ucapan menarik dari seorang pecinta alam yang kebetulan ngobrol saat pendakian Tahun Baru kemarin: “ Untuk tahu jalur Merbabu, gampang Mas... ikuti saja sampah yang berserakan pasti akan sampai Kenteng Songo. Tapi kalau misalnya jalur yang sampean lewati bersih dari sampah, itu namanya tersesat”. Super sekali. Kalau kenyataannya seperti itu, apa yang bisa di bantah.

Mengamati jenis sampah yang ada di Gunung sebenarnya tidak se banyak varian sampah yang ada di rumah. Dari tahun ke tahun, ya hanya itu-itu saja: botol kemasan, tissue, bungkus mi instant besertadengan bungkus bumbunya, bungkus cemilan dan sejenisnya. Terlihat sepele bukan? Tapi jangan lupa, yang sepele bila di abaikan pun bisa merusak kenikmatan penglihatan. Selfi di Padang savana pasti akan di ulang ketika tahu di belakang kita terlihat bekas bungkus rokok. Dan itu wajar karena mindset orang, Gunung itu ya hijau. Orang tak mau tahu mengapa banyak sampah di Gunung. Terkadang karena merasa sudah membayar, dengan tanpa beban mereka membuang sampah semaunya, toh nanti di bulan ini sampai Maret selalu ada agenda bersih-bersih Gunung.

Berikut ini Lima langkah sepele yang bisa di lakukan untuk menjaga kebersihan Gunung :

1.Memakai Cargo Pant.

Adalah celana yang mempunyai banyak saku. Celana ini banyak di pakai oleh pekerja lapangan. Saku-saku besar yang menempel di kiri kanan depan belakang, bukan diperuntukkan untuk menyimpan gadget atau tempat minum tapi di alih fungsikan untuk sampah plastik kering seperti bungkus permen, bekas tissue, sisa guntingan mi instan dan lain-lain. Ingat, hanya untuk sampah kecil dan kering. Sampah seukuran bungkus mi instan tentu tidak di anjurkan di masukkan di sini karena akan mengganggu kenyamanan pendakian.

[caption id="attachment_365244" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Foto: Pribadi"][/caption]

2.Selalu ada plastik klip di keril.

Adalah plastik yang biasa di pakai oleh apotik untuk membungkus obat generik. Plastik ini mempunyai pengancing/klip yang apabila mengunci maka akan kedap air. Di Gunung, plastik ini berfungsi sebagai tempat sampah basah misal tissue basah, sisa pembungkus bumbu mi instan, susu sachet dan lain-lain. Sampah yang terkumpul di plastik ini harus bisa masuk di salah satu saku keril, bukan di saku celana.

3.Kresek Kecil.

Walaupun kresek adalah musuh lingkungan (karena tidak bisa membusuk), orang akan maklum jika memang masih penuh guna. Di samping bisa di lipat, kresek juga ringan dan mudah lumer jika di bakar. Di Gunung berfungsi sebagai tempat sampah kering berukuran besar.

4.Membawa tempat air sendiri.

Boleh jerigen atau plastik khusus untuk tempat air. Hindari air dalam kemasan karena jika air telah habis. Botol kemasan cenderung terbuang begitu saja. Penggunaan tempat minum yang bisa di lipat jika air habis , sangat di anjurkan.

5.Satu hal yang pasti tidak boleh di lupakan adalah korek.

Membakar sampah yang telah kita kumpulkan dari no. 1 – 3, adalah ritual wajib jika akan meninggalkan Gunung. Namun membakar sampah di Gunung ada aturannya. Harus di tunggu sampai tak tersisa bara api sediktpun. Bila perlu di injak-injak sampai yakin betul sudah padam. Jangan percaya begitu saja jika ada pendaki menghalangi pemadaman dengan alasan untuk menghangatkan badan.

[caption id="attachment_365246" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber :Foto Pribadi"]

14217225441392941299
14217225441392941299
[/caption]

Barangkali ada yang bisa ditambahkan, mungkin akan bisa melengkapi tulisan ringan ini. Paling tidak niat baik untuk selalu menjaga lingkungan bisa di wujudkan. Saya teringat saat usia SD sudah di sosialisasikan tentang “An Nadhofatu Minal Iman” yaitu kebersihan sebagian dari iman. Jadi, anggap saja dalam kegiatan pendakian ada amalan Iman, semacam Pendakian Syariah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun