Mohon tunggu...
masnib
masnib Mohon Tunggu... lainnya -

Lebih atau kurang rezeki harus dirayakan dengan secangkir kopi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kebersamaan Itu Butuh Pengorbanan

15 Januari 2014   10:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebersamaan itu lebih bernilai ketika harus ada yang dikorbankaan. Saat aku ingin mengisi liburan dengan sesuatu yang berkesan untuk keluarga maka aku korbankan pekerjaanku yang belum selesai untuk fokus pada liburan. Demikian pula ketika kebersamaan diperuntukkan ke teman atau sahabat, bukan saja  pekerjaan yang untuk sementara harus aku tinggalkan tapi kelurga pun dengan berat  hati harus aku abaikan dulu. Begitulah seharusnya hukum alam itu dimana akan selalu dihadapkan pada pilihan yang berat, yaitu harus ada yang akan ditinggalkan untuk memaknai kebersamaan.   Maka sungguh egois bila dalam kebesamaan itu aku masih melakukan sesuatu yang lain yang dampaknya tidak fokus dalam proses kebersamaan itu. Misalnya pernah dalam suatu piknik bersama istri dan anak, aku ikutkan pula si ‘lapy’ dengan harapan dua tiga pulau terlampaui. Namun hasilnya satu pulaupun tak ku dapat karena terkesan seperti memindahkan meja kerja saja.

Kalau Sabtu kemarin tiba-tiba saja para sahabat mengajak (mirip) wisata ke Pantai Pacitan, pasti terbayang jelas berantakannya rencana kerja yang telah aku susun. Pundi-pundi yang akan masuk dompet pun ikut tertunda. Yang tersulit tentu saat harus menukar kebersamaan keluarga di akhir pekan dengan ‘keluarga’ yang lain. Apalagi ketika pilihan jatuh ke Pacitan, Biyuh..mbok ke Bromo  aja to. mbatin.

Tapi demi jiwa korsa maka dimulailah kebersamaan itu dari satu niat: Kumpul-kumpul.  Destinasi akhir tidaklah jadi prioritas jadi tak akan ada tulisan misalnya “Pengalamanku di  Pantai Teleng, Pantai Kalayar,Rumah Pak SBY dan Goa Gong”.

Saat OTW, tak semulus yang di angankan. Gangguan yang umum terjadi di jalanan adalah macet. Tapi ini kan  kota kecil mana mungkin macet sampai berjam-jam. Ternyata oh ternyata ada pelebaran jalan.

[caption id="attachment_306083" align="aligncenter" width="300" caption="Pelebaran Jalan"]

1389752385392789563
1389752385392789563
[/caption]

Jadi tahu teknik pelebaran jalan di tempat yang salah satu sisi adalah tebing sedang di sisi yang lain adalah sungai. Tebing dikepras sekian meter, sedang hasil keprasan dibuang ke sungai.

[caption id="attachment_306086" align="aligncenter" width="300" caption="Tebing yang terkepras"]

13897529001752534582
13897529001752534582
[/caption] [caption id="attachment_306087" align="aligncenter" width="300" caption="Tebing dan Sungai"]
1389753054756332214
1389753054756332214
[/caption]

Sebenarnya bukan di buang sih tapi ditampung sementara karena bongkahan batu hasil ‘kerajinan beckhoe' tadi akan diangkut lagi untuk reklamasi pantai,  sedang batuan kecil akan terbuang dengan sendirinya saat sungai mengalir deras. Itu kata wanita cantik warga Pacitan yang ku temui.

Kembali ke topik, dua jam di dalam mobil ‘mogok’, logikanya tentu membosankan tapi karena kebersamaan tadi semua terasa baik-baik saja. Di benakku hanya  bercengkerama, makan bareng dan kalau sempat bergosip (Laki perempuan sama saja soal bergosip bedanya laki tak pernah kebablasan.gender banget) Bahkan ketika skenario diluar naskah, gak masalah. Itu terjadi saat sampai pelabuhan ternyata sepi. Tak ada aktifitas di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) padahal hangout ke daerah pesisir tidak afdol tanpa bakar-bakaran. Andai sesuai rencana sampai di TPI langsung ikut lelang untuk dibakar. Informasi dari para nelayan memang bulan ini cuaca kurang mendukung utuk nelayan melaut. Yasudah mancing saja.

[caption id="attachment_306088" align="aligncenter" width="300" caption="Mancing Bareng"]

13897533471277393172
13897533471277393172
[/caption]

Hampir 10 jam terhitung mulai Isyak sampai Subuh, dari 5 mata kail, tak ada yang mampu menarik para ikan untuk sekedar mencicipi umpan kami. Aku berpikir simpel sajalah : Apes. Beda jauh dengan ‘mancing mania’ yang 30 menit sudah berteriak ‘strike’ berkali-kali. Untuk mengisi ‘apes’ tadi aku sempatkan untuk sesuatu yang tak lazim yaitu sun rise di laut

[caption id="attachment_306090" align="aligncenter" width="458" caption="Lazimnya Sunrise di Gunung"]

13897535461443467851
13897535461443467851
[/caption]

Penasaran untuk secepatnya menikmati acara bakar-bakaran, aku memutuskan untuk kembali ke TPI. Suasana masih sepi untuk ukuran siang hari.  Dari 8 ‘counter’ yang ada, hanya satu yang melakukan aktifitas menunggu datangnya nelayan lokal (nelayan yang mencari ikan di sekitaran pantai) ditambah seorang nenek yang memilih menjual langsung ke pembeli.

[caption id="attachment_306092" align="aligncenter" width="300" caption="TPI yang sepi karena nelayan libur musim barat"]

1389753907422190824
1389753907422190824
[/caption] [caption id="attachment_306097" align="aligncenter" width="300" caption="Pencari Nafkah"]
1389754309144004251
1389754309144004251
[/caption]

Tak lupa aku sempatkan melihat-lihat suasana pelabuhan di siang hari.

[caption id="attachment_306100" align="aligncenter" width="502" caption="Pelabuhan di Siang Hari"]

13897545002011831488
13897545002011831488
[/caption]

Dan akhirnya kebersamaan itu terbayar sudah setelah kami mendapatkan ikan yang representatif untuk 7 nyawa yang sudah mulai kelaparan.

[caption id="attachment_306109" align="aligncenter" width="300" caption="Siap Eksekusi"]

13897552592020658854
13897552592020658854
[/caption] [caption id="attachment_306110" align="aligncenter" width="300" caption="Siap Berebut Dengan Kucing"]
1389755309219418383
1389755309219418383
[/caption]

Dan saatnyaParty….

[caption id="attachment_306111" align="aligncenter" width="300" caption="Acara Inti : Kebersamaan"]

13897554441107438604
13897554441107438604
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun