Kebersamaan itu lebih bernilai ketika harus ada yang dikorbankaan. Saat aku ingin mengisi liburan dengan sesuatu yang berkesan untuk keluarga maka aku korbankan pekerjaanku yang belum selesai untuk fokus pada liburan. Demikian pula ketika kebersamaan diperuntukkan ke teman atau sahabat, bukan saja pekerjaan yang untuk sementara harus aku tinggalkan tapi kelurga pun dengan berat hati harus aku abaikan dulu. Begitulah seharusnya hukum alam itu dimana akan selalu dihadapkan pada pilihan yang berat, yaitu harus ada yang akan ditinggalkan untuk memaknai kebersamaan. Maka sungguh egois bila dalam kebesamaan itu aku masih melakukan sesuatu yang lain yang dampaknya tidak fokus dalam proses kebersamaan itu. Misalnya pernah dalam suatu piknik bersama istri dan anak, aku ikutkan pula si ‘lapy’ dengan harapan dua tiga pulau terlampaui. Namun hasilnya satu pulaupun tak ku dapat karena terkesan seperti memindahkan meja kerja saja.
Kalau Sabtu kemarin tiba-tiba saja para sahabat mengajak (mirip) wisata ke Pantai Pacitan, pasti terbayang jelas berantakannya rencana kerja yang telah aku susun. Pundi-pundi yang akan masuk dompet pun ikut tertunda. Yang tersulit tentu saat harus menukar kebersamaan keluarga di akhir pekan dengan ‘keluarga’ yang lain. Apalagi ketika pilihan jatuh ke Pacitan, Biyuh..mbok ke Bromo aja to. mbatin.
Tapi demi jiwa korsa maka dimulailah kebersamaan itu dari satu niat: Kumpul-kumpul. Destinasi akhir tidaklah jadi prioritas jadi tak akan ada tulisan misalnya “Pengalamanku di Pantai Teleng, Pantai Kalayar,Rumah Pak SBY dan Goa Gong”.
Saat OTW, tak semulus yang di angankan. Gangguan yang umum terjadi di jalanan adalah macet. Tapi ini kan kota kecil mana mungkin macet sampai berjam-jam. Ternyata oh ternyata ada pelebaran jalan.
[caption id="attachment_306083" align="aligncenter" width="300" caption="Pelebaran Jalan"]
Jadi tahu teknik pelebaran jalan di tempat yang salah satu sisi adalah tebing sedang di sisi yang lain adalah sungai. Tebing dikepras sekian meter, sedang hasil keprasan dibuang ke sungai.
[caption id="attachment_306086" align="aligncenter" width="300" caption="Tebing yang terkepras"]
Sebenarnya bukan di buang sih tapi ditampung sementara karena bongkahan batu hasil ‘kerajinan beckhoe' tadi akan diangkut lagi untuk reklamasi pantai, sedang batuan kecil akan terbuang dengan sendirinya saat sungai mengalir deras. Itu kata wanita cantik warga Pacitan yang ku temui.
Kembali ke topik, dua jam di dalam mobil ‘mogok’, logikanya tentu membosankan tapi karena kebersamaan tadi semua terasa baik-baik saja. Di benakku hanya bercengkerama, makan bareng dan kalau sempat bergosip (Laki perempuan sama saja soal bergosip bedanya laki tak pernah kebablasan.gender banget) Bahkan ketika skenario diluar naskah, gak masalah. Itu terjadi saat sampai pelabuhan ternyata sepi. Tak ada aktifitas di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) padahal hangout ke daerah pesisir tidak afdol tanpa bakar-bakaran. Andai sesuai rencana sampai di TPI langsung ikut lelang untuk dibakar. Informasi dari para nelayan memang bulan ini cuaca kurang mendukung utuk nelayan melaut. Yasudah mancing saja.
[caption id="attachment_306088" align="aligncenter" width="300" caption="Mancing Bareng"]
Hampir 10 jam terhitung mulai Isyak sampai Subuh, dari 5 mata kail, tak ada yang mampu menarik para ikan untuk sekedar mencicipi umpan kami. Aku berpikir simpel sajalah : Apes. Beda jauh dengan ‘mancing mania’ yang 30 menit sudah berteriak ‘strike’ berkali-kali. Untuk mengisi ‘apes’ tadi aku sempatkan untuk sesuatu yang tak lazim yaitu sun rise di laut
[caption id="attachment_306090" align="aligncenter" width="458" caption="Lazimnya Sunrise di Gunung"]
Penasaran untuk secepatnya menikmati acara bakar-bakaran, aku memutuskan untuk kembali ke TPI. Suasana masih sepi untuk ukuran siang hari. Dari 8 ‘counter’ yang ada, hanya satu yang melakukan aktifitas menunggu datangnya nelayan lokal (nelayan yang mencari ikan di sekitaran pantai) ditambah seorang nenek yang memilih menjual langsung ke pembeli.
[caption id="attachment_306092" align="aligncenter" width="300" caption="TPI yang sepi karena nelayan libur musim barat"]
Tak lupa aku sempatkan melihat-lihat suasana pelabuhan di siang hari.
[caption id="attachment_306100" align="aligncenter" width="502" caption="Pelabuhan di Siang Hari"]
Dan akhirnya kebersamaan itu terbayar sudah setelah kami mendapatkan ikan yang representatif untuk 7 nyawa yang sudah mulai kelaparan.
[caption id="attachment_306109" align="aligncenter" width="300" caption="Siap Eksekusi"]
Dan saatnyaParty….
[caption id="attachment_306111" align="aligncenter" width="300" caption="Acara Inti : Kebersamaan"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H