Mohon tunggu...
purwo nugroho
purwo nugroho Mohon Tunggu... Seniman - Statistician, Martial Artist, Accounting

simple person sesimple hati dan pikirannya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Dinikahi bila "Segelnya" Rusak

18 Februari 2011   03:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

melihat judul diatas semua pasti berpikir , segel apa? kita langsung saja garis besarnya yakni virginity, yup itulah segelnya .tapi apakah masih bisa?di tengah zaman yang sudah semakin liar sebagaimana liarnya imajinasi saya. tema ini kayaknya bisa dibilang sudah basi banget.. toh pada dasarnya semua berbalik ke individu masing masing, semua punya hak mengemukakan pendapatnya dan pada garis besarnya toh masih ada juga yang mempermasalahkan "segel"ibu ibu belanja ke supermarket masih juga lihat kemasan, suatu hal yang masih menjadi budaya yang menarik dan wajib dicerna.lalu sejauh mana kita memandang " kemasan" dari segel yang jadi topik?

Budaya ketimuran yang cenderung masih dipengaruhi doktrin rasa risih dan juga doktrin agama dan kesopanan merupakan pembentuk pola pikir  yang sebagian orang bilang "kolotan". tapi sejauh mana pola pikir ini mempengaruhi sendi kehidupan bangsa kita.mari kita sedikit telaah..

kolotan yang bersarikan budaya tabu sebenarnya sudah ada jauh sebelum peradaban berkembang pesat, sistem kemasyarakatan manusia telah membentuk budaya tabu dari gesekan gesekan rasa malu yang muncul dan rasa tidak di inginkan.lah terus munculnya berbagai agama dan ajarannya otomatis pun membuat budaya tabu semakin mendapat tempatnya berkembang dan akhirnya mendarah daging.

kebudayaan yang terus tumbuh ditimpali dengan budaya budaya lain menimbulkan suatu pemahaman baru dan terus menciptakan suatu bentuk kebudayaan baru, nah salah satu bentuknya adalah tidak adanya lagi rasa risih, tabu karena menganggap hal itu sudah biasa" padahal mereka berpikir dan melihat dengan sudut pandang yang berbeda" toh kalaupun mau disatukan itu adalah hal yang aneh karena memang bertolak belakang.

bagusnya gimana ? ya seperti yang di awal tadi saya katakan.. kita semua punya pemahaman masing masing.. punya rasa tanggung jawab sebagai manusia toh apapun yang kita lakukan nantinya berpulang kembali pada kita. yang jadi masalah ya kita harus bersiap dengan semua resiko yang timbul akibat keputusan kita. apalagi soal"segel"

toh wanita sebagai pemilik segel punya pikiran dan saya yakin mereka mampu menggunakan pikirannya dengan benar dan siap dengan resiko toh bagi saya semua itu gag masalah, segel itu cuma semalam ..selepas malam itu ya takkan ada ada lagi segelnya..udah dilepas dan dirusak..

lagipun jika kita udah mendapat segel yang rusak juga gada masalah toh yang paling penting tuh komunikasi dan penerimaan kekurangan pasangan sebagai salah satu bentuk rasa cinta :P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun