Aku mencoba mengevaluasi tulisanku setelah dua minggu aktif kembali di kompasiana ini. Mungkin teman-teman penulis perlu juga melakukan hal ini. Minimal sebagai sarana pengisian ulang kembali sumber-sumber ide dan gagasan dalam pikiran kita. Jika tidak dilakukan, aku sangat khawatir terjadi kejenuhan yang memuncak. Dan jika hal itu terjadi, maka tulisan kita pasti akan mengalami kedodoran dalam kualitas.
Ternyata homebase tulisankudi Fiksiana. Ini kolom daya angan. Di sini ada puisi, cermin, cerpen, novel, dongeng dan drama. Aku tak paham tulisan apa yang termasuk kategori cermin. Dongeng menurutku terbiasa secara lisan dikisahkan, bukan untuk dituangkan secara tertulis. Aku belum pernah menulis naskah drama, karena menurutku tulisan semacam itu hanyalah pantas dilakukan oleh kalangan penggiat teater saja.
Yang paling sulit di sini menurutku adalah menulis novel. Tingkat konsentrasi, konsistensi dan presisinya harus tinggi. Bagiku yang menulis sekedar hobi dan pengisi waktu luang, mungkin ini adalah tantangan yang terberat. Bagaimana pun juga, aku takjub dengan penulis-penulis novel di kompasiana. Mereka bagaikan seniman panggung Broadway yang selalu mementaskan drama yang sama setiap harinya selama puluhan tahun tanpa pernah kehilangan rasa bosan. Sedangkan aku hanyalah penulis novel coba-coba. Aku menulis novel untuk diapresiasi dan dikomentari. Sayang sekali sampai saat ini tak ada yang berkomentar apa-apa tentang novelku. Jadi aku berkesimpulan bahwa novelku tidak layak lagi untuk diteruskan di kompasiana ini.
Menulis bagiku hanya exercise agar otot tangan dan syaraf kepala kita tambah lentur. Jika kita sering melakukannya, dijamin tulisan kita bebas timbunan lemak dan bahan-bahan beracun.
Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H