Pertanyaannya adalah apakah guru yang sudah tersertifikasi benar-benar sudah memiliki kualitas yang baik untuk mengajar? Ataukah hanya sebagai pernyataan di atas kertas yang disertai dengan penambahan uang saku, namun tidak ada perubahan apa-apa dalam metode mengajar? Masalah ini perlu dipikirkan dengan serius.Lagi-lagi, kita harus melihat sistem kualifikasi guru di negara lain. Kali ini penulis mengambil contoh sistem kualifikasi di Jepang.
Untuk menjadi guru di Jepang sangatlah sulit. Pertama, para calon guru harus menjalani kuliah di universitas keguruan untuk mendapat lisensi guru. Kalau tidak masuk ke dalam universitas keguruan, mereka harus menjalani semacam kursus yang diselenggarakan oleh badan pemerintah Jepang, yang bisa mengeluarkan lisensi untuk menjadi guru.
Setelah itu, untuk menjadi guru di daerah tertentu, mereka harus mengikuti tes yang dilaksanakan setiap daerah. Di Jepang standarisasi setiap daerah berbeda, karena itu setiap daerah mengeluarkan ujian sendiri untuk calon guru yang berminat di daerahnya. Misalnya, untuk mengajar di kota Tokyo, mereka harus mengikuti ujian khusus untuk menjadi guru di kota tersebut. Biasanya para calon guru di Jepang melamar di beberapa daerah, sebagai cadangan bila ternyata mereka tidak lulus ujian di daerah pertama.
Setelah mendaftar, maka calon guru harus mengikuti dua kali ujian. Yang pertama tes tertulis. Kalau lulus, mereka harus mengikuti ujian wawancara. Bila keduanya lulus, maka calon guru tersebut akan dipilihkan sekolah tempat mereka akan mengajar nantinya, oleh pejabat pendidikan di kota tersebut.
Selain itu, setiap sepuluh tahun, para guru harus kembali mengikuti pelatihan dan kembali mengikuti ujian sertifikasi untuk menjadi guru. Hal ini penting agar setiap guru tetap memiliki pengetahuan yang up to date, tetap belajar hal-hal yang baru di dunia pendidikan. Ini murni untuk peningkatan kualitas mengajar para guru, dan kualitas pendidikan secara umum. Jadi tidak ada hubungannya dengan kenaikan gaji.
Terakhir, adanya pergantian guru-guru senior yang sudah memiliki banyak pengalaman ke berbagai sekolah, agar guru-guru lain bisa belajar dari pengalaman mereka. Dengan cara ini, kualitas belajar mengajar di sekolah-sekolah setiap daerah menjadi merata.
3. Sarana dan Prasarana
Kualitas sarana fisik pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Potret buruk sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih dapat ditemukan dimana-mana. Baca di sini.
Sarana dan prasarana sebagaimana kita ketahui adalah salah satu penunjang kegiatan belajar mengajar, kondisi sarana dan prasarana mempengaruhi kualitas pendidikan seorang anak didik. Apalagi anak didik yang masih dijenjang sekolah dasar. Anak pada usia sekolah dasar mengalami pertumbuhan karakter awal yang akan membentuk jati diri anak sebagai generasi baru suatu bangsa. Oleh karena itu, kondisi pendidikan anak di sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian yang serius dan menjadi fokus pemerintah untuk perbaikan sarana dan prasarana, sehingga para siswa, guru, kepala sekolah dan komponen pendidikan lainnya bisa mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik untuk peningkatan kualitas pendidikan kita. Penulis melihat bahwa sebenarnya pemerintah sudah mencoba yang terbaik untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia ini, namun kita (rakyat) sendiri lah yang memberatkan pemerintah itu sendiri. Banyak dari masyarakat yang mengkorupsi dana yang seharusnya buat biaya perbaikan sarana dan prasarana. Lalu, banyak dari siswa-siswi yang minat belajarnya masih rendah. Terlihat ketika bermain HP di dalam kelas, mencontek saat ujian, mengobrol saat guru menerangkan. Harapan penulis kepada pemerintah adalah semoga pemerintah dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, baik kurikulumnya, gurunya maupun sarana dan prasarananya.  Dan kepada masyarakat, jangan selalu protes sama pemerintah jika kita sendiri masih banyak yang salah.
"Education is the most powerful weapon we can use to change the world" - Nelson Mandela
Source:
- Salahnya Sistem Pendidikan di Indonesia
- Pearson Education
- Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
- Kualitas Guru di Indonesia Masih Banyak Yang Rendah
- Peningkatan Kualitas Guru, Belajar dari Sistem Jepang
- Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Pendidikan di Indonesia
- Perbaikan Sarana dan Prasarana Sekolah