Kedai kopi masih sepi pagi ini
Seperti biasa aku memesan hot cappucinno kesukaanku
Aku pesan yang light saja pada sang barrista
Karena kadang lambungku berontak dialiri strong coffee
Dan pilihanmu tentu saja strong house blend black coffee
"... pilihanmu memang selalu macho..."
Kami pun memilih duduk di bangku kayu di sudut kedai
Biasanya kami langsung membuka laptop dan hanya sesekali bicara dari balik layar
Tapi pagi ini kami sengaja belum menyentuh laptop masing masing
Berteman dua cangkir kopi
Celoteh pun mengalir dari bibirmu seperti gerbong kereta api
Tentang pajak 10%, tentang berita politik yang aku banyak ketinggalan, dan tentang pub di Inggris yang sering kamu datangi dulu.
Dire Straits yang menemani obrolan kami pun tak luput dari celotehmu
Aku hanya menimpali ceritamu sesekali
Selebihnya aku sibuk dengan pikiranku sendiri
"...sudah lama kita gak ngobrol seperti ini...aku suka..."
Teguk demi teguk kopi mengalir seiring cerita cerita pagi
Tak terasa habis sudah...
"kita pesan satu cangkir lagi baru kita kerja" begitu katamu
Aku pun menghampiri sang barista dan memesan 2 cangkir kopi lagi
Sengaja aku pesan yang sama seperti tadi
Biasanya aku sempatkan ngobrol dengan Barista yang ramah itu untuk memilih biji kopi yang ku mau dan bertanya tanya rasa yang enak
kali ini aku tak mau menghabiskan waktu ngobrol dengan barista
aku ingin cepat cepat kembali ke meja ku
dan mendengarkan lanjutan celotehmu
"...pagi ini I was so in the mood...tentunya Karena kopi dan celotehmu..."
Kami pun mulai membuka laptop
Berdiskusi, membuat perencanaan, dan berbagi peran
Lalu mulailah sibuk dengan laptop masing masing
Sesekali selalu kusempatkan melirikmu dari balik layar
"...aku selalu nyaman kerja ditemani kamu..."
Berkali kali kamu ambil smartphone mu
Hatiku berdesir
Lututku lemas
Perutku mual
Mood aku pun mulai turun lagi
Fokusku berantakan
"...ah...dia lagi kah yang kamu kirimi pesan di WhatsApp..."
Aku berusaha menghibur diri dalam hati
Ini kan hanya meredam kegaduhan, seperti yang selalu kamu bilang
Ingin sekali bertanya
Betulkah komunikasi dengan dia tidak intense tiap hari
Haruskah aku percaya kamu, atau percaya intuisiku
Tapi kamu pasti marah dan tidak suka dicurigai
"...ah aku tak mau merusak hari yang berawal manis ini..."
Akhirnya aku putuskan untuk berusaha fokus kerja saja
Dengan hati yang berdesir
Dengan lutut yang lemas
Dengan perut yg mual
Melihatmu dengan smartphone mu
Dan gundah itu masih berlanjut
Hingga sore...
Hingga malam...
Karena setiap kali kamu habis kirim pesan WhatsApp untuk ku
Tidak berapa lama aku lihat status WhatsApp dia pun online
Apa artinya ini...
Aku dan Dia dikirim pesan pada saat yang bersamaan kah?
"...Too many coincidence...Should I trust you or trust my intuition..."
Kalau memang hanya untuk meredam gaduh
Aku bisa terima kok...
"You don't need to hide it if what you said is true... as I truly can accept it, unless you actually do...."
@contrast_coffee
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H