Mohon tunggu...
Srikandhi
Srikandhi Mohon Tunggu... -

Paint My Sky...will You?

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pagi...Kopi..., dan Kamu

9 Januari 2018   21:51 Diperbarui: 15 Januari 2018   20:43 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedai kopi masih sepi pagi ini

Seperti biasa aku memesan hot cappucinno kesukaanku

Aku pesan yang light saja pada sang barrista

Karena kadang lambungku berontak dialiri strong coffee

Dan pilihanmu tentu saja strong house blend black coffee

"... pilihanmu memang selalu macho..."

Kami pun memilih duduk di bangku kayu di sudut kedai

Biasanya kami langsung membuka laptop dan hanya sesekali bicara dari balik layar

Tapi pagi ini kami sengaja belum menyentuh laptop masing masing

Berteman dua cangkir kopi

Celoteh pun mengalir dari bibirmu seperti gerbong kereta api

Tentang pajak 10%, tentang berita politik yang aku banyak ketinggalan, dan tentang pub di Inggris yang sering kamu datangi dulu.

Dire Straits yang menemani obrolan kami pun tak luput dari celotehmu

Aku hanya menimpali ceritamu sesekali

Selebihnya aku sibuk dengan pikiranku sendiri

"...sudah lama kita gak ngobrol seperti ini...aku suka..."

Teguk demi teguk kopi mengalir seiring cerita cerita pagi

Tak terasa habis sudah...

"kita pesan satu cangkir lagi baru kita kerja" begitu katamu

Aku pun menghampiri sang barista dan memesan 2 cangkir kopi lagi

Sengaja aku pesan yang sama seperti tadi

Biasanya aku sempatkan ngobrol dengan Barista yang ramah itu untuk memilih biji kopi yang ku mau dan bertanya tanya rasa yang enak

kali ini aku tak mau menghabiskan waktu ngobrol dengan barista

aku ingin cepat cepat kembali ke meja ku

dan mendengarkan lanjutan celotehmu

"...pagi ini I was so in the mood...tentunya Karena kopi dan celotehmu..."

Kami pun mulai membuka laptop

Berdiskusi, membuat perencanaan, dan berbagi peran

Lalu mulailah sibuk dengan laptop masing masing

Sesekali selalu kusempatkan melirikmu dari balik layar

"...aku selalu nyaman kerja ditemani kamu..."

Berkali kali kamu ambil smartphone mu

Hatiku berdesir

Lututku lemas

Perutku mual

Mood aku pun mulai turun lagi

Fokusku berantakan

"...ah...dia lagi kah yang kamu kirimi pesan di WhatsApp..."

Aku berusaha menghibur diri dalam hati

Ini kan hanya meredam kegaduhan, seperti yang selalu kamu bilang

Ingin sekali bertanya

Betulkah komunikasi dengan dia tidak intense tiap hari

Haruskah aku percaya kamu, atau percaya intuisiku

Tapi kamu pasti marah dan tidak suka dicurigai

"...ah aku tak mau merusak hari yang berawal manis ini..."

Akhirnya aku putuskan untuk berusaha fokus kerja saja

Dengan hati yang berdesir

Dengan lutut yang lemas

Dengan perut yg mual

Melihatmu dengan smartphone mu

Dan gundah itu masih berlanjut

Hingga sore...

Hingga malam...

Karena setiap kali kamu habis kirim pesan WhatsApp untuk ku

Tidak berapa lama aku lihat status WhatsApp dia pun online

Apa artinya ini...

Aku dan Dia dikirim pesan pada saat yang bersamaan kah?

"...Too many coincidence...Should I trust you or trust my intuition..."

Kalau memang hanya untuk meredam gaduh

Aku bisa terima kok...

"You don't need to hide it if what you said is true... as I truly can accept it, unless you actually do...."

@contrast_coffee

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun