Rendi adalah seorang mahasiswa yang baru saja menyewa sebuah kamar kos murah di daerah tua kota. Rumah itu berusia puluhan tahun, dengan lantai kayu berderit dan dinding yang dipenuhi lumut. Pemilik kos memberitahunya bahwa kamar yang ia tempati dulunya kosong selama bertahun-tahun. Tidak ada yang berani menyewa, katanya dengan setengah bercanda. Namun Rendi tidak peduli; harganya terjangkau, itu yang terpenting.
Malam pertama di kamar itu, Rendi merasa ada sesuatu yang aneh. Setiap kali ia berjalan di lantai kayu, suara berderit terdengar lebih keras dari seharusnya, seolah-olah lantainya berongga. Ia mengabaikan hal itu, berpikir bahwa bangunan tua memang sering membuat suara aneh.
Namun, pada malam ketiga, hal yang lebih ganjil terjadi. Saat Rendi sedang belajar, ia mendengar suara berbisik. Suara itu begitu pelan, namun jelas berasal dari bawah lantai kayu di kamarnya. Ia menghentikan aktivitasnya dan mencoba mendengarkan lebih seksama. Awalnya, hanya ada sunyi. Namun beberapa saat kemudian, suara itu muncul lagi, "Tolong... keluarkan aku..."
Rendi terkesiap. Ia bangkit dari kursinya dan melihat ke sekeliling, memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Tapi tidak ada siapapun di kamar selain dirinya. Suara itu datang lagi, kali ini lebih jelas, "Tolong aku..."
Suara itu terus terdengar, seperti terjebak di dalam ruang sempit. Rendi merasa bulu kuduknya meremang. Ia berjongkok, menempelkan telinganya ke lantai. Suara bisikan itu semakin kuat. "Aku di sini... Di bawahmu..."
Dengan gemetar, Rendi mencari senter dan mulai meneliti lantai kamarnya. Ketika ia menyingkirkan karpet lusuh yang menutupi sebagian lantai, ia menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga. Ada papan kayu yang terlihat longgar di tengah-tengah ruangan. Dengan hati-hati, ia mengangkat papan itu, dan bau busuk langsung menyergap hidungnya.
Di bawah lantai, ada ruang kecil yang tersembunyi. Dalam kegelapan, ia melihat sesuatu. Sesosok tubuh... atau lebih tepatnya kerangka manusia yang terbungkus pakaian lusuh. Rendi terperanjat, mundur dengan napas terengah-engah. Tapi yang lebih menakutkan adalah... kerangka itu tampak menghadap ke atas, seolah pernah berusaha memukul-mukul papan lantai, mencari jalan keluar.
Rendi tak sempat berpikir lebih jauh, karena tiba-tiba, suara bisikan itu berubah menjadi jeritan yang menggema di seluruh kamar. "AKU DI SINI! KELUARKAN AKU!"
Lampu di kamar tiba-tiba padam, meninggalkan Rendi dalam kegelapan total, hanya ditemani oleh jeritan yang terus terdengar dari bawah lantai. Suara itu begitu dekat, seolah-olah sesuatu sedang merayap ke arahnya.
Esok paginya, pemilik kos menemukan kamar Rendi kosong. Pintu terbuka lebar, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Rendi. Yang tersisa hanyalah papan lantai yang terbuka, dan bau busuk yang menyelimuti ruangan itu.
Tidak ada yang tahu kemana Rendi pergi. Tapi beberapa penghuni kos bersumpah, mereka bisa mendengar bisikan pelan dari dalam kamar itu. "Aku di sini... Di bawahmu..."