PERANAN DAN TANTANGAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM MENGHADAPI KASUS DBD DI INDONESIA
BHINNY MUZAKYA QUMAIROH/191241014
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DBD (Demam Berdarah Dengue) sampai saat ini masih menjadi momok yang paling meresahkan bagi dunia Kesehatan di Indonesia. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai perantaranya. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh wilayah di Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, seluruh wilayah yang ada di Indonesia mempunyai resiko yang cukup besaruntuk terjangkit penyakit DBD satu ini.
Meningkatnya kasus DBD di beberapa wilayah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor iklim, lingkungan, maupun perilaku. Iklim menjadi satu dari beberapa tantangan untuk tenaga kesehatan masyarakat dan juga pemerintah dalam menangani endemi satu ini. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kasus DBDdi beberapa wilayah Indonesia khususnya di DKI Jakarta adalah curah hujan, suhu, dan kelembaban. Secara kompleks suhu berhubungan dengan DBD, karena nyamuk Aedes akan hidup dengan baik pada suhu idealnya, yaitu kisaran 20 C dan 30 C. Peningkatan suhu juga berpotensi mempercepat perkembangbiakan nyamuk dan mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Pada suhu dan kelembaban tertentu, nyamuk betina selamat dua kali lipat lebih banyak sehingga menghasilkan lebih banyak telur. Dalam kasus ini peningkatan produksi telur dapat berpotensi mempengaruhi kepadatan jumlah nyamuk.
Faktor lingkungan dan perilaku penyebab DBD dapat kita kendalikan dengan cukup mudah apabila dibandingkan dengan faktor iklim. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat adalah kunci untuk menanggulangi endemi ini. Di sisi lain peran tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan masyarakat sangat diperlukan sebagai upaya preventif dalam pencegahan kasus DBD. Dengan adanya pressure dari tenaga kesehatan masyarakat akan dapat mempengaruhi perubahan sikap maupun perilaku masyarakat, sehingga memungkinkan untuk terjadinya penurunan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue. Tenaga kesehatan masyarakat secara langsung memberikan penyuluhan dan terlibat dalam kegiatan pencegahan DBD, seperti melakukan fogging, pembagian kelambu berinsektisida dan membagikan bubuk Abate kepada masyarakat.
Sebagai upaya promotif, preventif, dan kuratif DBD program kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan masyarakat, dan masyarakat sangatlah diperlukan, sebagai contoh yaitu Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus. Dalam program ini pemerintah berperan sebagai pengawas dalam pelaksanaannya. Sedangkan tenaga kesehatan masyarakat berperan sebagai garda yang turun langsung berhadapan dengan masyarakat untuk menyukseskan program PSN 3M Plus ini. Dan diharapkan masyarakat dapat menerapkan dengan baik dan maksimal agar terjadi penurunan angka kasus DBD di beberapa wilayah di Indonesia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwasannya peran dari tenaga atau petugas kesehatan masyarakat sangat berpengaruh dalam pengurangan jumlah kasus DBD di Indonesia. Ditambah dengan banyak dari sebagian masyarakat di Indonesia mulai aware dengan kesehatan masing-masing, maka kasus DBD dapat dengan mudah untuk dikendalikan. Dan semoga kedepannya masyarakat dapat selalu berperan aktif dalam beberapa kegiatan maupun program pencegahan DBD yang diadakan oleh tenaga kesehatan masyarakat dan pemerintah, seperti pemantauan jentik nyamuk secara berkala dan gerakan PSN 3M Plus.
KATA KUNCI : DBD, Kesehatan, Masyarakat, Nyamuk, Tenaga