Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Komisi Ekonomi Dan Bina Kesejahteraan Umat menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) dengan tema "Membangun Ekosistem Halal Menuju Yogyakarta Sebagai Pusat Halal Indonesia" pada Selasa, 26 November 2024 di Hotel Burza Jogokariyan Yogyakarta.
Hadir sebagai narasumber dalam acara ini adalah Drs. Tazbir Abdullah, M.Si, selaku Penasehat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY dan Kepala Dinas Pariwisata DIY 2014, Drs. H. Syafarudin Alwi, M.S., yang merupakan dosen Universitas Islam Indonesia (UII), Direktur BPRS UII Habib, S.E., Ustadz Jazir ASP yang merupakan DKM Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. yang merupakan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY, dan Dr. Riduwan, Dosen Keuangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Prof Edy dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki peran kunci bagi perekonomian Indonesia, dimana UMKM pada 2023 berperan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 61 persen terhadap Gross Domestic Product (GDP) dan mampu berkontribusi menyerap 97 persen tenaga kerja.
"Di DIY, UMKM memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 79,6 persen pada 2020," tambah Rektor Universitas Widya Mataram ini.
"Secara nasional jika dilihat dari literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia 2024, masih sedikit masyarakat Indonesia yang paham dan menggunakan keuangan syariah, padahal keuangan syariah menawarkan keadilan, jauh dari praktik riba, dan banyak manfaat yang dapat diterima UMKM," ungkap mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
"Dengan adanya perubahan tren terhadap permintaan produk halal yang naik, tentu ini menjadi peluang bagi perkembangan UMKM syariah di DIY dan dengan semakin banyaknya total aset keuangan syariah, tentu ini menjadi peluang bagi UMKM mendapatkan modal usaha halal," kata Prof Edy.
Dr. Riduwan dalam pemaparannya menyebutkan bahwa pengumpulan zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengalami kenaikan namun jumlah penduduk miskin tidak mengalami penurunan signifikan. "Perlu merubah paradigma tentang kemiskinan dan jangan sampai penerima zakat menjadi bergantung pada zakat saja," katanya.
Ustadz Jazir selanjutnya mengemukakan bahwa masjid harus mandiri tidak menjadi beban bagi masyarakat khususnya bagi orang miskin. "Karena selama ini masjid hanya mengandalkan sumbangan masyarakat untuk kemewah mewahan tanpa memberikan banyak kontribusi positif terhadap ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H