Mohon tunggu...
bhenu artha
bhenu artha Mohon Tunggu... Lainnya - universitas widya mataram

saya adalah karyawan universitas http://new.widyamataram.ac.id/ http://pmb.widyamataram.ac.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sikap Skeptis Namun Optimis dalam Proyeksi Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2024

13 Mei 2024   07:01 Diperbarui: 13 Mei 2024   07:06 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sikap realistis harus kita miliki dalam melihat kondisi ekonomi dan harapan untuk kemajuan ekonomi masih ada jika semua pihak memiliki visi yang sama. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam diskusi akhir pekan daring dengan tema "Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2024" pada Minggu (12/05/2024) yang diselenggarakan oleh Forum Guru Besar dan Doktor (FGBD) Insan Cita melalui platform daring Zoom. Acara yang dihadiri lebih dari 250 peserta ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD., Prof. Didik J. Rachbini, dan Anthony Budiawan.

Lebih lanjut, Prof. Edy memberikan paparan mendalam dan kritis tentang proyeksi perekonomian Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran. Prof. Edy menyatakan keraguannya terhadap kondisi ekonomi saat ini serta target-target yang telah ditetapkan oleh pasangan tersebut sebelum pemilihan presiden berlangsung.

"Kondisi ekonomi Indonesia dan global tidak menggembirakan, tetapi tetap harus skeptis namun optimis," kata Rektor Universitas Widya Mataram ini.

Prof. Edy yang merupakan mantan Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor ini selanjutnya membahas peran Prabowo Subianto sebagai pemimpin pemerintahan yang akan datang, mengaitkannya dengan warisan intelektual dari ayahnya, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. "Pengukuran efisiensi investasi dan kesulitan pemerintahan baru dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dengan Index Capital Output Ratio (ICOR)," tegasnya.

Prof. Edy juga menggali isu-isu seperti kebijakan ekonomi, peringkat ease of doing business, dan upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan. "Reformasi struktural dan kebijakan yang inklusif sangat penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan," ujar mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.

Prof. Mudrajad dalam kesempatan ini menyoroti pertanyaan kritis seputar pelaksanaan janji-janji kampanye, penurunan tingkat kemiskinan, dan ICOR. "Perlu terobosan dalam strategi pembangunan inklusif untuk mengatasi ketimpangan ekonomi di Indonesia," imbuhnya.

Anthony Budiawan, dalam paparannya, mempertanyakan stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya mencapai 5%. "Fluktuasi aktivitas ekonomi Indonesia di setiap kuartal harus dicermati dan kita harus waspada terhadap manipulasi statistik pertumbuhan ekonomi," paparnya.

Prof. Didik membahas tekanan eksternal yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia pasca pilpres 2024, serta tantangan dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak stabil. "Indonesia masih lemah dalam industri dan tekanan pada APBN. Hal ini menjadi tantangan berat bagi masa pemerintahan pasca-pilpres," ungkapnya.

Diskusi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang prospek ekonomi Indonesia pasca Pilpres 2024, sambil menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pemerintahan baru. Diharapkan dengan adanya diskusi semacam ini, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk memajukan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun