Volatilitas merupakan fenomena yang mengacu pada fluktuasi harga atau nilai aset dalam periode waktu tertentu. Dalam konteks ini, volatilitas terealisasi mengacu pada volatilitas yang terjadi sebenarnya di pasar.Â
Dalam memahami volatilitas, penting untuk membedakan antara volatilitas "baik" dan volatilitas "buruk". Volatilitas "baik" mengacu pada fluktuasi harga yang muncul sebagai bagian dari proses normal pasar dan merupakan risiko yang dapat diterima. Di sisi lain, volatilitas "buruk" merujuk pada fluktuasi harga yang lebih signifikan dan tidak terduga, yang seringkali berhubungan dengan risiko penurunan yang besar.
Dalam analisis risiko volatilitas, disimpulkan bahwa ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi memiliki dampak yang lebih besar pada risiko penurunan saham daripada risiko kenaikan saham.Â
Ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi dapat mencakup perubahan kebijakan moneter, kebijakan fiskal, atau kebijakan perdagangan yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan. Ketidakpastian ini cenderung menciptakan ketidakstabilan di pasar, yang dapat memicu penurunan nilai saham.Â
Oleh karena itu, investor dan pelaku pasar harus mempertimbangkan ketidakpastian kebijakan ekonomi sebagai faktor risiko penting dalam pengambilan keputusan investasi.
Dalam jangka waktu yang berbeda, dampak dari ketidakpastian kebijakan ekonomi dapat berbeda dalam hal jangka panjang dan jangka pendek. Spillover kebijakan ekonomi jangka panjang merujuk pada efek yang muncul dalam jangka waktu yang lebih lama dan dapat mempengaruhi struktur ekonomi secara keseluruhan.Â
Sebagai contoh, kebijakan fiskal yang tidak konsisten atau kebijakan perdagangan yang proteksionis dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas pasar.Â
Di sisi lain, spillover kebijakan ekonomi jangka pendek cenderung memiliki efek yang lebih cepat dan terlihat dalam fluktuasi harga yang lebih sering terjadi di pasar. Hal ini dapat terlihat dalam reaksi pasar saham terhadap pengumuman kebijakan atau pernyataan dari bank sentral atau pejabat pemerintah terkait kebijakan ekonomi.Â
Dalam konteks spillover kebijakan ekonomi, terlihat bahwa efek asimetris dengan frekuensi tinggi lebih mudah diamati dalam pasar saham. Artinya, reaksi pasar terhadap perubahan kebijakan cenderung lebih signifikan ketika terjadi penurunan dibandingkan dengan kenaikan.
Ini dapat mencerminkan kecenderungan pasar untuk merespons secara negatif terhadap ketidakpastian dan risiko penurunan yang mungkin timbul akibat kebijakan ekonomi yang tidak terprediksi atau meragukan. Dalam hal ini, pemantauan dan pemahaman terhadap asimetri ini penting dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H