[caption id="attachment_389535" align="aligncenter" width="851" caption="Logo Kompasiana (Sumber Foto: media.kompasiana.com)"][/caption]
Menulis artikel di Kompasiana adalah tantangan tersendiri. Apalagi akhir-akhir ini terdapat perubahan pola yang terus saya cermati. Bukan hanya dari kerangka kebijakan redaksional, tetapi juga dari selera pasar pembaca. Apabila dahulu, zaman awal Kompasiana tahun 2009-2010, mudah sekali menembus HeadLine dan mendapatkan hits ratusan pengunjung. Tetapi kini, makin sulit. Bahkan, tulisan HeadLine bisa saja cuma dapat 100-an hits. Highlight pun tak jarang cuma 20-an hits saja.
Trending articles justru akan mudah mendapatkan hits hingga ribuan. Termasuk juga artikel teraktual, inspiratif dan bermanfaat. Hal ini karena di empat kategori ini tayang sangat lama. Minimal satu pekan bahkan pernah ada yang lebih dari satu bulan. Sementara, HighLights biasanya hanya bertahan paling lama satu jam di waktu sibuk. Dan HeadLine dengan empat shift pergantian per-24 jam berarti rata-rata 6 jam. Ini tentu kurang adil dari sisi penulis. Tapi mungkin memang demikianlah tujuan admin, agar tulisan cepat berganti dan selalu update.
Merasakan jadi “kawula alit” di Kompasiana, dengan tanda cek masih berwarna hijau, memang sebuah kenikmatan tersendiri. Saya sendiri baru tahu adanya “perbedaan kasta” Kompasianer setelah aktif kembali di akhir 2014. Tapi ternyata, meski kastanya dianggap “paling tinggi”, tulisan mereka yang “bercentang biru” tidak selalu bagus. Ada saja yang “asal tulis” dan “asal unggah”. Kesalahan ejaan atau kerumitan alur penulisan jadi tolok-ukurnya.
Saya pribadi mengelola sejumlah situs dan blog pribadi, selain tentunya milik client. Di blog harian saya (http://lifeschool.wordpress.com), saat ini bisa jadi merupakan blog pribadi dengan hits tertinggi di Indonesia, rata-rata 1.000 hits per hari. Tentu tak bisa dibandingkan dengan portal berita yang dikelola profesional. Sayangnya, karena diletakkan di situs gratis, saya tidak bisa mengkomersialkannya (blog monetizing).
Demikian pula di account Facebook utama saya (http://facebook.com/bhayumh), terdapat lebih dari 750 followers dan sudah full 5.000 friends (tetapi seringkali saya razia account friend yang tidak jelas, sehingga terkadang bisa add-friend baru). Artinya, setiap kali saya mengunggah status atau note di sana, akan ada potensi sebanyak itu yang membaca karena pasti tampil di wall account social media milik followers.
Oleh karena itu, menulis di Kompasiana tidak bisa hanya mengandalkan kualitas tulisan belaka. Karena seringkali “timing” dan “momentum” juga sangat diperlukan. Saya sendiri sudah mempelajari pola khusus dari admin dan selera pasar. Tetapi saya tidak mau “melacur”, menulis yang bukan keahlian dan kompetensi saya, semata demi “populer”. Karena bagi saya, menulis itu justru harus memberi manfaat, terutama bagi diri sendiri. Bukan sekedar “pengen ngetop” belaka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI