Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Surat Terbuka untuk Prabowo

15 Februari 2024   12:19 Diperbarui: 18 Februari 2024   12:02 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masa kelam sejarah bangsa" tidak hanya terjadi saat "Reformasi 1998", namun justru dimulai jauh sebelumnya. "Peristiwa 1965" misalnya, masih menyisakan banyak "luka sejarah". Buatlah kebijakan mengampuni dan merehabilitasi para pengikut setia Bung Karno yang menjadi eksil di luar negeri, bahkan meski yang bersangkutan sudah wafat. Karena keluarganya membutuhkan pemulihan nama baik para nasionalis tersebut. Revisi semua kebijakan dan pengajaran yang menistakan Proklamator kita itu. 

Mintalah maaf atas nama negara kepada para korban yang dibantai oleh para pendukung dan penyokong rezim Orde Baru. Dan korban-korban itu tersebar luas di berbagai peristiwa, tempat, dan tahun. Tidak hanya "Peristiwa 1965", tapi juga Petrus, Talangsari, Tanjung Priok, Sampang, Dili, dan lainnya.

Andaikata mencari dan mengadili para pelaku mungkin terlalu sulit, meminta maaf adalah langkah awal rekonsiliasi. Itu membutuhkan keberanian besar. Dan Bapak sebagai purnawirawan jenderal tentunya memilikinya.

Saya tahu, sebagai mantan menantu Presiden Indonesia terlama, Bapak memiliki rasa pekewuh kepadanya. Namun, sebagai Presiden Indonesia, Bapak tentunya sudah tahu bahwa kepentingan bangsa lebih utama. Bapak tentunya punya kesempatan besar untuk menjadi lebih baik daripada sang diktator tersebut. Apalagi rekam jejak Bapak pasca 1998 justru menunjukkan posisi sebagai seorang demokrat nasionalis sejati.

Dan tentunya, Bapak bersama Mas Gibran yang terpilih secara demokratis harus mampu mengemban Ampera: Amanat Penderitaan Rakyat. Semoga janji saat kampanye bisa diwujudkan dalam program nyata. Titip juga agar demokrasi bisa dijalankan secara benar. Jangan sampai Indonesia kembali ke masa Orde Baru yang kelam. Meski ada prestasi pembangunan, namun indeks demokrasi kita saat itu berada di titik nadir.

Akhirul kalam, sejarah telah mencatat, dimana posisi Bapak berdiri di masa lalu. Namun, apabila kemudian Bapak menjadi Presiden ke-8 negara ini, Bapak juga mencatatkan sejarah baru. Masa lalu tak bisa diubah, tapi masa depan bisa dibuat indah. Semoga Bapak amanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun