Dalam konteks "tidak mencari jabatan", hal ini senada dengan yang Bapak utarakan saat "Debat Capres ke-1" pada 12 Desember 2023 lalu.Padahal, kalau mau melakukan "gerpol" alias "gerilya politik", mungkin bisa saja saya masuk membantu tim sukses salah satu Calon Presiden (CP) atau Calon Wakil Presiden (CWP). Misalnya dengan me-lobby salah satu kawan lama saya yang telah saya sebut di atas. Tapi hal tersebut tidak saya lakukan. Maka, jalur "surat terbuka" yang dipublikasikan di "Kompasiana" ini menjadi lebih relevan, daripada benar-benar mentik surat dan menitipkannya kepada teman.
Pada Pemilu 2024 ini, saya cuma mengamati saja dari jauh. Saya tidak hadir di kampanye mana pun. Bahkan, saya memutuskan organisasi komunitas berbadan hukum yang saya pimpin dan dirikan -yaitu "Netizen untuk Negeri"- agar netral dalam Pemilu 2024 ini. Kami tidak berpihak pada CPWP mana pun, demikian pula tidak mendukung partai politik (parpol) mana pun. Walau begitu, kami mengizinkan para pengurus dan anggota untuk menggunakan hak berserikat dan berkumpul sesuai amanat UUD 1945. Pilihan politik praktis yang beragam menjadi dinamika tersendiri bagi kami.
Ketidakinginan saya untuk mencari jabatan juga berlaku untuk seterusnya. Saya termasuk yang tidak setuju pada "bagi-bagi jabatan" yang terjadi di setiap rezim. Pada pemerintahan Jokowi, selain menteri yang menjadi jatah parpol, ada beberapa jabatan yang bisa dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dianggap berjasa, terutama dari unsur organisasi relawan. Ada komisaris dan direksi Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) atau staf ahli di berbagai tempat. Itu mencederai konsep meritisme yang seharusnya menjadi standar dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) di negeri ini. Mereka yang benar-benar ahli menjadi tersingkir dalam kontestasi perebutan jabatan. Akibatnya, pekerjaan menjadi tidak optimal, karena dikerjakan bukan oleh ahlinya.
Harapan Bila Bapak Terpilih
Posisi saat ini, Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka unggul dalam survei atau jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset. Bahkan hanya beberapa hari menjelang pencoblosan, angkanya sudah tembus batas minimal untuk bisa menang satu putaran saja alias sudah di atas 50 %.
Dan kemarin pasca pencoblosan di hari Rabu, 14 Februari 2024, ternyata hasil hitung cepat berbagai lembaga terpercaya dan sudah disiarkan luas melalui media massa televisi dan situs berita daring juga memenangkan pasangan CPWP nomor urut 2. Angkanya bahkan melonjak hingga berkisar di 58 %.
Tentu saja, ini masih harus dibuktikan nanti dengan hasil resmi dari KPU selaku penyelenggara Pemilu. Akan tetapi, mengingat kredibilitas lembaga riset dan validitas metodologinya, masuk akal apabila hasil resmi dari KPU nanti tidak meleset jauh.
Maka dari itu, kemungkinan besar Bapak akan dilantik menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024 nanti. Bila itu terjadi, tentu seolah sudah menjadi takdir bagi Bapak yang telah dua kali mengikuti Pilpres sebagai Capres menyusul satu kali sebagai Cawapres. Dan ini juga berarti terjadi pemecahan rekor karena saat dilantik Bapak akan menjadi Presiden tertua dalam sejarah republik. Sementara Wakil Presiden yang mendampingi Bapak sebaliknya akan menjadi yang termuda.
Harapan pertama saya adalah Bapak bertekad melindungi para mantan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia seperti sudah menjadi konvensi kita. Jangan berniat "mau kita apa-apain" seperti pernah diutarakan oleh Guntur Soekarnoputra selaku juru kampanye (jurkam) CPWP nomor urut 03. Balas dendam politik bukanlah "fatsoen" yang luhur.
Saya juga berharap Bapak dan tim -termasuk keluarga Bapak- benar-benar mengikhlaskan semuanya demi bangsa. Jangan berharap akan "balik modal" apalagi "untung besar" dengan menjadi penguasa negara. Dengan teladan dari atas, "kebocoran" anggaran negara melalui berbagai modus korupsi akan sangat bisa dikurangi. Penguatan KPK, Polri, Kejaksaan dan Kehakiman menjadi suatu keharusan.
Apabila anggaran negara tidak menguap, kita bisa gunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Berbagai sektor yang selama ini terabaikan, bisa dimaksimalkan.