5. Bagaimana bentuk "masyarakat" ini di masa depan tidak bisa dirumuskan dalam bentuk yang terlalu "rigid" sehingga bisa merosot menjadi sebuah ideologi yang malah berbahaya. Bentuk masyarakat ini harus menjadi tema terbuka yang dipercakapkan oleh semua pihak. Dan bentuk masyarakat itu pun, jika akhirnya berhasil dirumuskan, harus merupakan "bentuk yang terbuka" (katakan: open society), bukan tertutup yang mengeksklusi yang lain.
6. Meskipun demikian, haruslah ada nilai-nilai yang mendasari bentuk masyarakat apapun yang akan dibayangkan di masa depan. Lima nilai yang dirumuskan dalam mabadi' khaira ummah (yaitu kejujuran, amanah dan memenuhi janji, keadilan, kerjasama, dan istiqamah/konsistensi) harus menjadi dasar dari bentuk masyarakat apapun yang dibayangkan di masa depan.Â
7. Apapun bentuk masyarakat yang akan dirumuskan di masa depan itu, kedudukan utama haruslah diberikan kepada manusia. Masyarakat yang dibayangkan di masa depan adalah masyarakat manusia, dan karena itu manusia haruslah menempati posisi sentral (human centered society). Segala upaya dan tendensi yang berjuang kepada pemerosotan derajat manusia (dehumanisasi) haruslah ditolak.Â
8. Meskipun ini adalah masyarakat yang berpusat pada manusia, ini tidak berarti bahwa aspek-aspek ekologis harus diabaikan. Masyarakat manusia jelas tidak bisa tegak jika tidak ada habitat, termasuk habitat fisik dan alam, yang sehat. Karena itu spiritualitas ekologis adalah dimensi penting dalam konstruksi masyarakat di masa depan.
9. Perkembangan-perkembangan yang begitu cepat dalam bidang kecerdasan buatan perlu terus dicermati. Perkembangan-perkembangan ini tidak perlu dicurigai, apalagi ditakuti. Karena adanya unsur ilahiah dalam diri manusia, dan karena kemuliaan derajat yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya, manusia akan bisa mengarahkan perkembangan dalam kecerdasan buatan untuk kemanfaatan. Meskipun ada kapasitas dalam diri manusia untuk melakukan kejahatan, tetapi kapasitas kebaikan jelas lebih dominan pada dirinya. Karena itu, perkembangan kecerdasan buatan pada akhirnya adalah salah satu perkembangan saja dalam jenis alat-alat hasil rekayasa manusia untuk mengatasi sejumlah masalah yang dihadapinya. Pada awal dan akhirnya, manusia lah yang menduduki posisi utama.
10. Selain berbasiskan mabadi' khaira ummah yang sudah pernah dirumuskan oleh KH Mahfudz Shiddiq dahulu, apapun bentuk dan bayangan tentang masyarakat di masa depan, ia haruslah masyarakat yang dilandaskan pada sejumlah visi ini: keterbukaan, keadilan, penghormatan kepada keragaman, akhlak mulia, pentingnya keluarga dan pengasuhan anak, pentingnya pendidikan anak dalam keluarga sebagai basis awal penanaman nilai-nilai mulia, dan kesetaraan yang tidak bertentangan dengan maqashid al-syari'ah atau visi universal agama.
11. Sikap kami terhadap modernitas, modernisasi, dan perkembangan sosial adalah bukan menolak secara total (rejeksionis) dan bukan pula menyerah kalah pada perkembangan itu. Kami hadir secara aktif untuk merumuskan sikap terhadap perkembangan itu, dan kami hendak berubah dengan "syarat-syarat" yang kami kehendaki dan tentukan sendiri.
Itulah kesebelas butir pokok pemikiran yang menjadi hasil MP 2 NU. Sebelum konferensi pers diadakan untuk menyampaikan hal di atas, peserta yang hadir dikumpulkan oleh panitia untuk berdiskusi dengan tim SC. Untuk terakhir kalinya, diberikan kesempatan bagi peserta memberikan masukan. Saya pun menjadi salah satu yang bicara.
Pertama-tama saya menyebutkan identitas yang bukan anggota NU. Karena saya hadir mewakili organisasi bernama NuN: Netizen untuk Negeri.
Setelah itu pada intinya saya menyampaikan 3 butir masukan.