Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Menghargai Orang yang Kita Kenal

7 Januari 2015   11:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14205806511947412910

[caption id="attachment_389015" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi: Menghargai Teman (Sumber Foto: 123greetings.com)"][/caption]

Setelah kemarin saya menurunkan tulisan "Belajar Menghargai Diri Sendiri", hari ini saya mengajak LifeLearner (Pembelajar Kehidupan) semua untuk "Belajar Menghargai Orang Yang Kita Kenal". Kenapa begitu? Karena seringkali kita justru menganggap orang yang kita kenal tidak sepenting para figur publik yang kita puja.

Begitu mudahnya kita melontarkan pujian kekaguman pada orang-orang di televisi atau media massa, sementara justru minim terima kasih kepada mereka yang kita kenal. Padahal, coba tanya diri sendiri, apa sih kontribusi langsung para figur publik itu bagi hidup kita? Apakah misalnya, Pak Jokowi atau Pak Prabowo pernah membuatkan mie instan di saat Anda lapar? Apakah misalnya Agnes Monica atau Raline Shah pernah mencucikan baju kotor Anda?

Kita biasanya malah cenderung melukai hati dan perasaan orang yang kita kenal dalam kehidupan nyata sehari-hari. Seringkali, hanya karena masalah kecil belaka. Misalnya saja terlambat menjemput atau lupa membelikan pesanan. Padahal, kalau mau dilakukan "akuntansi kontribusi", niscaya justru apa yang sudah mereka perbuat bagi kita jauh lebih banyak daripada kesalahan dan kekurangannya.

Ini berlaku bukan saja bagi keluarga, tetapi juga bagi teman. Seringkali saya dikecewakan oleh teman-teman yang tidak menghargai saya. Padahal, saya sudah berusaha mempraktekkan teori dasar "memberi lebih dulu" dan "perlakukan orang lain seperti engkau ingin diperlakukan", tetapi ternyata memang reaksi orang lain tidak bisa kita kontrol. Satu-satunya yang bisa kita kontrol adalah pikiran, hati, perasaan, dan tindakan diri sendiri. Di sinilah perlunya "Emotional Quotient" alias EQ.

Satu bentuk penghargaan adalah memberikan pujian. Di Amerika Serikat, mudah sekali kita menemukan orang memberikan pujian atas kinerja kita. Tetapi di sini, kita bisa lihat sendiri isi media massa dan media sosial, penuh caci-maki dan hujatan, terutama kepada pemerintah.

Selain pujian, penghargaan atau apresiasi lain adalah membayar sesuai harga atau malah dilebihkan andaikata teman kita memiliki produk atau jasa yang kita pakai. Tetapi di sini malah terbalik. Bukankah sering kita minta "gratisan", "diskonan", atau minimal "harga teman"? Tahukah Anda itu melukai perasaan mereka? Beberapa teman saya yang penulis mengeluhkan hal ini. Betapa seringnya mereka dimintai buku gratis saat pada akhirnya sudah "launching" buku terbarunya. Padahal, kalau penulis itu "full timer", berarti ia amat mengharapkan pemasukan dari buku yang ditulisnya dengan susah-payah.

Untuk itulah saya mengajak kita untuk saling menghargai orang yang kita kenal. Andaikata kita bisa belajar dari lingkungan terkecil dan diri sendiri untuk menghargai orang yang kita kenal, niscaya energi positif ini akan membesar.

* Penulis adalah LifeCoach

(http://facebook.com/bhayu.thelifecoach)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun