Disiplin Menulis

[caption id="attachment_390608" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi: Penulis sedang mengetik di laptop (Sumber Foto: jimdelorey.com)"][/caption]

Alhamdulillah, tulisan saya dibaca dan diperhatikan oleh admin Kompasiana. Terima kasih banyak kepada dewan admin yangtelah memberikan anugerah kepada saya. Sepanjang siang tadi, rupanya Catatan Harian saya semalam berjudul "Demi Rating" dimasukkan dalam kategori “Inspiratif” di bawah Trending Article. Sebagai sebuah bentuk “koreksi” dan “introspeksi” diri, tentu saja saya tersanjung tulisan itu dianggap mampu memberikan inspirasi bagi yang lain.

Saat ini, justru jadwal saya makin padat. Tetapi, padat yang bermanfaat. Dan terutama, memberi berkat.

Makanya, saya justru berusaha mendisiplinkan diri dalam menulis. Salah satunya mengikuti salah satu saran “Om Jay” dulu yaitu “menulislah sebelum tidur”. Sebenarnya, saya sendiri jarang tidur malam. Waktu malam hari memang saya pergunakan untuk hal yang berhubungan dengan T.I.seperti site maintenance termasuk menulis content. Karena saya tidak terikat jam kerja dan juga tidak harus masuk kantor, maka saya biasa begadang dan baru tidur setelah shalat Shubuh. Bangun bisa jam 6, 7 atau 8 (rata-rata saya hanya tidur 3-4 jam sehari-semalam), menulis dan mengecek beberapa hal, lalu akan beraktivitas offline hingga sore. Sekedar mencari segenggam berlian lah… Hehehe.

Meski memiliki tablet dan pad, tapi saya paling malas update blog dari keduanya. Paling hanya untuk FB dan Twitter saja. Khusus untuk Kompasiana, saya akan off hingga sore hari waktunya mengunggah serial novel AADC. Dan itu harus dilakukan “sambil duduk” di depan laptop. Bila memang dirasa perlu sekali, sesekali saya bisa mengunggah artikel sekira jam makan siang. Saya baru agak “bisa bernafas” setelah jam delapan atau sembilan malam, dan terkadang tertidur satu-dua jam. Begitulah rutinitas keseharian saya yang orang biasa ini.

Tahun 2015 memang saya canangkan bagi diri saya sendiri sebagai “tahun menulis”. Saya bertekad menerbitkan empat novel saya tahun ini. Satu insya ALLAH sudah ada penerbit yang berminat. Tapi yang dua masih mencari penerbit sambil terus dipoles. Dan satu lagi, belum dimulai penulisannya. Hiks!

Selain novel, saya sudah akan menulis awal buku “masterpiece” saya. Dan mungkin perlu off dari kegiatan apa pun sebulan untuk merampungkannya. Pola “disiplin menulis” ini saya tiru dari penulis luar negeri yang memang berprofesi “full-timer writer”.Di Indonesia, saya baca Dewi Lestari melakukan ini saat menuliskan buku novel terbarunya yang berjudul “Gelombang”. Saya juga pernah ditawari maestro sastra Indonesia Kang Remy Sylado untuk menggunakan villa-nya bila perlu tempat untuk ‘menyepi’. Beliau sendiri menggunakan pola “disiplin menulis” itu karena memang murni sastrawan.

Tetapi saya sendiri bukan siapa-siapa. Bukan sastrawan, bukan penulis penuh-waktu. Masih banyak hal yang harus saya lakukan sekedar untuk bisa makan. Justru karena itu saya merasa makin perlu mendisiplinkan diri menulis. Karena tidak begitu, pasti saya akan makin jauh ketinggalan dalam hidup. Terutama karena saya merasa berkejaran dengan waktu dimana usia saya makin menua. Semoga Tuhan memberikan keteguhan dan kesabaran dalam kedisiplinan dan ketekunan.