Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Asa Dalam Cinta - Bagian 74

7 Februari 2015   04:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:40 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14217582741237221344

Kisah sebelumnya: (Bagian 73)

(Bagian 74)

Waktu sudah sore, sehingga Cinta, Milly, dan Alya bersama Basuki sudah bersiap-siap hendak pulang. Maura berjanji akan berusaha membujuk Carmen agar bisa bertemu dengan Cinta empat mata atau minimal dengan dirinya sebagai penengah. Sebagai kenang-kenangan, mereka juga sempat berfoto bersama dengan dibantu oleh seorang kerabat Maura. Sore itu, semua tamu sudah pulang. Kecuali kerabat dan tetangga yang memang membantu sebagai panitia.

Saat semua sudah bersiap pulang, seorang pembantu Maura tergopoh-gopoh datang. Ia menemui Maura dan berkata, “Bu, di depan ada tamu. Katanya temannya Ibu.”

“Siapa namanya?” tanya Maura.

“Ndak tahu Bu. Saya ndak tanya. Ada dua bapak sama satu ibu. Yang bilang kalo temennya ibu tadi ibunya,” pembantu Maura mencoba menjelaskan.

“Ya sudah. Saya ke depan saja…,” tukas Maura. Si pembantu pun permisi. Maura juga permisi kepada para sehabatnya, ia meminta mereka agar jangan pergi dulu sementara ia menemui tamu. Karena ruang tamu sudah kosong, kedua orang itu dipersilahkan duduk di ruang tamu. Datang dari arah belakang, Maura tidak mengenali sosok kedua tamunya. Tetapi begitu berhadapan muka…

“Astaga! Carmen! Dateng juga lu akhirnya!” sontak Maura memeluk sahabatnya yang segera juga berdiri menyambut. Carmen memeluk Maura dengan hangat. Ia tampak sudah lebih kuat daripada kemarin saat menemui Maura di kantornya.

Maura sendiri tampak surprised melihat perkembangan positif Carmen tersebut. Ia memuji sahabatnya dengan tulus, “Lu keliatan seger sekarang Men. Beneran. Puji Tuhan! Ini berkat Natal kali ya…”

Carmen tersenyum. Iamenunjuk kepada pria yang menemaninya, “Dan berkat dua cowok hebat ini!”

Maura baru sadar kalau Carmen tidak sendiri. Ia melihat dua sosok pria yang sedari tadi duduk. Dan ketika matanya melihat ke arah mereka, barulah keduanya ikut berdiri. Satu sosok ia kenal, tapi satu lagi tidak.

“Borne? Lu…?” tanya Maura terputus. Borne menyalaminya hangat sambil tersenyum.

“Tenang Maura… Borne nggak seperti yang lu kira. Masih ada Cinta kan di dalem?” tukas Maura, kali ini sambil tersenyum kuat.

“Iya… masih sih.. Tapi… lu yakin mau ketemu dia? Apalagi lu dateng sama…,” Maura tampak bingung.

“Cowoknya? Iya. Borne masih cowoknya Cinta kok… nggak gue rebut. Tenang aja… Dan dia juga gak niat selingkuh sama gue… Itu pasti… Hahaha…,” di luar dugaan Carmen tertawa, diikuti Borne. Sementara Maura justru bingung musti bereaksi seperti apa.

“Eh, iya, gue lupa ngenalin. Cowok gagah satu lagi itu namanya Dani. Temen gue sesama coach basket. Dani, kenalin, ini Maura, yang punya rumah. Sohib gue sedari SMA,” ujar Carmen mengenalkan Dani kepada Maura. Keduanya pun lantas bersalaman.

“Eh, kalo gitu, yuk masuk… Udah pada makan belom?” tanya Maura hangat.

“Enggg… udah sih…,” jawab Carmen jujur.

“Kalo gitu, musti makan lagi. Ini Natal, lu gak boleh ngebuang makanan Natal. Apalagi ini di rumah sohib lu yang bisa ngambek kalo lu gak makan makanan di rumahnya. Hehehe,” Maura merangkul Carmen memasuki ruangan dalam rumahnya. Dari ruang tengah mereka menuju ke ruang samping. Kedua pria yang mendampingi Carmen mengikuti dari belakang.

Sesampai di teras samping, Cinta tampak sedang duduk diapit Alya dan Milly. Dan dua orang pria Basuki serta Jonathan masih berdiri, tampak masih asyik berbincang beraneka topik. Saat Maura masuk menggandeng Carmen, yang segera melihat adalah kedua pria yang sedang berdiri. Wajah Basuki tampak surprise karena sudah mengenal Carmen. Sementara Jonathan tidak begitu ingat dan tidak tahu masalahnya sehingga terkesan bereaksi biasa saja.

Suara Maura mengagetkan Milly, Cinta, dan Alya yang tidak melihat kedatangannya.

“Hei semua! Liat siapa yang datang!” suara Maura dibuat seceria mungkin. Sementara Carmen malah menunduk, seperti malu hati. Melihat Carmen datang, yang pertama berdiri adalah Milly. Ia memang duduk paling dekat dengan pintu, tetapi semua tahu ia juga paling dekat dengan Carmen. Maura melepas rangkulannya dan segera berganti dengan pelukan dari Milly.

Meski dengan enggan, Cinta dipaksa Alya untuk berdiri. Carmen dan Cinta kini berhadapan. Keduanya seperti enggan saling menatap. Cinta malah membuang muka, melihat ke arah kanan bawah. Carmen yang pertama kali membuka suara.

“Ta… Cinta… Maafin gue…,” ujarnya memberanikan diri.

Cinta yang pada dasarnya temperamental agak terpancing. Nada suaranya meninggi, “Maafin, buat apa? Gue kali yang harusnya minta maaf udah ngerebut cowok yang lu incer…”

“Nggakk…. Nggak kok… nggak gitu…,” ujar Carmen mulai terbata.

“Ya udah. Gue minta maaf juga,” Cinta mengulurkan tangannya. Carmen menyambutnya ragu-ragu.

“Dan kalo lu mau, makan deh tuh cowok! Gue gak butuh! Asal jangan sekali-kali lagi lu bilang gue pengkhianat lah, temen makan temen lah… apa lah… Asal tau ya, dulu… 12 taun lalu, gue berantem sama Rangga juga gara-gara belain lu-lu semua! Yang lagi pada nonton konser sementara gue malah kencan berdua dia… halah! Cuma beli buku bekas di Kwitang aja kencan. Dan itu bête-nya sampe ke ubun-ubun tau gak sih! Sekarang, kejadian lagi! Gue dipaksa milih antara cowok gua sama sahabat. Fine! Gue jelas milih sahabat! Lu-lu semua emang egois! Apalagi lu! Emang maunya jadi geng cewek perawan tua pada!” ucapan Cinta begitu nyelekit membuat semua orang terkejut.

Alya merangkulnya, mencoba menenangkan. Tapi ditepis oleh Cinta.

“Lu tuh! Kalo emang suka sama cowok, cepetan! Gerak cepet! Ini udah jadi cowok orang baru blingsatan. Udah sana! Gebet tuh cowok! Gue bilangin ke dia kalo gue putus, biar dia sama lu aja!” Cinta masih melanjutkan marahnya.

“Ta…. Nggak gitu… please… dengerin dulu… Mau?” pinta Carmen. Maura ikut maju merangkul Cinta. Emosinya seperti sungai yang terbendung. Tadi menangis, kini marah. Cinta membuang muka dan berbalik, berjalan beberapa langkah memunggungi Carmen. Alya masih merangkulnya, sementara Maura berdiri di tempat semula. Di antara Carmen dan Cinta.

Borne berinisiatif maju mendekati Cinta. Sementara Dani masih berada beberapa langkah di belakang Carmen, di dekat pintu. Milly mengkeret di pojok, bingung.

Alya melihat Borne datang dan melepaskan rangkulannya perlahan di sisi kanan Cinta. Ia memberi ruang kepada Borne untuk memeluk Cinta. Perlahan dan pasti, Borne masuk ke area privat Cinta dan memeluknya. Rengkuhannya lembut dan hangat. Cinta salah mengira itu adalah Maura karena tubuhnya yang memang besar seperti lelaki.

“Maura! Gue gak mau…,” kalimat Cinta terputus begitu ia menyentakkan pelukan itu dan melihat siapa yang memeluknya.

“Lu! Ngapain lu di sini?” bentaknya kepada Borne. “Udah! Lu sama dia aja! Sana!” Cinta malah mengusir Borne dan menyuruhnya agar bersama Carmen.

“Sayang… ssshhh… tenang dulu… bolehkah kita bicarakan ini sambil tenang? Duduk yuk…,” bujuk Borne. Cinta mulai terisak. Akhirnya ia mau dirangkul Borne dan dibimbing menuju ke tempat duduk. Emosinya membuncah ke titik tertinggi dan kini tumpah. Dari tadinya marah menjadi sedih dan menangis.

Setelah Cinta duduk, Alya mengambilkan minum. Milly mendekat ke arah Carmen dan merangkulnya. Sementara Dani dipanggil Carmen agar mendekat. Menghabiskan hampir segelas penuh es sirup, Cinta kini tampak lebih tenang. Setidaknya nafasnya tidak lagi memburu. Carmen mengajak Dani mendekat. Ia berlutut di depan Cinta sementara Dani berdiri di sampingnya.

“Cinta… gue mau ngenalin seseorang…,” ujar Carmen. Cinta melihat ke arah sahabatnya yang sampai berlutut di depannya. Tangan kiri sahabatnya menunjuk ke arah Dani. Mata Cinta mengikuti. Ia melihat sosok pria dengan tubuh atletis berdiri di sana. Tangan kiri Carmen yang terangkat mendarat di tangan kanan Dani yang kemudian memegang dan meremasnya.

“Kenalin…. Dia Dani…. Temen sesama coach basket… Dia… ternyata suka gue udah lama… Cuma… guenya bego. Gak nyadar… Dan… tau nggak, siapa yang nyadarin gue soal itu….?” tanya Carmen sambil tersenyum sabar. Ia tahu tak bisa ikut emosional saat sahabatnya sedang emosi.

Cinta menggeleng pelan tanpa suara.

Carmen tampak tersenyum lebar kini, “Borne, Cinta sayang… Cowok lu!” katanya sambil tangan kanannya menunjuk dada Cinta.

Sontak Cinta terkesiap. Mulutnya menganga. Ia sama sekali tidak menyangka.

“Jadi…? Gimana ceritanya…?” tanya Cinta bingung.

Carmen menoleh ke arah Borne, meminta izin tanpa suara untuk bercerita. Borne mengangguk dan tangannya mempersilahkan. Carmen pun meraih tangan Cinta dan menggenggamnya sebelum bercerita.

“Jadi gini… tadi pagi… gue kan ke gereja… Gak taunya pas selesai misa gue liat ada beberapa SMS dari Borne, minta ketemu. Gue cuekin dong. Secara gue masih bête, ya kan? Eh, terus… pas gue sampe rumah, gue liat dia udah di ruang tamu aja gitu… Sama si kunyuk ini!” kata Carmen sambil menunjuk Dani. “Borne kan gak tahu di mana rumah ortu gue, dia cuma tahu kost-an gue. Gak tau dapet ide dari mana, dia malah nelepon si kunyuk… Eh, si kunyuk malah sekongkol gitu sama Borne. Mereka berdua malah nyamperin gue ke rumah… Terus….. gebleknya di depan ortu gue, si kunyuk malah bilang suka sama gue. Gimana gue gak mati kutu coba? Mana gue udah ditanyain mulu kan kapan kawin sama bokap-nyokap… Ya udah…” kalimat Carmen seperti belum selesai.

“Jadi? Lu jadian sama si kun… eh, mas siapa namanya?” tanya Cinta ke arah Dani.

Dani tersenyum seraya menjawab, “Dani…”

“Ah, panggil aja kunyuk, dia gak bakal marah kok…,” tukas Carmen.

“Men, gak bagus ah. Masak manggil cowok lu gitu?” tegur Cinta.

“Biarin aja! Lagian konyol sih. Udah lama suka gue kenapa gak dari dulu juga… Malah pake didorong-dorong sama Borne segala. Kunyuk banget kan tuh?” ujar Carmen masih tak mau melepaskan panggilan ‘sayang’-nya kepada Dani.

“Ah, lu tuh. Susah dibilangin. Terus… kita gimana?” tanya Cinta.

“Kita? Kenapa emang sama kita?” Carmen balik bertanya.

“Yaaaa…. Kita baikan kan? Masalah kita selesai? Gue boleh jalan sama temen SMA kita itu lagi?” tanya Cinta.

“Temen SMA? Yang mana ya?” Carmen berlagak pilon.

Cinta melemparkan bantal kecil di kursinya ke arah Borne.

“Itu tuuuh… yang dari tadi senyam-senyum melulu belagak hero. Sini lu! Pinter juga ya! Masalah gue sama Carmen lu selesain pake tangan ketiga! Dasar!” ujar Cinta tampak gemas.

Borne tertawa sambil berdalih, “Yaaah… ngapain juga sekolah di Amrik kalo masalah begini aja gak beres…”

“Ooohh… jadi lu sekolah jauh-jauh cuma buat ngurusin beginian doang! Enak bener lu ya! Udah gitu gajinya gede lagi! Dasar!” Cinta kini bangkit dari duduknya dan lari mengejar Borne. Mereka berdua sempat berlari-lari kecil karena Borne menghindar, sampai akhirnya Cinta berhasil menangkap Borne dan mencubitinya. Borne mengaduh minta ampun, walau tentu hanya bercanda.

Setelah puas mencubiti Borne, Cinta menuju ke arah Carmen. Ia lalu memeluk sahabatnya itu erat-erat.

“Carmen, maafin gue ya buat semuanya…,” ujar Cinta. Carmen tak mau kalah, ia pun meminta maaf kepada Cinta. Alya dan Milly lantas mendekat, diikuti Maura. Berlima mereka berpelukan erat seperti “tele-tubbies”. Sementara Jonathan, Basuki, Borne, dan Dani turut tersenyum senang.

(Bersambung…)

Catatan Khusus:

Kisah “Ada Asa Dalam Cinta: Episode 1” ini akan segera berakhir… beritahukan teman-teman Anda agar segera turut membacanya di Kompasiana ya… ;)

Segera setelah pemuatan di Kompasiana ini berakhir, akan masuk tahap penyuntingan (editing) akhir dalam proses pencetakan menjadi buku. Versi buku akan berbeda dalam beberapa detail dibandingkan versi di Kompasiana ini. Karena itu, tetap beli bukunya nanti saat sudah terbit ya :)

Catatan Tambahan: Karena sempat terjadi kegagalan pengunggahan beberapa kali, maka untuk memenuhi target pemuatan, mulai hari ini Minggu, 1 Februari 2015 hingga Jum’at, 6 Februari 2015 serial novel AADC akan dimuat dua kali sehari.

———————————————————————————————————————-

Cerita bersambung ini dimuat setiap hari di laman penulis http://kompasiana.com/bhayu

Untuk membaca kisah seluruh bagian yang lain, dapat mengklik tautan yang ada dalam daftar di:

Ada Asa Dalam Cinta (Sinopsis  & Tautan Kisah Lengkap)

———————————————————————

Foto: Antono Purnomo / Reader’s Digest Indonesia (Femina Group)

Grafis: Bhayu M.H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun