Awalnya saya agak bingung ketika seorang teman guru di tempat sekolah kami mengajar bilang ke saya, “sekarang ada tokoh baru pak, SM2 (read: SM two)”. Saya yang telat mengamati perkembangan konstelasi politik di Kota Bekasi karena lagi “demen” mengamati perkembangan di kabupaten Bekasi sempat bertanya, “SM2 apaan pak?”. Itu loh, isterinya M2 mo nyalonin walikota, jawab teman saya. What?? Are you serious..? keheranan saya memantulkan pertanyaan ke teman saya tersebut.
Ternyata yang dimaksud SM2 adalah singkatan dari Sumiyati Mochtar Mohammad, isteri sang walikota Bekasi yang sudah dipenjarakan oleh KPK karena kasus korupsinya. Benar saja, saat beberapa kali melintasi daerah Kota Bekasi sudah banyak terpampang spanduk sosialisasi (istilah lain dari kampanye) di seantero kota Bekasi. Jargonnya pun gak jauh dari suaminya dulu waktu kampanye tahun 2008, pendidikan, kesehatan gratis ditambah infrastruktur. Dengan tagline “The Next Major” wajah full sang isteri mantan walikota tersebut menghiasi media spanduk tersebut.
[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Spanduk SM2 menghiasi jalan di sekitar kota Bekasi"][/caption]
Menarik memang menyimak perkembangan konstelasi dan atmosfir politik kota Bekasi saat ini, apalagi pasca penangkapan walikota non aktif Mochtar Mohammad (M2/ M two) di Bali beberapa waktu lalu, membuat sang wakil Dr. Rahmat Effendi (yang akrab disapa bang pepen) menjadi Pelaksana Tugas (Plt) walikota. Hal tersebut merupakan poin plus yang bisa memuluskan destinasi beliau menuju kursi walikota. Ditambah kendaraan politik beliau juga bertambah massif dengan adanya BM Peterpen (Barisan Muda Pendukung Tetap Rahmat Effendi). Sosok putera daerah Bekasi juga menguntungkan bang pepen karena mayoritas masyarakat kota Bekasi rindu akan pemimpin yang berasal dari putera daerah pasca sepeninggalan bang/babeh (alm.) H. Ahmad Zurfaih, M.Si mantan walikota Bekasi periode 2003-2008.
Kembali ke SM2, entah apa motifnya yang jelas spanduk sudah bertebaran. Mungkin juga karena melihat konstelasi di kabupaten Bekasi yang pada pemilukada periode ini mampu dimenangi oleh seorang perempuan menuju Bupati Bekasi yaitu dr. Neneng H. Yasin yang menggandeng Rohim Mintareja. Di sisi lain, muncul spekulasi juga bahwa langkah ini untuk merevitalisasi kredibilitas sang suami, M2 yang sudah kadung terlabelkan sebagai koruptor oleh masyarakat (simak perjalanan kasusnya disni). Nampaknya situasi ini yang akan dimanfaatkan barisan pendukung M2/SM2, seperti kita lihat di beberapa media masih banyak yang mendukung M2 untuk dibebaskan dan menghalangi penjemputan paksa, bahkan menjaga rumah dinasnya di lingkungan pemda kota Bekasi.
Ada juga asumsi umum masyarakat yang mengatakan sudah lumrah bahwa incumbent rentan “bercerai” ketika akan maju di pemilukada kembali masing-masing. Tak ada salahnya selagi prestasi keduanya (walikota dan wakil) bisa ditimbang dan dirasakan oleh masyakarat. Namun kalau sudah terpidana jelas itu preseden buruk bagi profil Bekasi yang mempunyai visi Bekasi Cerdas, Sehat, Ihsan. Bukankah perilaku koruptif jelas telah mereduksi makna ihsan sehingga nuansa ihsan di kota Bekasi menjadi bias.
Namun hemat saya, masyarakat kota Bekasi sudah bisa mencerna dan memfilterisasi dari beberapa balon (bakal calon) yang sudah mengambil langkah aba-aba menuju pemilukada kota Bekasi Desember mendatang. Sudah banyak beberapa balon yang mengajukan niatnya memimpin kota Bekasi, kurang lebih sekitar 10 orang (sumber: radar bekasi) baik dari kendaraan partai politik dan ada juga yang independen.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H