Mohon tunggu...
Dewa Gede Bhaskara Pramudya
Dewa Gede Bhaskara Pramudya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan

18 Juni 2022   18:47 Diperbarui: 18 Juni 2022   18:51 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Galungan dan Kuningan merupakan hari besar suci yang diperingati oleh umat Hindu. Hari raya Galungan ini diperingati oleh umat Hindu untuk menyatukan kekuatan rohani demi mendapatkan pikiran dan pendirian diri yang tenang. Dan hari raya Kuningan diperingati oleh umat Hindu untuk meminta dan memohon keselamatan, perlindungan, dan tuntunan lahir dan bathin kepada Dewa, Bhatara, dan para Pitara. Hari raya ini juga dirayakan untuk memaknai bentuk kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Galungan sendiri memiliki arti bertarung atau disebut juga dengan "dungulan" yang artinya menang jika diartikan dari bahasa Jawa Kuno. Perbedaannya dalam Jawa dengan di Bali hanyalah dalam penyebutannya yaitu Wuku Galungan di Jawa dan Wuku Dungulan di Bali. Tapi kedua sebutan itu memiliki arti yang sama yakni wuku yang kesebelas.

Kuningan sendiri sering disebut dengan Tumpek Kuningan. Kuning dalam kata Kuningan sendiri memiliki arti warna kuning dan wuku yang ke-12. Dan wuku sendiri merupakan kalender Bali yang memiliki perhitungan 1 wuku sama dengan 7 hari dan 1 tahun kalender wuku terdapat 420 hari.

Jika dilihat dari sisi upacara, perayaan hari raya Galungan dan Kuningan ini merupakan momen bagi umat Hindu untuk mengingatkan diri baik secara spiritual maupun ritual agar selalu menegakkan sifat dharma dan selalu menjauhkan sifat-sifat adharma.

Hari raya Galungan dan Kuningan ini sangat identik dengan pemasangan penjor dipinggir jalan yang menghiasi jalan raya dengan nuansa alam. Penjor sendiri merupakan lambang Naga Basukih yang membawa kemakmuran bagi umat manusia. Pemasangan penjor pada hari raya galungan dan kuningan berarti pengabdian dan rasa syukur kita atas segala kemakmuran dan manfaat yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Selain itu, penjor juga memiliki daya tarik bagi turis yang mengunjungi Bali pada hari raya Galungan dan Kuningan.

Dapat disimpulan bahwwa perayaan hari raya suci Galungan dan Kuningan ini merupakan momen umat Hindu untuk mendapatkan pendirian dan pikiran yang terang, yang merupakan salah satu wujud dharma dalam diri manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun