Mohon tunggu...
irawan bhakti
irawan bhakti Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa yang senang mengkomentari perubahan, hidup ini terus bergerak. jangan mau diam karena dininabobokan oleh keadaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menilik Psikologi Mahasiswa PT dari masa ke masa

1 September 2014   12:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:56 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kuliah, jenjang pendidikan tertinggi ini kerap menjadi pilihan sebagain pelajar yang telah menyelesaikan kewajiban belajar di jenjang SMA. Belajar di universitas atau perguruan tinggi semacamnya akan sangat berbeda dengan belajar di lingkungan sekolah menengah. mahasiswa akan dituntut bersikap reaktif namun arif, cepat tanggap, luwes, sopan, dan juga adaptif.

kuliah pada jaman sekarang tidak seperti kuliah pada jaman dulu dimana kuliah merupakan sesuatu yang mahal, dan istimewa. dulu ketika seseorang kuliah dan diberi gelar sarjana maka itu akan memberikan kebanggaan tidak hanya pada mahasiswa tersebut tapi juga pada keluarga. kuliah pada jaman dulu benar - benar menguras fisik dan tenaga tidak seperti jaman sekarang yang banyak dibantu oleh alat - alat elektronik yang canggih sehingga mempermudah mahasiswa dalam mengerjakan tugas - tugas kuliah.

menilik dari aspek psikologis yang dialami mahasiswa jaman dulu dan jaman sekarang tentu punya perbedaan.

mari kita telaah :

1. kuliah pada tahun 1980 an - 1990 an

pada dekade ini mahasiswa memang sudah diperkenalkan dengan alat - alat teknologi yang dapat memepermudah dalam menyelesaikan tugas kuliah. akan tetapi jumlah yang masih terbatas dan juga harga yang waktu itu relatif sangat mahal membuat sebagian besar mahasiswa tidak bisa merasakan manfaatnya. saya menilik dampak psikologis akibat keterbatasan yang ada pada mereka, mereka menjadi mahasiswa yang ulet, cepat tanggap, tidak suka beridam di kost. selain itu biaya kuliah yang mahal memacu mereka untuk selalu lulus tepat waktu dan juga jika ada kesempatan sambil mencari pekerjaan lain yang bisa sedikit meringankan beban orang tua mereka yang membiayainya mereka pasti akan mengambilnya . hasilnya? output sarjana sangat baik, nilai, soft skill, kecakapan berorganisasi semua dinilai baik. hasilnya? lulusan sarjana sangat mudah diserap ke dalam bidang - bidang pekerjaan.

bandingkan dengan segala kemudahan yang didapat oleh mahasiswa sekarang. mahasiswa sekarang seiring dengan membaiknya tingkat ekonomi sebagian masyarakat indonesia. maka kuliah juga merupakan opsi yang biasanya diambil orang tua untuk anaknya. akan tetapi kehidupan mahasiswa jaman sekarang dengan jumlah mahasiswa yang membludak justru menghasilkan tingkat kompetisi yang amat minim. mahasiswa sering didera permasalahan sosial seperti : sex bebas, tawuran, narkoba, dan juga masalah lainya. sangking seringnya perilaku ini diidap oleh mahasiswa masyarakat sekitar pun akhirnya menjadi apatis. padahal masyarakat sekitar diharapkan menjadi kontrol sosial bagi mahasiswa. kemudahan gadget bukan berarti kelancaran dalam kuliah. gadget seperti smartphone, laptop, atau barang lainya sering tidak dipergunakan makasimal, bahkan cenderung dipergunakan untuk hal - hal yang kurang baik. outputnya? sarjana dalam kuantitas besar namun dengan kualitas rendah. sarjana susah mencari kerja karena keterampilan softskill dan hardskill mereka kurang. sarjana makin banyak yang nganggur atau bahkan terserap di bidang yang tidak sesuai dengan ilmu yang telah mereka tempuh. membengkaknya kriminalitas di kalangan muda karena keapatisan masyarakat. PT menjadi besar dan kaya raya karena hanya berpatokan pada profit bukan pada kemajuan ilmu sains. Sarjana bukan lagi titel yang membanggakan.

sebagai masyarakat umum, akademik hendaknya kita selalu mengawasi proses pendidikan di negeri ini baik yang di mulai dari tingkat yang paling rendah sampai yang paling tinggi. ingatlah kemajuan ekonomi bukan bersumber dari kekayaan alam tapi lebih banyak karena SDM yang inovatif, kreatif, dan impresif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun