Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 menunjukkan tenaga kerja di Indonesia yang bekerja di sektor pertanian adalah 29,59 persen, dan jumlahnya terus menurun. Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja di Indonesia pada sektor pertanian sebanyak 42,46 juta jiwa, sedangkan saat ini jumlahnya hanya 38,77 juta jiwa.
 Faktor penyebab turunnya minat penduduk di sektor pertanian mencakup beberapa hal, seperti sektor pertanian yang dianggap kurang bergengsi dan kurang memberikan imbalan yang memadai karena hasil produksi yang diperoleh sangat lama dan sering tidak memuaskan (Kristiana Frensiska, 2021). Gagal panen adalah salah satu alasan yang membuat petani trauma untuk bertahan melanjutkan bertani.
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan salah satu penyebab menurunnya produksi tanaman sehingga mengalami gagal panen. Dengan adanya OPT, sebagian besar petani memilih cara yang instan untuk mencegah timbulnya OPT dengan menggunakan bahan-bahan kimia dalam bentuk pestisida.
Pestisida merupakaan sarana yang sangat diperlukan terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman. Dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan OPT yang terdiri dari kelompok hama tanaman, patogen penyakit tanaman, maupun gulma.
Petani pada umumnya menggunakan pestisida kimia untuk membasmi hama, karena pestisida kimia banyak dijual di pasaran dan sangat efektif dalam membasmi hama. Mereka masih kurang peduli terhadap akibat yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia ini. Pestisida kimia ini tidak dapat terurai di alam sehingga residunya akan terakumulasi dalam tanah dan akan menempel pada sayuran. Jika senyawa ini ikut terkonsumsi saat kita memakan hasil panen (sayuran), maka akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker. Sementara pestisida yang terakumulasi dalam tanah dapat menyebabkan resistensi pada hama selain kerusakan tanah itu sendiri.Â
Penggunaan pestisida (kimia) merupakan cara pengendalian hama yang banyak dilakukan oleh petani. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan produksi pertanian. Secara intensif penggunaan pestisida sangat mendukung produktivitas pertanian, namun disisi lain dapat merusak keseimbangan alami ekosistem di lahan pertanian. Terganggunya rantai makanan alami dapat meningkatkan populasi hama akibat resistensi dan berkurangnya musuh alami yang mampu mangendalikan populasi hama.
Solusi terbaik untuk menggantikan peran pestisida kimia adalah menggunakan pestisida organik yang jauh lebih ramah lingkungan dan tidak beracun. Jika dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik memiliki beberapa kelebihan, yaitu lebih ramah lingkungan, residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman, memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan karena harga pangan organik lebih baik di banding produk hasil pestisida kimia, serta penggunaan pestisida organik yang diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan resistensi pada hama. Untuk menghemat biaya produksi petani dapat menggunakan pestisida organik dan  pemanfaatan refugia.
Refugia merupakan tumbuhan liar baik tanaman maupun gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang dibudidayakan, dan berpotensi sebagai mikrohabitat bagi musuh alami (predator maupun parasitoid). Hal ini dilakukan supaya pelestarian musuh alami tercipta dengan baik. Bagi musuh alami tanaman refugia ini memiliki banyak manfaat, contohnya sebagai sumber nektar bagi musuh alami sebelum adanya populasi hama di pertanian.
Refugia sangat menguntungkan serangga musuh alami dan membantu pengendalian hama dan penyakit. Penanaman refugia merupakan suatu usaha konservasi musuh alami dengan cara menanam secara bersamaan atau mendahului tanaman utama.
Banyak tanaman dan tumbuhan merupakan sumber pakan langsung bagi organisme musuh alami, misalnya dengan menyediakan nektar dan polen, dan secara tidak langsung menyediakan mangsa dan inang, di samping mengelola iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan hidup musuh alami (Landis et al. 2005). Keberadaan musuh alami dalam agroekosistem mempunyai peranan penting dalam pengendalian hayati organisme pengganggu tanaman (OPT).
Contoh pembuatan pestisida oraganik untuk pengendalian OPT :
- Pestisida Organik Dari Bawang Putih Dan Cabai
- Siapkan lima umbi bawang putih ukuran sedang dan tiga genggam cabai, ekstrak dan buang kulit luar bawang putih, gunakan peremuk untuk menghancurkan bawang putih dan cabai, boleh dihancurkan menggunakan lesung dan alu, lalu campurkan dengan setengah liter air, biarkan campuran tersebut terendam setidaknya selama enam jam, lalu tambahkan beberapa sabun cuci piring yang berbahan dasar kalium, karena yang terlalu keras akan merusak tanaman, lalu gunakan kain halus untuk menyaring campuran, kemudian tempatkan dalam botol kaca dengan penutup yang ketat, bila sudah siap digunakan, encerkan campuran dalam empat liter air.Cara terbaik adalah menggunakannya segera setelah pembuatan. Ketika disimpan untuk waktu yang lama, ia akan kehilangan khasiatnya.
- Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, semut, rayap, lalat putih, kumbang, ulat bulu, siput, dan ulat daun.
- Pestisida Organik Dari Daun Tomat
- Ambil daun tomat kira-kira seberat satu kg, daun tomat dimasak dalam dua liter air selama tiga puluh menit, lalu tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak dua buah dan tambahkan pula dua liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, kemudian biarkan selama enam jam, setelah itu disaring dan tambahkan seperempat batang sabun. Cairan sudah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami. Semprotkan cairan ini setiap dua hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.
- Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.