Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia. Inilah kalimat pendiri bangsa Soekarno yang berhasil menantang, melawan, dan mengusir penjajahan kolonial barat yang bercokol di bangsa-bangsa timur selama ratusan tahun sejak penjelelajahan bangsa-bangsa penjajah dari barat.
Bangsa Indonesia, dengan beribu pulau dan kebangsaan nya mempunyai lika-liku sejarah yang cukup panjang, Namun, kemerdekaan Indonesia bukanlah sebuah hadiah, dan bukanlah sebuah negosiasi keluarga-keluarga raja, ataupun keluarga-keluarga para maha patih dengan sumpah-sumpahnya.
Jika menengok kebelakang dalam sejarah bangsa tentang kepahlawanan bangsa, setiap kisah kepahlawanan selalu di pelopori para pemuda, para pelajar, para santri, para mahasiswa, dan organisasi-organisasi kepemudaan. Di bulan November kita tidak hanya memperingati hari Pahlawan 10 November dari agresi militer belanda bersama sekutu. Di bulan November, tepatnya Tragedi 13 november, kita juga mengenang kepahlawanan Mahasiswa yang mendobrak diktatorship militer, kronisme orde baru, dan dwi fungsi ABRI yang bercokol selama 32 tahun merusak tatanan demokrasi, kedaulatan rakyat dan cita-cita revolusi 1945 yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kami ingin mengajak kita semua kembali pada saat-saat epik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada 10 November di Surabaya, para santri dengan semangat jihad dan fatwa dari para kyai, menjelma menjadi garda terdepan, membela tanah air dengan semangat luar biasa. Mereka mewujudkan semboyan yang menjadi pilar kebangsaan kita: "hubbul wathon minal Iman" - cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Hari ini, kita melihat kembali peran krusial pemuda, terutama yang sekarang disebut Gen-Z, dalam mempertahankan keberlanjutan kemerdekaan Indonesia.
Jika kita merunut sejarah, kita akan menyadari bahwa para santri yang terlibat pada saat itu, bila dihitung dengan parameter usia saat ini, termasuk dalam kategori Gen-Z. Mereka, dengan semangat patriotisme dan cinta tanah air, membuktikan bahwa peran pemuda adalah elemen kunci dalam mempertahankan kemerdekaan negara ini.
Berdirinya Badan Perwakilan Komite Nasional Pemuda Indonesia di Amerika Serikat (BP KNPI USA) bukanlah semata-mata sebagai formalitas organisasional, tetapi merupakan refleksi dari pengakuan akan fungsi krusial pemuda, terutama Gen-Z, dalam pembangunan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Kami meyakini bahwa pengkategorian pemuda dalam milenial, Gen-Z, atau baby boomer adalah dikotomi yang seharusnya tidak kita biarkan terus berlanjut, karena mereka semua berasal dari golongan yang sama: Pemuda Indonesia.Â
Kita telah melewati 25 tahun sejak runtuhnya orde baru dan memulai orde reformasi yang mencoba menjadi landasan perubahan bagi bangsa Indonesia untuk meneruskan cita-cita luhur kemerdekaan, namun pada perjalanannya kita kerap kembali terjebak dalam mental tradisi politik orde baru yang mementingkan sekelompok kroni-kroni dan melupakan kepentingan rakyat, Pemuda kerap di intimidasi, di-bodoh-bodohi dengan berbagai slogan para buzzer, di tinggalkan dalam upaya membangun bangsa, dan di pecah-belah dengan identitas statistik polling & marketing dengan istilah-istilah Gen-X, Gen-Z, milenial, dsb.
Para politisi karbitan kian hari kian lupa bahwa pemuda tidak boleh pecah-pecahkan, tetapi pemuda harus di satukan dalam garda terdepan bangsa, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu cita.Â
Dalam menyonsong ide-ide besar kebangkitan ekonomi 100 tahun Indonesia di tahun 2045, Pemuda harus kembali menjadi Garda terdepan, kembali diminta berkorban dan menjadi pahlawan untuk bangsanya, di belahan bumi manapun mereka berada, Pemuda Indonesia harus melakukan pengabdian tanpa henti untuk kemajuan bangsa, karena tanpa kepeloporan pemuda bangsa ini kehilangan semangat kemajuan dan revolusi kebangsaan dari mental-mental terjajah.Â
Peran Gen-Z dalam Keberlanjutan Pembangunan Indonesia: