Dullah, yang lahir dengan nama Abdullah Taruna, mungkin adalah salah satu nama pahlawan bangsa yang sejarah hidup nya tak tertulis di banyak artikel Koran atau halama Wikipedia, namun perjalanan hidup Dullah, di persembahkan bagi setiap rakyat Indonesia, dan masa depan pendidikan anak-anak bangsa.
Dullah yang saat ini mengabdikan diri sebagai wakil pimpinan redaksi NU-On-Line, adalah Mantan Aktivis 98, dari Kampus IKIP rawamangun yang sekarang di sebut UNJ, Dullah yang menjadi salah satu Tokoh gerakan mahasiswa di Forkot dan Famred terkenal sebagai seorang yang selalu mengambil posisi tengah ketika kita semua berbeda pendapat, dia selalu melihat kita semua sama, seakan-akan dia seorang guru besar dari gerakan mahasiswa 98.
Dullah yang aktif dalam group press didaktika di saat mahasiswa, merupakan salah seorang Mahasiswa gerakan yang cukup bijaksana dalam melihat berbagai persoalan, karena dia salah satu diantara aktivis gerakan, yang mampu duduk dan mendengarkan berbagai pihak dan menyimpulkan bahwa kita semua adalah satu putra-putri ibu pertiwi, terlepas di organisasi apa-pun kita bernaung, seragam apapun yang kita kenakan atau bendera apapun yang kita acungkan.
Dullah kerap menjadikan Pena sebagai senjata yang merobek berbagai keangkuhan rezim militer dan orde baru, dan dengan pena dan kata-kata dia mengajak kita semua untuk melihat lebih jauh tentang reformasi pendidikan, dan melihat tentang pendidikan pedagogi sebagai pola alternative, namun kesaktiannya dalam memegang Pena, tidak menjadikan Dullah sebagai seorang pemimpin yang menulis di belakang meja, dullah adalah salah satu komandan lapangan gerakan mahasiswa yang selalu menjadi garda terdepan dalam menghadapi tindakan represif militer kala itu dengan mengusung perlawan tanpa kekerasan atau aktif non-violance.
Dullah, adalah salah satu generasi Sepuh gerakan 98, yang selalu berusaha merangkul semua generasi-generasi gerakan sesudah nya, dia tidak pernah takut untuk mencoba mengerti berbagai pemikiran, dari teman-teman yang berbeda generasi, dan dalam perubahan di bidang reformasi pendidikan, Dullah tidak pernah melihat perbedaan antara sekolah yang memiliki kurikulum umum ataupun mereka yang memiliki kurikulum agama (santri), semua adalah bagian dari perubahan sistem pendidikan yang utuh.
Dullah adalah garda terdepan kebebasan press mahasiswa, lebih dari sekedar wartawan mahasiswa, Dullah adalah pemimpin, pemikir, visioner, dan mentor bagi para aktivis dan rakyat Indonesia, walaupun dengan sederet keunggulan, kepiawaian dan kharisma yang di milikinya Dullah selalu pandai membawa diri dengan kesahajaan dan berada di luar garis pemerintahan.
Dullah yang kita harapakan akan duduk menjadi Guru bangsa untuk kita, tempat kita mengadu, dan menemani kita mengolah jutaan buah pikir kita, kini telah meninggalkan kita, segala perjuangan Dullah tidak akan pernah kita lupa, dan dia akan selalu menjadi pahlawan di sanubari kita semua, selamat jalan BUNG Dullah, putra-putri Bangsa ini akan selalu merindukanmu Sobat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H