Mohon tunggu...
Guruh burhanto
Guruh burhanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bismilah

Berusaha menjadi baik

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"Laut Bercerita" (Leila S. Chudori), Novel Menyadarkan Generasi Muda tentang Orang yang Dipaksa Hilang

9 Februari 2022   21:48 Diperbarui: 9 Februari 2022   21:58 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Karena dalam hidup, ada terang dan ada gelap. Ada perempuan dan ada lelaki. " Gelap adalah bagian dari alam, " Kata sang penyair. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi. - halaman 2

Laut bercerita adalah novel yang mengisahkan tentang perjuangan aktivis mahasiswa di masa pemerintahan Orde Baru. Mereka mengharapkan perubahan sosial sehingga membikin banyak gerakan sosial. Tulisan ini menceritakan bagaimana para mahasiswa itu berharap adanya sistem demokrasi yang adil bagi rakyat kemudian melahirkan kemakmuran.

Laut bercerita dari dasar laut, bersama para ikan, karang, ombak, dan burung-burung kepada keluarga yang kehilangan anak-anaknya karena dihilangkan secara paksa oleh pemerintah Orde Baru. Bercerita secara maju mundur dan membuat kita merasakan apa yang dirasakan para pejuang demokrasi di masa pemerintahan militeristik. Buku novel karya Leila S. Chudori ini mendapatkan cetakan pertama pada tahun 2017. Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta.

Novel ini adalah persembahan kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya. Tokoh-tokoh pada cerita ini diantaranya adalah raksasa, si manusia pohon, Biru laut, Gala Pranaya, Kasih Kinanti, Sunu Dyantoro, Julius Sasongko, Dana Suwarsa, Narenda Jaya, Widi Yulianto, asmara jati, Daniel, Alex, Anjani, wiratama, Gusti, dll.

Membaca novel ini,kita  dibawa kembali ke masa dimana demokrasi belum ada,kehidupan masih dipimpin oleh pemimpin tunggal. Kita akan dibawa bagaimana menjalani kehidupan sebagai aktivis, bergelut dengan diskusi-diskusi, aksi-aksi, dan propaganda, melibatkan rakyat tertindas melawan ketidakadilan yang menyertainya.  Kita akan dibuat harus terbiasa dengan syair-syair dan sastra-sastra yang tidak jauh dari kehidupan para aktivis. Hingga kemudian kita harus dibuat sadar oleh kenyataan bahwa melawan pemerintahan yang militeristik harus menerima berbagai konsekuensinya di belakangnya yaitu penyiksaan, penculikan, dan intaian intel-intel yang hendak menangkap untuk kemudian di siksa, diintograsi, dan dihilangkan. Berbagai metode penyiksaan akan kita rasakan seakan nyata hanya untuk membuat ngaku, jera, dan membuat stabilitas negara tetap stabil.

Kita kemudian dibuat merasakan dan menjalani kehidupan bagaimana rasanya menjadi keluarga yang anggota keluarga atau orang yang kita cintai dihilangkan secara paksa tanpa kabar, hilang atau meninggal? Situasi tanpa kepastian, penuh harap dan penyangkalan. Menyangkal hal-hal buruk terjadi pada anggota keluarga kita atau orang yang kita sayangi.

"Aku tak berani membayangkan apa yang sesungguhnya terjadi pada mas laut, tetapi aku juga tak ingin Bapak dan Ibu terus menerus hidup di titik yang sama, di dalam dunia yang sama:  penuh harap, penuh penyangkalan, dan penuh mimpi kosong, - tokoh asmara, dalam laut bercerita, hal 262 karya Leila S. Chudori

Novel ini sangat bagus untuk dibaca untuk generasi sekarang dan penerus untuk mengetahui bahwa sistem pemerintahan seperti sekarang adalah salah satu hasil dari buah perjuangan panjang para aktivis mahasiswa dan rakyat. Mereka mengorbankan harta, tahta, perkuliahan, pekerjaan, jiwa, dan kehilangan orang yang dicintai. Hanya demi kehidupan yang demokratis dan adil.

Novel ini terdiri dari dua bab yaitu 1 biru laut, bercerita dari sudut pandang biru laut. Bab 2 dari sudut pandang asmara jati, adik dari biru laut. Bab-bab dalam novel ini adalah kisah rangkaian tragedi yang diambil dari kisah nyata penculikan dan penghilangan paksa puluhan aktivis mahasiswa. 13 aktivis mahasiswa dari mereka masih hilang hingga hari ini. Bimo, atau Petrus Bima Anugrah, merupakan salah satu korban yang masih hilang yang menjadi inspirasi dari Biru Laut.  Leila sang penulis merupakan wartawan Majalah Tempo, ia dalam novel ini mengambil kisah Bimo sebagai tokoh Biru Laut yang melawan pemerintahan militeristik Orde Baru. Bimo lahir di Malang, 24 September 1973. Ia adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, angkatan 1993.

Pada  novel Laut Bercerita, tokoh Biru Laut diceritakan sebagai  pemuda  sayang keluarga, sangat erat dengan adik perempuannya yaitu Asmara Jati. Ia selalu rindu ibunya,masakannya dan juga dengan ayahnya.

Novel ini memiliki banyak kelebihan baik dari segi gaya bahasa dan tulisan, luasnya pedalaman para tokoh dan wawasan, kuatnya karakter dan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun