Riview yang saya tulisan merupakan  karya kedua pram atau Pramoedya  Ananta Toer yaitu anak semua bangsa yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara. Buku novel ini telah diterbitkan berkali-kali. Buku ini sempat dilarang oleh jaksa agung pada tahun 1981. Pram adalah sastrawan yang digolongkan sebagai sastrawan kiri.
Buku ini adalah kelanjutan dari karya Pram yang pertama yaitu Bumi Manusia. Gaya kepenulisan yang dibawa oleh Pram menarik yaitu alur maju. pram membawa pembaca memasuki masa kolonial ketika pabrik-pabrik gula dan berbagai perusahaan dengan modal-modal besar memasuki wilayah Indonesia untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Disini, tokohnya masih tetap sama yaitu Minke sebagai tokoh utama yang merupakan orang dari Bangsa Jawa, anak Bupati, keturunan ningrat dan lulusan H.B.S sehingga menjadikannya ia tokoh terpelajar bagi bangsanya yang baru sedikit mendapatkan pendidikan hingga jenjang pendidikan setinggi dia. Juga Nyai Ontosoroh sebagai mertua Minke yang anaknya telah dinikahi oleh Minke kemudian meninggal di Belanda akibat konflik dengan keluarga utama yang syah secara hukum kolonial yaitu istri syah suaminya atau tuannya dengan anaknya ir. Maurits Malema.
Tokoh lain adalah Darsam, penjaga keamanan perusahaan Nyai ontosoroh, si gendut, tokoh angkatan muda cina yang membawa ilmu dan pengetahuan baru mengenai perjuangan membela bangsa melawan Eropa, ketidakadilan, dan kesadaran, Khouw Ah Soe. Tidak  lupa sahabat tokoh utama Minke yaitu Kommer, sang jurnalis dan pemburu hewan serta Jean Marais yang merupakan pelukis.
Kelebihan novel ini adalah kita benar benar dibuat merasuki ruang dan waktu, seakan akan kita hidup pada masa kolonial. Kita menjadi lebih mengerti bagaimana kehidupan petani jawa dan pribumi pada masa kolonial menjalani kehidupan dengan bangsa lain. Banyak pemikiran sosial dan politik serta sejarah di tulis. Sebagian diambil dari karya sastra seperti cerita anak jurubayar  yang diambil jadi nyari kemudian melakukan perlawanan. Begitu juga dengan sejarah angkatan muda cina, kebangkitan Jepang, pabrik-pabrik gula di jawa timur dan sebagainya yang di ambil dari setting kisah nyata berdasarkan sejarah. Novel  ini juga tidak bertele-tele membuat kita menikmati halaman demi halaman tanpa terasa oleh waktu yang sudah lewat. Â
Banyak kutipan dan pesan tersurat serta tersirat menarik pada karya sastra novel ini. Misalnya adalah bahwa kita harus bisa memanusiakan manusia terlepas dari warna kulit, ras, agama, etnis/suku , dan latar belakang pendidikan. Kita tidaklah harus sombong dan merendahkan orang kain karena kita sama sebagai manusia. Hukum harusnya  berlaku adil bagi siapa saja tidak tumpul ke atas tajam ke bawah. Sebagai bangsa yang tertindas, bangsa itu haruslah belajar dan terus menjadi terpelajar agar bisa bangkit dan melawan ketidak adilan, penindasan dan berbagai kekejaman. Intisari dari buku ini adalah kita adalah anak semua bangsa, sama sebagai manusia, ingin mencapai kebahagiaan. Namun, banyak orang menempuhnya dengan merampas hak milik orang lain, jika ia lebih maju dan kaya, ia ambil dan jajah milih orang.
Kekurangan dalam buku ini adalah banyak hal tidak di jelaskan secara detail seperti latar belakang para tokoh selain tokoh utama. Â Kesimpulannya, buku novel ini jauh lebih banyak kelebihannya daripada kekurangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H