Mohon tunggu...
Bambang Gareng Nilwarto
Bambang Gareng Nilwarto Mohon Tunggu... Bidang kesehatan -

Perantau di negeri dingin dengan one way ticket. Selalu merindukan nasi pecel, rempeyek dan tempe goreng. Tidak terverifikasi! Bawel, ngèyèlan, sok tahu, sok pinter.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Emergency Aid Doctor, Menyelamatkan Nyawa. Luxus atau Hak Dasar Manusia?

26 Januari 2014   01:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya artikel ini sudah saya tulis beberapa tahun yang lalu di sebuah blog saya. Sayang, karena kurang waktu, blog tersebut terlantar. Waktu terakhir penulis pulang ke tanah-air, sempat melihat (beberapa kali) ambulans dengan lampu signal yang terjebak di kemacetan jalan-jalan di ibu kota. Pengendara-pengendara lain tidak menghraukannya dan tidak mau minggir. Jadi timbul keinginan untuk menerbitkan lagi tulisan ini di Kompasiana. Monggo.

Paman saya yang sudah sepuh telah meninggal beberapa tahun yang lalu, karena menderita hypertensive crisis (krisis tekanan darah) yang mengakibatkan edema paru-paru. Dalam keadaan kritis dengan sesak napas yang hebat itu, kakak keponakan saya meminta tolong seorang tetangganya yang mempunyai mobil dan beliau diangkut ke rumah-sakit. Sayang beberapa meter sebelum sampai, beliau sudah dipanggil.

Kenapa saya ceritakan ini? Karena saya berpikir, apakah jiwa beliau bisa diselamatkan dan saya bisa menengok sekali lagi sebelum di usianya yang sudah tinggi itu beliau akhirnya akan dipanggil Tuhan, seandainya di Indonesia sistem emergency aid doctor sudah/bisa diterapkan. Apa sistem emergency aid doctor ini? Tidak lain sistem pertolongan pertama dengan dokter-dokter yang memperoleh pendidikan khusus dalam hal ini. Bahkan sejak kurang lebih dua tahun yang lalu, pendidikan ini diakui sebagai sebuah subspesialisasi. Bagaimana bekerjanya sistem ini? Di seluruh Jerman terdapat pusat-pusat yang mengorganisasi layanan darurat ini di setiap kota atau daerah (seperti kecamatan). Biasanya untuk di kota kecil cukup seorang EAD dan di samping itu ada juga dokter praktik (dokter umum atau ahli yang mempunyai praktek) yang harus melakukan dinas malam atau akhir minggu. Kalau seorang menderita sakit biasa (bronkitis, diare ringan dsb.) dan bisa ditangani oleh dokter praktik dinas, maka EAD tidak dihubungi dan pasien ditangani/diobati di luar. Seandainya dokter dinas menganggap pasien harus dirujuk, maka ia akan memanggil dinas palang merah yang kemudian akan mengangkut pasien ke rumah-sakit. Dalam hal-hal gawat darurat (seperti kecelakaan lalu-lintas, infark jantung, edema paru dsb.), maka dokter dinas akan menghubungi dinas palang merah dan dinas palang merah menjemput EAD. Biasanya tersedia dua mobil untuk satu kasus: 1 mobil untuk EAD dan 1 ambulans (biasanya dengan peralatan cukup lengkap: O2, EKG dengan alat defibrilasi, kadang alat ultrasound portable dsb. dan obat-obat standar). Sistem di Jerman adalah sistem periksa, penanganan pertama dan kemudian perujukan ke RS. Menurut informasi yang saya peroleh, di England contohnya, sistemnya ialah sistem take and carry. Jadi pasien dijemput dan langsung dibawa ke RS. Pelaksananya setahu saya para paramedics, jadi bukan dokter. Prosedurnya secara agak mendetail: 1. Pasien atau kebanyakan keluarga menghubungi dokter dinas atau terkadang langsung palang merah melalui nomer-nomer tilpon tertentu. 2. Dokter dinas memutuskan, apakah pasien bisa ditangani di luar atau harus masuk rumah sakit. Dalam hal ini apakah EAD perlu dipanggil. Kalau yang dihubungi petugas Palang Merah (atau dari organisasi-organisasi lain yang sejenis), mereka akan menginterview penelepon secara singkat untuk memutuskan, apakah EAD harus langsung diminta datang atau mereka melihat dulu situasi ditempat. 3. Kalau perlu EAD dihubungi dan dijemput dengan mobil khusus EAD. 4. EAD memeriksa, melakukan pengobatan pertama dan memutuskan perujukan ke rumah sakit mana. 5. Transport ke RS tujuan dengan EAD. Seandainya selama perjalanan terjadi komplikasi, seperti gangguan pernafasan berat atau gangguan rytme jantung atau sebagainya, maka EAD akan menangani dan melakukan pengobatan darurat untuk menstabilisasikan pasien sampai rumah sakit tujuan dicapai. Di Jerman mobil EAD dan mobil penyelamat mempunyai prioritas utama kalau lampu signal biru dipasang. Kalau ada pemakai lalu-lintas lain tidak memberi jalan, maka bisa dituntut dan dikenakan hukuman atau paling tidak didenda. Penulis sendiri telah berkerja sejak bertahun-tahun sebagai EAD (di samping tugas utama di rumah-sakit). Selama itu banyak hal yang dialami, dari dipanggil karena ada seorang yang mengamuk (psikotis) sampai pada kecelakaan baik lalu-lintas maupun di rumah. Sebuah kecelakaan masih saya ingat sampai sekarang: di sebuah pabrik, sebuah alat berat jatuh menjatuhi kaki seorang pekerja yang berusia kira-kira 35 tahun. Waktu kami datang, pekerja itu sudah dalam keadaan preshock dan kaki kirinya hampir putus, tinggal selembar kulit yang menghubungkannya dengan tungkai kaki. Setelah meninjau situasi, saya putuskan untuk memotong kulit tersebut (tentu setelah sebelumnya saya memberikan anestesi). Kemudian pasien saya rujukkan dengan helikopter ke rumah-sakit spesial. Sayang kakinya tidak bisa diselamatkan, karena jaringan dagingnya telah hancur. Kembali mengenai paman saya seperti saya singgung di atas. Mungkin jiwanya bisa diselamatkan, tetapi mungkin itu juga sudah takdirnya, sudah waktunya. Biarpun layanan kesehatan sudah sebagus di Jerman, tetapi kalau sudah waktunya, kita tidak akan bisa merubah atau memundurkan waktu itu. Jadi saya beliau saya relakan. Mobil penyelamat (Rettungswagen). Sumber: Wikipedia.

BMW X3 Notarztwagen Rettungsfahrzeug SAV Sports Utility Vehicle
BMW X3 Notarztwagen Rettungsfahrzeug SAV Sports Utility Vehicle
Mobil EAD (Notarztwagen). Sumber: www.speedheads.de

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun