Mohon tunggu...
Mochamad Slamet
Mochamad Slamet Mohon Tunggu... -

Leadership

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepala Negara di Sadap, Pakar Hubungan Internasional Lemah Argumen

23 November 2013   00:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penyadapan Intelegen Australia terhadap SBY menunjukan bahwa negara tetangga itu skeptis dengan dinamika dan progresifitas di Indonesia. Kedaulatan sebagai harga mati tidak bisa membiarkan siapa pun merusak batas-batas negara yang meliputi tanah, air dan udara. Oleh sebab itu, langkah yang diambil oleh Presiden dalam membekukan beberapa kerjasama strategis merupakan hal yang tepat untuk membebaskan tindakan  dari negara-negara dalam dunia yang bersifat anarki.

Pada posisi ini, saya sebagai pemerhati internasional menyayangkan dengan beberapa statement pakar Hubungan Internasional yang menyatakan bahwa "Australia tidak akan meminta maaf". Pernyataan tersebut menurut pribadi, dapat mengurangi standing poin pemerintah Indonesia yang secara dominan didukung oleh masyarakat luas. Padahal dalam Hubungan Internasional, pada titik tertentu hard diplomasi perlu dijadikan instrumen dalam memukul mudur lawan. Indonesia terhadap Australia dapat menekan terus dengan melepasakan satu-persatu perjanjian kerjasama lainnya sampai PM.Toni Abot mengeluarkan pernyataan maaf.

Kemudian Indonesia dapat melakukan multy track doplomasi tidak hanya dengan German dan Brazil tetapi juga dengan Rusia dan China untuk menggugat tindakan penyadapan. Didalam negeri, dalam hal ini diperlukan inisiatif  "one voice" dari seluruh kalangan baik media, praktisi, pakar dan pengamat agar martabat bangsa ini dapat dikembalikan secara baik seperti semula. Ayo hadapi...kobarkan nasionalisme total

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun