Dua jam lalu, adik saya kelas 5 SD di Kota Dingin Jawa bagian Timur tiba-tiba bertanya, “Mbak gimana cara belajarnya anak-anak di Jerman? Ditunggu ya, aku mau tidur dulu sekarang”. Tak coba jawab saja lewat tulisan ini. Biar jadi bacaan buat esok hari.
Saya sudah berusaha mencari definisi belajar menurut kementerian pendidikan, tapi ternyata belum dapat menemukannya. Definisi Belajar Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001) menyatakan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya. Belajar ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman. Sedang menurut Bower (1987) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif. Elemen yang mencirikan pengertian belajar diantaranya Terdapat perubahan dalam tingkah laku. Perubahan itu tidak harus segera tampak setelah proses belajar tetapi dapat muncul di waktu waktu yang akan datang. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
Lalu, kita mulai masuk pada cara belajar anak di Jerman. Saya mulai dari Pekerjaan Rumah (PR). Jadi, di Jerman juga menerapkan sistem pemberian PR seperti umumnya di Indonesia. Namun, PR mereka langsung dikerjakan sepulang sekolah, meskipun batas akhir pengumpulannya masih pekan depan. Si anak mengerjakan sampai selesai, kemudian orang tuan mengoreksinya. Diantara yang berbeda ketika belajar formal disekolah ialah anak-anak Jerman bersekolah dengan pakaian bebas alias tidak mewajibkan murid berseragam. Kebanyakan dari mereka pun pergi bersekolah sendiri menggunakan sepeda pancal, sekuter, sepatu roda ataupun Longboard.
Sepulang sekolah atau ketika mengisi waktu senggang bersama orang tua mereka selalu menceritakan yang terjadi di sekolah dan selalu bertanya apapun hal baru yang ditemuinya. Orang tua pun selalu menjawab dengan gamblang apa yang menjadi pertanyaan si anak. Sebanyak apapun pertanyaan, Pertanyaan tersebut dijawab terus menerus oleh orang tua sampai si anak puas akan jawaban dari rasa keingintahuannya.
Oh ya, anak-anak jerman bahkan sampai di tingkat orang tua seringnya mbontot,atau mmebawa perbekalan dari rumah untuk dimakan sewaktu jam istirahat siang tiba. Makanannya pun kebanyakan buah-buahan ataupun sayuran sayuran mentah seperti paprika, timun, wortel. Dan anak-anak jerman sangat dilarang untuk makan chiki-chikian yang asin-asin dan banyak bahan perasa maupun pengawetnya.
Selain itu Anak-anak di Jerman benar-benar menikmati masa kanak-kanaknya untuk bermain, jauh dari handphone (kebanyakan punya hp diatas 17 tahun). Untuk menonton televisi pun biasanya hanya diperbolehkan pada hari minggu itupun maksimal 2 jam-an saja. Sedang sisa waktu lain benar-benar digunakan untuk bermain dengan teman-temannya di luar rumah, membaca novel diatas tigaratusan halaman ataupun mendengarkan dongeng lewat radio.
***Bersambung***
#writingchallenges18
Nafisatul Wakhidah
Zwiefalten, 18 Mei 2017