Mohon tunggu...
betterthangood ina
betterthangood ina Mohon Tunggu... wiraswasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

orang biasa, yang selalu ingin lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Jokowi Belajarlah Dari Raja Sulaiman

17 Februari 2015   06:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari hari ini menjadi hari-hari yang teramat  berat bagi presiden Jokowi. Setelah menggali lubang buat dirinya sendiri dengan begitu tergesa gesanya memberhentikan Jendral pol. Sutarman sebagai Kapolri dan menggantikannya dengan Komjen Budi Gunawan, Jokowi menjadi bulan bulanan

Desakan yang begitu kuat dari partai pendukung untuk segera mengangkat BG sebagai kapolri baru, dilawan oleh opini masyarakat penentang BG yang diduga memiliki rekening gendut, sehingga Jokowi mengalami buah simalakama. Jokowi pun terpaksa harus membeli waktu agar tidak terperangkap pada kesalahan berikutnya. Strategi itu kelihatannya cukup berhasil, dengan meminjam tangan praperadilan Jokowi berusaha mengkonsolidasi kawan maupun lawan. Setidaknya upaya ini berhasil mengurangi sedikit tensi tekanan partai pengusung terutama PDIP kepada Jokowi.

Lantas dengan dibebaskannya BG oleh hakim praperadilan pada 16 perbruari 2015, semua keputusan untuk mengangkat BG sebagai kapolri sepenuhnya ada di tangan anda pak Jokowi. Tapi persoalan tidak se sederhana itu bukan??. Putusan praperadilan hanya "membebaskan" BG dari status tersangka secara yuridis, lain  tidak. Di kepala masyarakat Indonesia sudah terpatri bahwa BG adalah pemilik rekening gendut yg diduka tidak wajar proses kepemilikannya!!

KISAH RAJA  SULAIMAN

Alkisah dalam masa kekuasaannya raja Sulaiman  kedatangan 2 perempuan yang memiliki bayi;

’Wanita ini dan aku tinggal di rumah yang sama,’ seorang dari keduanya menjelaskan. ’Aku melahirkan anak lelaki, dan tiga hari kemudian ia juga melahirkan bayi lelaki. Lalu pada suatu malam bayinya meninggal. Tetapi ketika aku sedang tertidur, ia menaruh anaknya yang sudah mati di dekatku dan mengambil bayiku. Ketika aku terbangun dan melihat anak yang mati itu, aku tahu bahwa itu bukan anakku.’

Mendengar ini wanita yang lain itu berkata, ’Tidak! Anak yang hidup itu saya yang punya, dan yang mati itu anaknya!’ Wanita yang pertama menjawab, ’Tidak! Anak yang mati itu kau punya, dan yang hidup itu aku punya!’ Begitulah kedua wanita itu bertengkar. Apa yang akan dilakukan oleh Salomo?

Ia menyuruh diambilkan pedang, dan ketika pedang itu sudah ada, ia berkata, ’Penggallah bayi yang hidup itu menjadi dua, dan berikan separuh kepada masing-masing wanita ini.’

’Jangan!’ teriak ibu yang sebenarnya dari bayi itu. ’Mohon jangan dibunuh bayi itu. Berikanlah kepadanya!’ Tapi wanita yang lain berkata, ’Jangan berikan kepada siapa pun; penggallah.’

Akhirnya Salomo berbicara, ’Jangan bunuh bayi  itu!

Berikanlah kepada wanita yang pertama. Dialah ibunya yang sebenarnya.’ Salomo tahu hal ini sebab ibu yang sebenarnya mencintai bayi itu sampai-sampai ia rela memberikannya kepada wanita yang lain supaya anak itu tidak dibunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun