Pagi ini aku jalan menuju pasar, tempat yang selalu ramai terutama di pagi hari. Bukan hanya ibu-ibu, tetapi para bapak dan anak juga senang lho datang ke pasar. Rute ini beberapa kali kulewati dengan sengaja untuk mencari tempat-tempat jajanan, kue basah. Maklumlah, sehabis jalan pagi biasanya enak untuk minum teh dan mencomot kue.
Sembari jalan pagi dan menikmati pemandangan, selalu ketemu hal menarik untuk jadi bahan curcol (curhat online). Di menit-menit awal jalan, kebetulan sedang menunduk, kagetlah aku saat di depanku ada sesuatu terbang. Sebungkus kue, aku inget banget itu kue bikang yang dilempar oleh seorang ibu ke arahku. Eits, bukan untuk memukulku, tetapi membuang ke tepi jalan yang posisinya di sebelahku. Olala, tepi jalan digunakan untuk membuang sampah, sempat kutengok ibu yang melempar kue, tapi aku tak berkata apa-apa. Gak mau ribut, itu saja sih.
Meneruskan perjalanan, aku berhenti sesekali menengok sungai, lahan sawah, rumah-rumah, melihat keadaan sekitar, persisnya mengamati di mana ada sampah. Kalau saja tak bermasker, tentu sudah nampak wajahku yang asem dan merengut melihat ada sampah di mana-mana. Bagaimana gak bete, saat melewati sungai, ada plastik tergantung di pohon yang kuamati isinya popok. Ampuuun!
Wilayah yang kulalui ini didominasi rumah kos-kosan, ada yang modelnya rumah tinggal atau asrama. Aku mengamati tumpukan sampah itu bukan di wadahnya, bercecer di mana-mana. Kalaulah aku jadi ibu kos, sudah pasti aku mengomel dan meminta anak-anak kos itu merapikan sampah-sampahnya. Kok bisa ya hidup dengan sampah di mana saja.
Saat melewati pinggir sawah, ada tumpukan sampah juga di sana, baju-baju berserakan dan sebagian lagi masih dalam plastik. Entahlah, ini memang sengaja dibuang di lahan persawahan atau tak sengaja terbuang. Ah, kalau sudah dalam jumlah besar, pastilah memang niat untuk membuang di lokasi sepi dimana tak ada orang yang akan menegur.Â
Pagi yang diidamkan segar, cerah, menjadi buram karena ternyata kesadaran mengelola sampah di tataran rumah tangga saja tak tumbuh. Hanya meletakkan sampah di bak sampah saja tak dilakukan. Lantas, bagaimana kita mau menuju go green dan konsep 3R: reuse, reduce dan recycle? Ah, masih jauh dari habitus sehari-hari.
Aku pulang dengan pikiran bagaimana mengelola sampah ini dimulai dari rumah? Bukan saat di TPS sampah-sampah itu baru dirapikan, terlambat sudah karena berbagai sampah sudah campur aduk. Sebenarnya ada beberapa tip sederhana untuk mengelola sampah sejak di rumah kita.
Pilah sampah
Ini paling mudah dilakukan, pisahkan sampah berdasarkan bahannya. Ada beberapa material yang kalau dikumpulkan masih layak dijual, seperti kardus dan plastik. Di beberapa perumahan, bank sampah hadir untuk mengajarkan pengolahan sampah rumah tangga. Bahkan, minyak jelantah pun sekarang bisa dikumpulkan untuk diolah kembali (bukan untuk konsumsi ya). Memilah sampah dan memanfaatkan bank sampah sangat membantu agar rumah bersih bebas dari tumpukan sampah.
Manfaatkan kembali
Setelah memilah sampah, ada banyak jenis bahan yang bisa digunakan kembali untuk keperluan keterampilan atau bahan kerajinan tangan. Ide-ide kreatif bisa membantu sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat. Sudah tahu kan kerajinan dari sachet minuman menjadi aneka barang yang menarik?
Olah jadi kompos
Sampah bahan makanan/ limbah dapur bisa diolah menjadi pupuk/ media tanam. Sudah banyak pilihan cara mengolah sampah menjadi kompos. Komposter, salah satu wadah plastik yang siap menampung limbah untuk nantinya menjadi pupuk. Kulit telur juga bisa dijadikan pupuk karena kandungannya berguna bagi tumbuhan. Â Jadi, Â memanfaatkan sampah dapur bisa bernilai ekonomis karena menghemat uang untuk membelu pupuk.
Buang dengan baik
Keberadaan tempat sampah memang ditujukan sebagai pengumpulan sampah yang tak bisa diolah lagi. Manfaatkan wadah ini dengan baik, bantulah petugas kebersihan agar tidak perlu repot mengambil sampah-sampah yang berceceran di rumah kita.
Semua tip itu bisa jadi kebiasaan baik dan membantu proses pengolahan sampah di TPS. Hal yang terpenting lagi, ada kesadaran yang tumbuh untuk merawat bumi ini. Bukankah hidup jadi nyaman jika tidak ada sampah berceceran dan lingkungan bersih. Jadi, jangan karena keinginan tak ada sampah di rumah kita, memindahkan sampah ke lahan tak bertuan jadi pilihan karena malas berubah mindset dalam mengelola sampah sendiri. Mulai yuk dari rumah masing-masing.
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Beti.MC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H