Tema Hardiknas tahun ini benar sekali, bisa dimaknai dari banyak sisi. Yang paling dekat saja akan kuceritakan bagaimana merdeka belajar ini berarti di dalam rumah kami.
Pernah suatu waktu, anak semata wayangku nyeletuk soal kebiasaanku. Menurutnya aku bukannya tidak bisa masak, tetapi untuk membuat jajanan yang memerlukan peralatan khusus, itulah yang membuat tidak ada keinginan untuk membuat kue. Dia tidak mengatakan aku malas memasak, juga tidak mengatakan aku tidak bisa masak, dia mengamati bahwa kegiatan masak memasak jadi tidak lancar karena peralatannya tidak ada.
Pernyataannya waktu lalu tidak kumengeti, tetapi hari ini kata-katanya seolah sejalan dengan tema Hardiknas tahun ini, Merdeka Belajar. Ada kalanya belajar terkendala karena tidak ada fasilitas, tetapi sebenarnya makna lebih dalam, ada tidak ada fasilitas, belajar itu tetap bisa dilakukan. Ada alternatif  metode atau belajar. Jadi, harusnya kalau memasak yang membutuhkan peralatan itu jadi halangan, memilih resep lain dengan memanfaatkan peralatan yang ada, pastilah sangat mungkin. Itulah yang bisa dilakukan dalam pendidikan kita, ada banyak jalan menuju proses belajar.
Ah, pemikiran yang luas sekali tentang Merdeka Belajar. Ide orisinil dari Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang hari ini pasti dikenang dan dirindukan banyak pendidik. Belajar dari pesan-pesan beliau dalam hal mendidik, mengingatkanku tentang istilah Pamong, pengasuh, yang lekat dengan cita-cita beliau saat mendirikan sekolah bagi pribumi. Rupanya, keinginan mendidik itu kuat sekali bermula dari rumah. Berkaca pada pengalaman beliau dalam mengasuh putrinya, konsep among, berhamba kepada anak sebagai pendekatan pendidikan yang kuat diyakininya. Bahwa pendidikan itu bermula dari rumah dan kita semualah yang menjadi pendidik anak-anak itu.
Pendidikan yang ditanamkan beliau sangat kuat menekankan budi pekerti, walau memahami ilmu pengetahuan juga penting. Memahamkan budaya dan seni dalam pendidikan sehingga jiwa anak yang terbentuk lebih kokoh karena kehalusan budi pekerti diasah sejak dini. Aku masih melihat pola pendidikan ini diterapkan oleh penerus Taman Siswa sampai saat ini. Anak-anak didiknya selain mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi mereka juga dididik mencintai seni dan keragaman budaya. Sebuah pola pendidikan yang mungkin tidak banyak diterapkan di sekolah yang mengedepankan kepandaian intelektual. Sekolah Taman Siswa yang banyak mendidik para orang tua kita ini memang perlu dihidupkan lagi pendekatannya. Kurikulum yang saat ini dirasakan berat karena menuntut anak mencapai nilai tertentu, nampaknya perlu dikaji ulang ke makna belajar yang sebenarnya.
Ki Hajar Dewantara sosok pendidik yang kuat menanamkan nilai dan teladan, masih bisa jadi teladan karena pesan-pesannya masih relevan sampai saat ini. Aku kagum akan pilihan beliau menanggalkan keningratan demi kedekatan dengan rakyat biasa dan bisa ikut mendidik mereka. Teladannya untuk tidak korup dan merangkap jabatan, lekat dengan nilai jujur merupakan teladan pemimpin yang sejati. Tradisi keluarga bukan nepotisme adalah suasana yang dibangun beliau agar hubungan dalam lingkungan itu dekat layaknya orang tua dan anak atau suasana persaudaraan. Itulah sebabnya di kalangan perguruan Taman Siswa ada sebutan Ki, Nyi dan Ni, sebutan yang dulu aku tidak paham, mengapa saat berkunjung ke rumah kerabat, orang tuaku menyebutnya dengan Ki atau Nyi. Rupanya, inilah maksud kesetaraan, tidak ada atas bawah karena darah biru yang disandang seseorang.
Kini, Merdeka Belajar jadi tema Hardiknas. Bagaimana kita bisa mewujudkan merdeka belajar dari rumah, terutama saat pandemi seperti ini? Bagaimana kita bisa memerdekakan anak-anak yang tak punya akses internet dan gawai saat pembelajaran yang dilakukan melakukan daring? Bagaimana anak-anak dari kalangan tidak mampu dan berada di wilayah terpencil mengakses pendidikan? Perlu kerja keras untuk mewujudkan merdeka belajar bagi semua anak di Indonesia dengan cakupan wilayah dan perbedaan kondisi sosial ekonomi masih jadi tantangan besar untuk bisa memberikan hak belajar bagi mereka. Â
Berharap ada inisiatif jitu dari para pendidik seperti Ki Hajar Dewantara yang mampu merumuskan konsep sekaligus mengimplementasikan pendidikan bagi bangsa ini. Â Kita tunggu gebrakan Mas Menteri yang saat ini menjadi sosok penentu arah pendidikan, Merdeka Belajar, agar tak ada satu anak pun tertinggal pendidikannya. Bisa?
Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2021. Sebuah harapan diletakkan pada masing-masing diri kita sebagai pendidik anak dalam keluarga, lingkungan dan bangsa ini. Â Ijinkan kutipan ini menjadi semangat kita semua, para orang tua yang ingin menjadi pendidik anak-anak.
"Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah"
Salam,