Mohon tunggu...
Pratiwi Wini Artati Hidayat
Pratiwi Wini Artati Hidayat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

A wife/government staff/ed-media-tech enthusiast/long life learner/proud Geminian/cat lover/scifi,corn soup & sushi addict/dreamer/risk taker/procrastinator\r\n\r\nI come, I love, I adapt, I flow, I learn, I survive!\r\n\r\nCarpe Diem!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kau, Kekasihku, Cermin Batinku, Membuatku Mampu Menyelami Jiwaku yang Terdalam

12 Oktober 2012   09:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak aku mengenalmu, ada sesuatu yang sangat kuat menarik batinku untuk jauh menyelami jiwaku. Namun dulu, saat aku menyadari hal itu untuk pertama kalinya di masa kecilku, aku terlalu takut, tak kuat aku membiarkanmu mendekat karena aku jauh dari berani untuk melihat diriku sendiri; aku terlalu takut dengan diriku sendiri. Saat aku mengenalmu lagi, waktu seolah takmembiarkanku untuk menghindari tarikan batin yang sekali lagi jauh lebih kuat kurasakan saat aku memandangmu, meresapimu, menyayangimu dan mencintaimu. Tarikan itu membuka kuat sekat batin dan jiwaku yang awalnya meronta tak ingin disentuh. Pelan tapi pasti kurasakan betapa beratnya melolosi diri sendiri, melihat diri sendiri, meruntuhkan sekat diri sendiri. Berat, pedih, sakit, perih. Namun semakin dalam aku menyayangimu, semakin aku diberikan kekuatan untuk merasakan berat, pedih, sakit, dan perihnya residu-residu jiwa dari masa lalu yang sebelumnya bahkan tak dpt kulihat, tak dpt kurasa, dan tak dpt kusentuh dgn mata batinku. Sayangku, aku telah melewati proses yang begitu amat panjang dan melelahkan dalam mengejawantahkan arti hidupku, arti keberadaanku, arti hadirku di dunia ini, namun hanya denganmu proses yang begitu panjang tersebut bisa kumaknai sebagai awal dari perjalananku. Dengan menyayangi dan mencintaimu, rahasia terdalam dalam diriku telah tersingkap dengan sendirinya, perlahan tapi pasti, satu persatu, merangkak menuju tungku pembakaran residu jiwaku. Aku diberanikan oleh waktu, aku didewasakan oleh kisah hidupku, dan aku diseimbangkan oleh keberadaan dirimu disisiku. Atribut-atribut dalam hidupku runtuh saat aku bersamamu, aku tak merasakan secuil perbedaanpun saat meresapimu walaupun kita diantar oleh dua waktu dan dua kisah hidup yang berbeda. Hanya saja, perbedaan itu semakin membuatku mengerti bahwa ada bahasa yang sama yang hanya tercipta dari dan untuk kisah kita, yang hanya bisa terucap saat batinku memanggil batinmu. Perbedaan itu menjadi sebuah persamaan. Tak pernah dapat kumengerti sampai detik ini bagaimana hal ini bisa terjadi, tercipta, dan teruntai kembali sedemikian indahnya. Saat aku bersamamu, ada kedamaian dan kebahagiaan yang tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Seluruh kekuatiran dan ketakutan akan diriku sendiri dan fananya dunia seketika sirna berganti menjadi suatu pengharapan untuk dapat bersama-sama berada pada suatu pencarian jati diri sebagai anak manusia yang sedang bertirakat untuk kembali ke pangkuanNya dengan segala keikhlasan dan kelapangan jiwa. Saat kedaginganku kembali, sering takdapat kupahami mengapa aku dapat merasakan itu semua denganmu. Namun saat kulepaskan kedaginganku dan menuju perenungan mata batinku, semuanya seolah tercerna lekat tanpa kata-kata. Mengenalmu, meresapimu, menyayangi, dan mencintaimu membuatku lebih mengenal, meresapi, menyayangi, dan mencintai diriku. Sekali lagi, aku diberikan pencerahan melalui suatu proses yang penuh luapan emosi, bahwa dirimu bukanlah milikku, melainkan milik Tuhan, sama seperti diriku yang juga bukan milikmu, melainkan adalah milikNya. Dengan demikian aku bisa menyayangi dan mencintaimu lebih ikhlas. Takut kehilangan adalah sesuatu yg manusiawi, sayangku, tapi jika kuserahkan seluruh milikku padaNya, aku tak takut lagi untuk kehilangan karena aku yakin, apa yang telah kuserahkan sepenuhnya padaNya, akan selalu dipeliharaNya dengan baik, dan dengan demikian, aku tak sepantasnya merasa terlalu kuatir. Sayangku, ada kelegaan yang begitu menyentuh saat batinku bisa memahami itu semua. Matur nuwun Kangmas, Mugi2 Kangmas inggih sami diparingi karaharjan ingkang saking Gusti lan mugi2 panjenengan tansah tinarbuka samubarangipun lan pikantuk kasarasan lahir lan batin kangge ngadepi sedaya lelakon in donya punika ugi ngantos kondur malih dumateng Gusti. Sedaya pangarep-arep punika kula aturaken ing ngarsanipun Gusti ugi pangucap syukur lan sungkem manah dumateng leluhur sedaya bilih kangmas lan kawula saged kaparingaken kabecikan hurip lan manah ingkang rahayu. Namun demikian Sayang, jika perjalananku masih panjang, dan jika sekiranya aku dapat mengucapkan suatu permohonan pada Tuhan, terlalu egoiskah aku sebagai manusia jika aku memohon untuk dapat didampingi olehmu? Wini, Jakarta, 2011 ============================== *Ditulis pada tanggal 26 Januari 2011 (sebelum pernikahanku dengan kekasihku seperti yg tersebut dalam coretan ini (yang alhamdulillah sudah menjadi suamiku sekarang). *Ini adalah sequel kedua dari puisi berjudul “19 tahun Kemudian Adalah Saat Ini" yang menjadi moment awal perjumpaan kami lagi setelah 19 tahun yang lalu sebagai teman SD * Alhamdulillah, segala kegalauan dan seluruh proses pernikahan ini tergolong cepat untukku (secara aku sebelumnya sudah berkali-kali gagal in relationships dan hampir tidak bisa percaya lagi dengan yang namanya cinta serta hampir tidak pernah berharap untuk bisa menemukan seseorang dan menikah). Memang jodoh itu adalah misteri dan Allah SWT telah menunjukkan misteriNya yg terindah untuk kami berdua. Kalau diulur pakai logika, rasanya kok ndak mungkin tapi tiada yg tak mungkin bagi Allah SWT * Pernikahan ini bukan sebagai tujuan akhir bagi kami melainkan awal dari tujuan besar kami berdua yang insya Allah diberikan jalan yg terbaik untuk dapat membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah sampai akhirnya nanti dapat bersama-sama berdampingan di Janna, amiin YRA.

13500345462103742782
13500345462103742782

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun