Mohon tunggu...
Nabila Anwar
Nabila Anwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hi

All of us get lost in the darkness, dreamers learn to steer by the stars.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Upaya Kudeta Turki dan Akibat yang Datang Setelahnya

29 Agustus 2016   10:31 Diperbarui: 29 Agustus 2016   10:58 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 15 Juli 2016, terjadi upaya kudeta di Turki untuk menggulingkan presiden Turki—Recep Tayyip Erdoğan—yang telah menjabat dikursi presidensial dari tahun 2014. Upaya kudeta ini menewaskan lebih dari 20 warga Ankara—termasuk warga sipil dan polisi. Total 265 orang meninggal di seluruh penjuru Turki yang terkena dampak upaya kudeta, 161 di antaranya warga sipil dan sisanya “anggota komplotan” kudeta. Diduga upaya kudeta ini direncanakan oleh sebuah fraksi atau golongan tertentu di dalam Angkatan Bersenjata Turki (Türk Silahlı Kuvvetleri/TurkishArmed Forces) namun naasnya upaya kudeta ini gagal. 

Banyak kerusakan yang terjadi di ibukota Turki, Ankara setelah upaya kudeta ini terjadi; dua diantaranya pemboman Gedung Parlemen dan Istana Presiden. Selain itu, terjadi penyerangan di berbagai daerah di negara Turki, termasuk ibukota Ankara dan kota historikal Istanbul, serta kediaman Erdoğan di Marmaris dan juga kota di Turki bagian tenggara, Malatya, meski tidak separah di Ankara. 

Warga sipil Turki juga turut datang ke jalan untuk menentang usaha kudeta, alhasil mereka terjebak baku tembak dengan tentara di Jembatan Bosporus dan pada akhirnya melayangkan beberapa nyawa. Hal ini dikarenakan Erdoğan sempat menyerukan rakyatnya untuk turun ke jalan demi melawan usaha kudeta. Rakyat pun berkumpul di alun-alun kota Ankara dan Istanbul untuk menentang usaha kudeta meskipun jam malam diberlakukan oleh pro-kudeta.

Esoknya, 16 Juli 2016, Perdana Menteri Turki, Binali Yıldırım, mengatakan bahwa situasi dalam keadaan terkendali dan menyebut upaya kudeta itu merupakan ‘noda hitam’ pada demokrasi Turki dan berjanji untuk menghukum berat kepada siapapun yang bertanggung jawab dalam kudeta ini. Setelah itu, terjadi penangkapan massal para tentara oleh pemerintah dengan total 2.839 tentara ditahan karena mereka menjadi penyebab utama kekacauan di Turki—dikabarkan dua jenderal berpangkat tinggi termasuk salah satu dari mereka. Selain itu, ratusan hakim di seluruh negeri telah diberhentikan. Upaya kudeta ini dikecam oleh partai lawan utama di Turki dan juga masyarakat internasional pada umumnya. Politikus dari seluruh partai politik yang berlawanan dengan presiden telah bersatu mengutuk kudeta ini dalam sidang darurat parlemen di ibukota Turki, Ankara.  

Semula ada dugaan bahwa pengikut ulama Turki-berbasis-Amerika Fethullah Gulen adalah dalang di balik upaya kudeta ini. Hal ini tentu saja mempengaruhi Indonesia. Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School dan Pribadi Bilingual Boarding School yang pernah berada di bawah Yayasan PASIAD yang dulunya terhubung dengan Fethullah Gullen terancam dibubarkan, dan juga tiga dari Warga Negara Indonesia di Turki ditahan oleh pemerintah karena diduga sebagai pengikut Gullen. Dua di antaranya adalahpelajar/mahasiswa Indonesia yang mendapatkan beasiswa Yayasan PASIAD dan sedang bermukim di bangunan milik Gullen. Gerakan Hizmet juga dituduh oleh Erdoğan atas upaya kudeta, namun salah satu cabang gerakan itu langsung menampik dengan menyatakan bahwa tuduhan oleh Erdoğan ‘sangat tidak bertanggung jawab’. Selain itu, para “anggota komplotan” tidak mempunyai hak kekuasaan sebesar Erdoğan, menjadikan mereka tak berdaya ketika ditangkap satu persatu sebagai tanda ‘pelucutan’ militer yang dilakukan Erdoğan dan pemerintahannya. 

Terjadinya upaya kudeta ini menyebabkan orang-orang dan beberapa pihak berspekulasi bahwa pemerintahan Erdoğanmenuntut rakyatnya untuk melakukan peraturan-peraturan yang ia buat untuk menjadikan Turki sebagai negara muslim sebagaimana hakikatnya saat pemerintahan kekaisaran Ottoman, menyebabkan ia dipandang sebagai orang yang ‘jahat’ dalam situasi ini karena ingin membalikkan peraturan yang sebelumnya telah lama diberlakukan sejak pemerintahan Ataturk. Akan tetapi, secara logika kudeta gagal karena rakyatnya lebih banyak memihak Erdoğan dibanding menentang beliau. Seperti yang Erdoğan katakan, “Saya tidak percaya ada kekuatan lebih hebat daripada kekuatan rakyat.” Kalaupun Erdoğan sesosok pemimpin yang jahat, tidak mungkin ada sebanyak 165 warga sipil yang berani mengorbankan nyawa mereka demi pemimpin mereka. Pemerintah Turki juga tidak akan menangkap orang-orang yang tidak bersalah, oleh karena itu pada akhirnya dua WNI pelajar yang ditahan pemerintah dibebaskan karena mereka terbukti tidak bersalah, ini membuktikan bahwa kebenaran di kala itu ada di garis depan.  

Baiknya lagi di masa depan, upaya kudeta di Turki ini bisa menjadi acuan dan pelajaran bagi rakyat Indonesia jika hal yang sama terjadi di negeri ini, agar sejarah pahit Turki tidak terulang di Indonesia.

 

Sumber:

-      Holt, Gerry and Roland Hughes. (2016). Failed Turkey coup: A summary of today's key developments. [Online]. [27 Agustus 2016].

-      Ruslan, Heri. (2016). Fethullah Gulen dan Misi Kemanusiaannya.[Online]. [27 Agustus 2016].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun