Pulang yang aku maksud bukanlah pulang yang kau maknai kini. Pulang adalah kembali, balik ketempat semula. Kadang-kadang banyak yang tidak sepaham dengan pengertian pulang seperti itu. Hal tersebut disebabkan oleh karena selama ini paradigma pulang identik dengan keterbelakangan, kemunduran atau bahkan keterpurukan, padahal pulang dapat diartikan mengambil langkah mundur untuk meraih lompatan yang lebih jauh. Kesadaran ini justru bersifat resesif dalam pengambilan keputusan seseorang termasuk dirimu kini, hingga pulang menjadi hal yang terlupakan, hanya tersembunyi diruas-ruas nurani yang tak pernah kau tengok.
Untuk pulang bukanlah perkara yang mudah, bukan pula perkara yang begitu rumit. Sulitnya adalah, bagaimana mengadaptasi diri dengan suasana ketika pulang, bagaimana menghilangkan rasa dimanjakan oleh banyaknya kebahagiaan yang telah dilewati sedangkan mudahnya adalah jalan pulang sudah diketahui, tak perlu takut tersesat. Keyakinan untuk pulang haruslah kuat dengan tetap mengingat, bahwa kadang kebaikan itu datang dengan cara yang paling kita tidak sukai bahkan begitu menyakitkan dan kadang kesesatan itu datang dengan cara yang paling membahagiakan. Cinta kadang seperti badai, kita tidak bisa menghentikannya, tapi kita bisa menunggunya lewat untuk bisa melangkah melupakannya, sebab membiarkannya akan membuatmu terluka dikemudian hari.
Pulanglah dan lihat betapa masih banyak yang menyayangi, dan tak perlu kau ragukan kesetiaannya lagi. Mungkin perlu waktu, bila bukan hari ini, mungkin esok…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H