"Jika semua kitab Islam hilang, naudzubillah, dan yang tersisa hanya kitab Ihya ini,maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu" Imam Nawawi, Ulama dan penulis kitab Riyadush Shalihin.
Saat membaca kutipan tersebut di cover belakang Ikhtisar Ihya' Ulumuddin ini, yang pertama terlintas dalam benak kita pastinya adalah; Selengkap, sebaik dan seindah apa kitab ini? Hingga seorang ulama besar, Imam Nawawi, bisa mengatakan bahwa kitab ini bisa mencukupi seluruh kitab?
Â
Tentang Kitab Ihya Ulumuddin
Kitab Ihya' Ulumudin bertemakan tentang kaidah dan prinsip penyucian hati yang akan memandu kita menemukan jalan kehidupan sesuai dengan petunjuk dan teladan Rasulullah Saw. Kitab ini termasuk kitab terakhir yang dikarang oleh Hujjat al-Islam, Imam al-Ghazali. Beliau adalah tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dalam bidang fiqh dan tasawuf.
Sebagaimana arti dari judulnya, kitab Ihya' ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama yang dianggapnya mulai terkubur. Dan benar, bagaikan masterpiece sebuah kitab, Ikhtisar Ihya' Ulumuddin karya Imam al-Ghazali ini mencakup berbagai disiplin ilmu agama dan mampu menguraikannya dengan sangat detail. Mulai dari prinsip dasar keyakinan (ketauhidan), ibadah, hingga akhlak berdasar pada sumber yang otentik; Al-Qur'an dan As-Sunnah yang akan membawa kebahagian di akhirat. Hebatnya lagi, kitab ini tidak saja terkenal di kalangan kaum muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam karena ajarannya yang menyeluruh.
Pada dasarnya, ada beberapa versi dari Kitab Ihya' ini. Ada yang terbagi menjadi 4, 9 hingga 12 jilid. Setiap jilid dibagi berdasarkan tema utamanya.Â
Pada kitab aslinya, diterangkan bahwa kitab Ihya ini terdiri dari empat rubu' (empat bagian besar kitab), dan di setiap rubu' terdiri dari 10 bab. Rubu' pertama adalah rubu al-ibadat yang membahas ilmu ketauhidan dan perihal ibadah; kedua rubu al-adat yang membahas tentang adab sehari-hari, ketiga rubu al-muhlikat yang menyentuh sisi keajaiban hati dan pengkajian terhadap penyakit-penyakit spiritual berdasarkan ilmu al-Quran, dan keempat rubu al-munjiyat, membicarakan penyucian diri menuju kesuksesan akhirat.
Imam al-Ghazali menulis kitab Iya dengan sistematika pembagian tersebut dengan tujuan menyajikan ilmu yang mudah dipahami dan mudah dipraktekkan secara langsung. Imam al-Ghazali membagi ilmu tasawwuf menjadi dua: pertama, ilmu muamalah (terapan) dan kedua, ilmu mukasyafah (pengetahuan).Â
Dituturkan olehnya, pembahasan Kitab Ihya Ulumuddin memang ditekankan dalam wilayah muamalah/ ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin, seperti fiqh penjelasan kewajiban-kewajiban agama seperti taharah, shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain yang semuanya dilaksanakan secara fisik dan secara sosial.
Adapun kitab Ikhtisar Ihya' Ulumuddin yang diterbitkan oleh Turos Pustaka ini adalah ringkasannya, dikemas lengkap dalam 1 buku. Pada halaman depan buku ini, disajikan peta buku yang memberikan gambaran singkat tentang penulis kitab dan karya-karyanya, hingga isi pembahasannya.
Imam al-Ghazali selalu memasukkan rujukan dalil al-Quran dan Hadits dalam pembahasan materinya. Namun sayangnya, kitab Ihya ini tidak menyebutkan sanad Hadits-hadits tersebut dengan jelas. Karenanya, kitab ini kemudian menarik perhatian para muaddits untuk melakukan kajian terhadap Hadis-hadis yang terdapat di dalamnya, baik dari ulama terdahulu maupun ulama kontemporer.Â