harum/wangi Kasturi nanti di Surga menjadi suatu kenikmatan yang diinginkan. Sebagian yang lain selalu merindukan wangi Tuhan. Ada apa dengan wangi atau harum? Itu pertanyaan mendasarnya.
Jika seorang bertanya mengapaPenjelasan tentang harum tak mungkin dipahami jika seorang tak pernah mencium harum tersebut. Sulit menjelaskan soal "rasa" bagi yang tak pernah merasa.
Prinsip di atas ingin saya jadikan dasar untuk menjelaskan bagaimana harum itu menjadi sebuah kenimatan. Secara sederhana, ketika anda mencium wangi parfum orang yang lewat di depan anda yang itu sesuai dengan selera anda, secara otomatis, pikiran anda menjadi tenang, fresh, hati tenang bahkan jiwa anda merasa tenang.
Kasus kedua, ketika anda memiliki seorang bayi, entah itu anak atau adik atau saudara anda. Harum atau wangi bayi itu selalu ingin anda cium, anda selalu terikat dengan wangi bayi tersebut, bahkan selalu anda rindukan, walaupun wangi itu menurut sebagian orang agak bau kecut (haseum). Tapi, itulah yang selalu orang tua rindukan.
Kasus ketiga, ketika anda memiliki seorang pasangan, wangi atau harumnya selalu anda hafal. Bahkan dijarak sekian, anda mampu merasakannya. Harum itupun membuat otak anda fresh, membuat hati anda tenang, bahkan rindunya melebihi rindu anda terhadap seorang bayi. Ada ikatan lebih kuat daripada kasus pertama dan kedua.
Itulah yang selalu pasangan rasakan. Termasuk saya. Wanginya itu sangat saya hafal, wanginya itu selalu menjadi kerinduan dan wanginya itu selalu dinantikan. Setiap kali saya mumet dengan masalah pekerjaan, masalah kehidupan dan masalah lainnya, ketika mencium harum itu. Seketika semua hilang. Entah mengapa, sesederhana itu solusi setiap masalah.
Yahh, terkadang wangi itu hanya wangi minyak telon. Tapi, minyak telon yang dia pakai berbeda dengan minyak telon lainnya. Minyak telon itu membawa kehangatan, kerinduan dan bahkan kecanduan. Saya selalu candu dengan wangi minyak telon itu. Jika sudah mencium minyak telon itu, serasa tak mau berpisah.
Dari penjelasan di atas, saya belajar,
Wangi itu bisa saja sama
Tapi, di hadalan sang pencinta itu lebih bermakna
Wangi itu boleh saja oleh khayalak tak disuka
Tapi, di hadapan pencinta, selalu membuat suka ria
Wangi itu bisa saja dianggap bau
Di hadapan pecinta, itu menjadi candu
Cisaat, 09 Mar 2024
Beta Firmansyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H