Sumber: bidadarisurga.wordpress
DOA HARI KE-4
اَللّـهُمَّ قَوِّنِي فِيْهِ عَلَى اِقَامَةِ اَمْرِكَ، وَاَذِقْنِي فِيْهِ حَلاوَةَ ذِكْرِكَ، وَاَوْزِعْنِي فِيْهِ لاَِدَاءِ شُكْرِكَ بِكَرَمِكَ، وَاحْفَظْنِي فِيهِْ بِحِفْظِكَ وَسَتْرِكَ، يَا اَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ
"Ya Allah, berikan padaku di bulan ini kekuatan untuk melaksanakan perintah-Mu. Biarkan aku merasakan nikmatnya berzikir kepada-Mu. Ilhamkan kepadaku untuk senantiasa dapat bersyukur kepada-Mu. Lindungi aku dengan penjagaan dan perlindungan-Mu, Wahai Yang Maha Melihat segala sesuatu."
"Nun Gusti, paparin abdi dina sasih ieu kakiatan pikeun ngalaksanakeun parentah Gusti. Mugia abdi tiasa ngaraoskeun nikmatna nyebat nami Gusti (dzikir). Tuntun abdi pikeun salawasna tiasa syukur ka Gusti. Salindungan abdi ku pangraksa sareng pangrisa Gusti. Nun Gusti Dzat anu Maha Ningali kana sagala perkara."
Catatan Penulis: Nikmatnya Menjalankan Perintah
Secara medis dengan kosongnya perut maka akan menyebabkan lelah dan kurang bersemangat untuk melaksanakan aktivitas. Tak terkecuali ibadah. Jika memang bukan spirit ramadan, sepertinya kita malas untuk melaksanakan banyak aktifitas. Karena spirit ramadan dengan pelimpahan pahalanya, akhirnya kita mampu (walaupun terkadang memaksakan) melaksanakan setiap kewajiban.
Perlu dicatat tanpa bantuan dan izin Allah, mana mungkin kita bisa melaksanakan setiap kewajiban di tengah keadaan perut yang kosong. "Yaa Allah, bantulah Aku dalam melaksanaan perintahMu." Perintah hanya mampu dilaksanakan dengan ketundukan, tanpa ketundukan munculah pembangkangan. Sehingga seberapa sering kita melakukan kewajiban dengan ikhlas, setingkat itulah ketundukan kita kepada Allah. Sangat mungkin awalnya dipaksakan, akan tetapi setelahnya bisa saja kenikmatan dalam ketundukan.
Tidak sedikit orang yang justru menjalankan ketundukan itu merasakan kenikmatan. Saking nikmatnya, dia berlama-lama dalam beribadah. Memang tidak mudah untuk merasakan manisnya ketundukan, manisnya penghambaan dan manisnya kebersamaan. Tapi itu perlu latihan dan perjuangan.
Bukankah orang yang dimabuk cinta sangat senang menyebut-nyebut kekasihnya? Dalam fase itulah dia merasakan manisnya cinta. Hal ini sebagaimana pepatah arab, "Kecintaan itu dibuktikan dengan banyak menyebut kekasihnya." Tugas kita di bulan suci ini yaitu merasakan manisnya ibadah. Dengan kondisi keterikatan pada duniawi dikurangi, menjalankan kebaikan diapresiasi, dan setan dibatasi, maka seharusnya kita mampu merasakan manisnya ibadah, manisnya dzikir, manisnya puasa dan manisnya salat malam.
Jika puasa kita masih terpaksa, salat malam masih takut dosa, baca Qur'an hanya sebatas mengisi waktu semata, maka perlu ditanyakan kembali seberapa cinta kita? Bukankah jika cinta, kita selalu ingin berjumpa. Maka dari itu, puasa menjadi ajang untuk kita meningkatkan rasa cinta pada Pencipta. Kita memohon kepada Allah, "Yaa Allah, berikanlah kepadaku kenikmatan menyebutMu."