Mohon tunggu...
Bestday Ever
Bestday Ever Mohon Tunggu... -

1993. Kompasianer.....\r\nMathematics is never going to lead me to higher truth and you know why?? Because it's boring!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan Jihad dari Pulau Belitung

24 Oktober 2010   04:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:10 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa bulan yang yang lalu saya berkesempatan untuk tinggal di pulau Belitung.Pulau indah yang di anugerahi pantai berpasir putih dengan pemandangan luar biasa memanjakan setiap mata yang melihatnya. Sebelumnya, saya adalah seorang muslim turunan yang artinya menjadi pemeluk Islam karena garis keturunan di keluarga saya yang semuanya muslim, istilah sederhananya sejak keluar dari rahim ibu saya telah di Islamkan begitu saja. Saya bukan orang yang berpegang teguh pada norma-norma Islam yang seharusnya saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari.Intinya saya jenis muslim yang tidak fanatik atau muslim yang hanya ketika ditanya orang, apa agama  anda? atau ketika mengisi suatu formulir tentang agama, saya akan menjawab dan mengisinya dengan agama Islam. Bagaimana ibadah saya?? ibadah saya sangat standar, sholat 5 waktu yang kadang terlewat, puasa wajib, baca al-qur’an. Hanya itu.

Tapi di pulau Belitung saya temukan apa arti dan fungsi dari sebuah agama. Bermula dari ajakan seorang teman untuk sholat berjamaah di sebuah mesjid yang benama mesjid al-hidayah di kecamatan Gantung kabupaten Manggar, Belitung Timur, pandangan saya tentang agama berubah secara keseluruhan bahkan mungkin waktu itu adalah titik dimana saya merasa mantap memilih Islam sebagai agama yang akan menjadi pedoman hidup sampai akhir hayat.

Memasuki lingkungan mesjid, saya merasa aneh sendiri karena jamaah mesjid itu mayoritas menggunakan gamis atau jubah dan tak ketinggalan sebuah peci bertengger di kepala mereka. Perasaan saya waktu itu sedikit takut juga, mengingat banyaknya pemberitaan tentang jamaah yang berpenampilan “arab”, dimana mereka memiliki paham keras dalam menerapkan ideologi Islam pada masyarakat. Intinya pada waktu itu ada sedikit rasa takutdi benak saya akan terjerumus masuk lingkungan “islam teroris”. Ternyata pemikiran saya tersebut salah besar.Jamaah itu bahkan tak memiliki nama seperti organisasi atau ormas  agama yang sering kita lihat berteriak berapi-api di televisi tentang syariat dan sebagainya. Baru kali ini saya melihat seorang muslim yang benar-benar menjalankan sunah nabi, dan hidup seperti yang di perintahkan Tuhan. Meski tak dapat di pungkiri beberapa dari jemaah tersebut adalah orang kaya tetapi mereka tidak tampak menonjol dari sebagian yang lainnya, semua sama dan membaur satu sama lain.

Pemikiran saya masih negatif, ketika itu saya berpikir mungkin jemaah ini ramah agar orang-orang masuk ke lingkup lingkungan mereka, dan sekali lagi saya salah besar. Mereka bahkan berprilaku sama pada pemeluk agama lain dan terciptalah sebuah pemandangan keharmonisan toleransi yang indah. Saya yakin jika anda berkesempatanberkunjung kesana dan mencoba untuk bergaul selama satu kali waktu sholat saja, anda akan merasa nyaman dengan keramahan dan kesederhanaan mereka.

Suatu ketika pernah saya mencoba bertanya tentang jihad Islam dengan cara bom bunuh diri, membunuh atau melakukan tindakan diskriminatif pada non muslim dan juga beberapa aksi penuh emosi yang dilakukan ormas-ormas islam yang sering muncul pada pemberitaan tv. Jawaban dari mereka membuat saya terpana. Mereka mengatakan, Jihad seperti itu sungguhlah tak berguna karena orang-orang itu salah dalam mengaplikasikan Jihad yang di perintahkan Allah. Memang benar membunuh di halalkan ketika melakukan Jihad, akan tetapi itu terjadi ketika kedua belah pihak memang sudah siap untuk bertempur, bukannya membunuh orang non muslim yang sedang makan, tidur atau berjalan kaki dan kemudian mengatakan itu sebagai Jihad atas nama Islam. Begitu pula dengan beberapa ormas Islam yang tampak selalu anarkis dalam setiap pemberitaan. Mereka berpendapat bahwa ormas-ormas Islam itu digerakan oleh oknum politisi dan tidak menutup kemungkinan ormas-ormas Islam itu hanya mencatut nama besar Islam hanya agar tindakan-tindakan anarkis yang ormas-ormas itu lakukan dibenarkan.

Sebaliknya, Jihad yang dilakukan jemaah belitung ini bukanlah jenis jihad untuk mengekalkan atau menjadikan agama Islam sebagai agama nomer satu ataupun membunuh orang-orang tak bersalah hanya karena perbedaan agama, mereka berjihad dengan cara mengajak sesama muslim untuk berbuat kebaikan dan menjalankan ibadah sebagaimana yang harus seorang muslim lakukan. Mereka juga sadar syariat islam di Indonesia tidak dapat diterapkan sebagai peraturan baku pemerintahan mengingat keragaman masyarakat kita, dan mereka menganggap tak ada yang salah dengan itu karena Allah menciptakan manusia penuh keragaman. Selain itu, mereka menganggap orang yang melakukan bom bunuh diri dengan alasan untuk membasmi sang “kafir”, adalah sebuah kebodohan. Mereka menganggap mati dengan cara seperti itu tak lebih dari sekedar hasil dari hasutan-hasutan politik berkedok agama yang bertujuan untuk memecahkan bangsa ini. Ketika saya bertanya tentang pesatnya arus budaya barat yang kebanyakan menyimpang dari norma masyarakat, masuk dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat kita belakangan ini, mereka menjawab, Itulah jihad utama kami, mengajak anak muda dan masyarakat kita untuk lebih mengenal agamanya sendiri dan menjalankannya sebagi pedoman hidup karena pesatnya zaman membuat kami tak akan bisa menghentikan laju pengaruh budaya barat ke negara ini. Sungguh saya kagum kepada mereka.

Selain itu saya juga diberitahu tentang berbagai sunah-sunah nabi yang bermanfaat bagi tubuh kita, mulai dari cara makan, buang air, sampai ketika akan beranjak tidur. Selama saya bergaul dengan jemaah itu tak pernah sekalipun saya mendengar letupan-letupan pernyataan penuh emosi tentang agama seperti ormas-oramas islam yang sering wara-wiri di tv yang bahkan ketika merobek kertas atau menendang sesuatu mereka berteriak “Allahhuakbar” yang entah maksudnya apa.

Dalam pemahaman jemaah ini juga tak ada yang namanya di tuakan atau di hormati berlebihan.Semuanya dipandang sama. Orang yang berilmu lebih, saling membagi ilmunya ke yang lain yang belum tahu. Pernah saya mencium tangan seorang orang tua yang menurut saya paling arif dan berilmu, dan di luar dugaan bapak itu mencegahnya dan mengatakan, saya hanya seorang manusia, dan perlakukanlah saya seperti manusia pada umumnya. Subhanallah….

Belakangan, saya mengetahui melalui internet ternyata jamaah Belitung yang saya temukan adalah jenis jamaah terbesar di dunia, sebenarnya jamaah ini tak memiliki nama apaun tapi dari wikipedia jemaah seperti ini sering di panggil dengan sebutan “jamaah tabligh” dan ternyata memiliki markas atau pusat di Jakarta. Jika pembaca pernah tahu atau mengenal Sakti sang mantan personil Sheila on Seven itu, ternyata dia kini bergabung atau lebih tepatnya bergaul dengan jemaah ini dan kehidupannya kini sangat sederhana dan tampak bahagia.

Dalam menjalankan Jihad, jamaah ini menggunakan dakwah ke sesama muslim dan bahkan mereka rela mengetuk pintu setiap rumah orang muslim yang tentunya tak jarang mendapatkan makian dan cemoohan dari orang-orang muslim yang mungkin tak nyaman di dakwahi orang lain. Semua pengalaman di atas terus berbekas di hati saya. Jemaah ini ada di setiap provinsi di Indonesia bahkan di seluruh negara di dunia, ciri-ciri dari jemaah ini adalah ketika bertemu dan tahu kalau anda seorang muslim mereka pasti akan memberi salam dengan ramah dan biasanya mereka memakai gamis dan peci.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun