Mohon tunggu...
Besi Merah Putih
Besi Merah Putih Mohon Tunggu... -

Blogger

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menimbang Puan Maharani I: Kata Para Tokoh Mengenai Figur “Sang Panglima Revolusi Mental”

27 Oktober 2014   23:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:31 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sosok Puan Maharani yang saat ini menjabat sebagai Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Budaya menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat, yang terekam jelas dalam pemberitaan media online dan percakapan sosial media, khususnya Twitter. Di wilayah yang serba bebas ini, masyarakat, dari berbagai latar belakang, kelas ekonomi, pendidikan dan lintas dimensi sosial lainnya begitu bebas menyampaikan pendapat dan pikirannya pribadinya. Ada yang fair memberikan penilaiannya degan berbagai pertimbangan objektif-imliah, tapi tak sedikit pula yang subjektif dan tendensius. Ada yang tulus demi kemajuan Bangsa, namun banyak pula yang berbalut kepentingan tertentu.

Jika Anda mencari testimoni negatif terkait figur Mba Puan, silakan Anda cukup googling dan Anda pun akan menemukan cukup banyak pemberitaan yang saya sinyalir kuat adalah hasil rekayasa dari para rival politiknya. Dalam tulisan ini saya akan coba menimbang kelayakan figur generasi ke tiga dari salah satu pendiri Bangsa ini, Soekarno, menurut pandangan dan pendapat berbagai tokoh lintas profesi dengan latar belakang “tergaransi” dan “tanpa kepentingan”.

1.M. Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer: ia menyebutkan poin plus yang dimiliki Puan, yaitu “Representasi partai, karena Puan adalah Ketua DPP Bidang Politik. (Selain itu) di DPR  (ia) juga menjabat sebagai ketua fraksi.” Puan juga dinilai matang dari segi pengalaman karena, “Prestasi dan pengalamannya adalah terlibat langsung dalam dinamika politik partainya yang kemudian menempatkan PDIP sebagai partai penguasa (lewat hasil pilpres yang memenangkan Jokowi-JK).”Bagi Qodari, pengalaman Puan Maharani tidak perlu diragukan lagi. Dengan menduduki jabatan sebagai ketua fraksi PDI-P pada periode 2009 hingga 2014, Puan semestinya sudah memiliki jaringan yang luas dan kuat. Prestasi lain Puan adalah kesuksesan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah. Ketika itu ia duduk sebagai ketua tim pemenangan Pilkada Gubernur Jawa Tengah. (Sumber: http://goo.gl/SJoVIw)

2.Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid/Yenny Wahid. "Mbak Puan mewakili semangat orang muda. Ini eranya kaum muda yang berkualitas yang terpilih. Jadi gunakan momen ini sebaik-baiknya. Karena yang harus dijaga bukan sekadar nama baik sang pejabat atau keluarga besar, tapi juga rakyat Indonesia. Saya harap, kalau terpilih, Mbak Puan mau lahir batin bekerja dan berkorban memberikan yang terbaik buat negeri dengan semangat baru ini," ucap Yenny panjang lebar. Sebagai sahabat, Yenny mendukung Puan bila memang terpilih dengan mekanisme yang baik dan teruji. "Semua harus siap menerima, termasuk Mbak Puan, harus siap membuktikan untuk bekerja dengan baik bila terpilih sebagai menteri apa pun," kata Yenny serius.  (Sumber: http://goo.gl/LqsdoA)

3.Amy Atmanto (Desainer ternama Indonesia) “Saya senang sekali dengan terpilihnya Puan menjadi menteri. Dia tidak hanya sebagai sahabat, tetapi seorang ibu yang baik, serta mempunyai visi yang kuat.” Meski sudah lama bersahabat, Amy selalu mengagumi Puan. “Puan menginspirasi saya. Sekalipun sibuk, dia masih bisa berkirim pesan ke teman-temannya. Buat saya, dia tipe orang yang tidak banyak bicara, namun banyak bekerja,” tambah desainer ramah ini. Jiwa sosial Puan, kata Amy, tidak diragukan lagi. “Kalau ada acara tertentu atau ulang tahun, misalnya di rumahnya banyak dikirimi bunga, dia selalu mengirimkan ke panti asuhan. Dia masih memikirkan itu dan saya sering terharu,” tutup desainer yang mempunyai karakter desain elegan, charming, dan glamor itu. (Sumber: http://goo.gl/b5QzLC)

4.Lucius Karus, Peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi). seandainya Jokowi-JK akhirnya jadi menunjuk Puan Maharani sebagai anggota kabinet, sangatlah tidak etis jika hal tersebut dianggap bukan karena pertimbangan objektif. Apalagi, bila penunjukan tersebut dikaitkan lingkaran elite pimpinan PDI-P, pandangan demikian dinilai sangat subjektif. "Menilai kapasitas Puan hanya karena latar belakang keluarga menghilangkan fakta lain yang dialami atau diperjuangkan Puan. Hal itu sangat tidak etis dan subjektif. Puan merupakan kader yang telah melewati berbagai proses dan tahapan pengkaderan di PDI-P, yang pada akhirnya menempatkan dirinya sebagai Ketua DPP PDI-P Bidang Politik.” Dia menilainya, hal tersebut wajar adanya karena pada faktanya Puan mampu mengemban jabatan tersebut dan membawa partai itu sukses di Pemilu 2014. Karenanya, dia menilai, “wajar juga bila Puan Maharani harus diberikan peluang yang sama dengan profesional partai lainnya untuk duduk di kabinet. Selain punya latar belakang pendidikan yang terverifikasi, Puan juga meraih banyak prestasi di partai.” "Termasuk juga keberhasilan dirinya untuk memenangkan Jokowi-JK di pilpres yang lalu," imbuhnya. "Dengan modal prestasinya, sudah layak sebenarnya Puan Maharani diganjar posisi politik lain sebagai apresiasi atas kemampuannya memimpin selama ini. Termasuk menjadi menteri yang sesuai dengan kemampuannya." (Sumber: http://goo.gl/HBp5v3)

5.Nico Harjanto, pengamat politik dari Populi Center. Menurut Nico, Puan Maharani sudah punya modal cukup untuk masuk kabinet Jokowi-JK. Sebab untuk masalah pengalaman, Puan tak perlu diragukan karena dia adalah anggota DPR dan memegang jabatan di PDIP. "Memiliki pengalaman jabatan di partai tentunya bisa juga dipertimbangkan untuk masuk ke kabinet. Mereka punya kemampuan komunikasi politik dalam hal mengelola politik." "Saya kira itu nilai lebih yang dimiliki politisi seperti ibu Puan Maharani," sambung Nico. (Sumber: http://goo.gl/eK4eNW)

Ke lima tokoh ini memberikan testimoni tentu berdasarkan pengamatan objektif-imiah, realistis dan (khusus dari kawan-kawannya) berdasar pengalaman pribadi mereka saat berinteraksi langsung dengan sosok—meminjam istilah sebagaian relawan-- “Panglima Revolusi Mental” ini. Tidak seperti kebanyakan lainnya yang bahkan mengenalnya pun tidak, hanya memandang Mba Puan dari optik media dengan sudut pandang curiga dan tendensius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun