Mohon tunggu...
Beseng jie
Beseng jie Mohon Tunggu... -

Rakyat biasa yang belajar, bertahan dan berjuang hidup dinegara yang punya nama Indonesia, belajar dan terus mencoba belajar menjadi orang Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ramadhan, Ctrl + Alt + Del

17 Agustus 2010   15:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan bulan penuh ampunan, Ramadhan bertabur pahala, Ramadhan bulan pensucian jiwa dan raga, begitu banyak kemuliaan dan kemudahan yang ditawarkan bulan suci yang penuh magfirah ini, momentum yang hanya terdapat dalam 1 Bulan diantara 12 bulan dalam setahun, bulan dimana kaum muslimin ramai-ramai berbuat kebajikan berupaya mengumpulkan pahala berlipatganda sesuai dengan yang di janjikan, bulan di mana tempat-tempat peribadahan di penuhi jamaah yang berniat melaksanakan ibadah.

Bulan yang penuh magfirah ini juga berefek pada berubahnya sebahagian pola hidup kaum muslimin menjadi lebih religius, kedermawanan spontan muncul dimana-mana, sumbangan dan bantuan untuk kegiatan keagamaan dikucurkan, anak yatim dan kaum miskin begitu di manjakan di bulan ini, mirip-mirip kampanye partai politiklah pada masa kampanye sebelum pemilu, bedanya cuma dibulan ramadhan upaya berbuat baik dan kedermawanan itu didasari perintah agama yang bertujuan memperoleh pahala yang sebesar-besarnya sedangkan partai politik berbuat baik dalam kampanye sebelum pemiludi motivasi kepentingan politik untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya, intinya perbuatan kedermawanan pada bulan Ramadhan dan pada masa kampanye partai politik sama saja, yang saya maksud sama saja karena sama-sama menharapkan suatu imbalan yang sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya. Moga kebaikan dan kedermawanan di bulan ramadhan ini berlanjut di bulan-bulan di luar ramadhan.

Kalau bulan di luar ramadhan pasar-pasar tradisional ramai pada pagi hari, dibulan ramadhan ini aktifitas transaksi dan perdagangan pasar- pasar berubah ramai pada sore hari, suasana di beberapa tempat juga diraimaikan dengan munculnya beberapa pasar dadakan yang menyediakan berbagai jenis jajanan / menu berbuka puasa, mal-mal berbenah diri berlomba menhias diri dengan berbagai aksesoris dan pernak-pernik ramadhan, turut bersolek dan larut dalam suasana religi, mal-mal jadi lebih ramai dikarenakan menjadi salah satu tempat favorit bagi sebahagian warga melewatkan waktunya menunggu masa berbuka puasa (bahasa kerennya ngabuburit kali), kontras memang apa yang terjadi di bulan ramadhan dengan bulan-bulan selainnya, di bulan ramadhan kaum muslimin keliatan lebih religius (baca : islami) kalimat takbir, istigfar dan ucapan syukur menggantikan bahasa gaul yang biasa digunakan sehari-hari, saling mengingatkan dan memperingati dibulan ini menjadi sesuatu yang wajar baik antara sesama kawan, kerabat bahkan antara bawahan kepada atasan.

Tempat-tempat ibadah (Baca : Masjid, Mussallah) penuh sesak oleh kaum muslim yang berniat melaksanakan ibadah, malah sebahagian dari tempat ibadah tersebut disulap atau tersulap menjadi lebih mirip pasar malam dimana para pedagang ramai menjajakan dagangannya, para muda mudi berseliweran sebahagian murni memang untuk beribadah dan sebahagian lainnya entah dengan motif apa ketempat ibadah tersebut, jejeran saf di tempat ibadah di awal ramadhan begitu padat terisi sampai sebahagian jamaah terpaksa shalat di pekarangan atau koridor tempat-tempat ibadah tapi membludaknya jamaah tersebut akan berbeda ketika sudah memasuki akhir ramadhan, saf yang awalnya padat berangsur kembali seperti hari-hari biasanya hanya di isi oleh orang-orang berumur yang memang sudah menjadi jamaah tetap di tempat ibadah tersebut.

Sehabis Shalat Taraweh,sebelum Sahur atau sesudah Shalat Subuh jalan raya yang biasanya sunyi langgeng, berubah jadi arena balap liar sebagian dari pemuda muslim, jalan raya jadi ajang yang menunjukkan kemampuan mereka dalam adu kecepatan kendaraan bermotor, upaya memacu adrenalin dengan disaksikan puluhan bahkan ratusan penonton yang menyoraki dan menyemangati para pembalap dadakan itu, para penonton berjubel dipinggir-pingir jalan yang menjadi arena balap itu lengkap dengan atribut dan aksesoris ibadah mereka, agar lebih menyemarakkan ajang balalapan ini taruhan pun terkadang dilakukan walau harus patungan katanya sih biar balapannya lebih seru.

Mediapun tak mau ketinggalan saling berebut rating menggunakan momentum ramadhan dengan menayangkan dan memberitakan tayangan, rubrik, kolom khusus dikoran dan tabloid yang bernuansa religi, walau kenyataan dalam penayangan dan pemberitaan tersebut pesan yang ingin disampaikan terkadang terkaburkan dengan banyaknya iklan dalam setiap penayangan dan pemberitaan, kaum muslimin amat dimanjakan oleh media di bulan ramadhan yang penuh magfirah ini, Kultum dan ceramah rohani menggatikan sedikit porsi dari tayangan gosip infotaiment, wajah para muballig jadi familiar akibat sering tertayangkan di televisi para aktris dan artis pun 180 derajat mengikuti trend bulan ramadhan dengan berpenampilan serta bersikap lebih religius agar dapat tetap eksis dan tampil di media, para politisi berubah kalem, pemerintah sedikit lega di bulan ini lepas dari berbagai kritik yang biasanya ditujukan kepada mereka, para aktivis dan para pengkritik larut dalam suasana ramadhan berserah dan menahan diri, benar-benar bulan yang penuh berkah.

Ada yang menarik diramadhan tahun ini para laskar gagah berani yang menamakan diri mereka "Pembela Islam" tidak melakukan show of force, mungkin sudah capek kali ya, atau mungkin sudah memperoleh insentif hari raya dan di iming-imingi pakaian dinas khusus desk anti teror biar nanti tindakan anarkhis yang mereka lakukan terkesan legal ha..ha, sempat bingung juga kok tidak ada isu besar yang muncul paska piala dunia dan video mesum artis, tapi kebingunnganku itu tidak berlansung lama karena akhirnya muncul isu di antara isu-isu yang telah ada, isu lama yang coba di kemas dalam bentuk yang lebih up to date, dibumbui pendapat para pengamat intelejen dan terorisme, ya isu apalagi kalau bukan terorisme.

Dibulan Ramadhan yang penuh kemulian dan kemudahan ini sulit memberikan penilaian terhadap siapa yang kemudian di sebut golongan orang-orang "terselamatkan", apa lagi bila penilaian yang dilakukan sebatas pada penilaian fisik visual karena memang secara fisik, casing dan tampilan sulit dibedakan, malah mereka yang kadang ritual agamanya sesuai penanggalan dan momentum bulanan yang hanya terdapat sekali setahun ini, nampak lebih religius dari mereka yang memang selama hidupnya berjuang dan memperjuangkan kebenaran agama. Walaupun ada kriteria penilaian lain menurutku hasilnya cuma akan beda-beda tipis, semuanya berlomba meraup pahala dan semuanya berusaha memperoleh ganjaran surga. Benar-benar mulia bulan Ramadhan ini semua kaum muslimin punya dan diberi kesempatan memborong pahala berlipat ganda.

Upaya merubah casing dan tampilan menjadi suatu keharusan di bulan ramadhan supaya kesannya lebih religius bagi para pria kopiah, pakaian gamis, sejadah jadi atribut wajib, bagi wanita mukenah, kudung mesti siap di tas selain alat make up tentunya, ya ramadhan berhasil merubah rutinitas sebahagian besar umat muslim, semoga kebiasaan dan nilai positif dibulan yang penuh kemulian ini dapat bertahan di luar bulan ramadhan semoga qaromah dan berkah terus mengalir kepada seluruh kaum muslimin, semoga magfirah ramadhan dapat di nikmati oleh seluruh uma tmanusia, semoga tidak ada lagi kekerasan yang mengatas namakan agama,semoga tidak ada lagi sikap sektarian buta yang mengangap aliran keagamaan yang mereka yakinilah yang paling benar, mari meraup pahala sebesar-besarnya di bulan yang mulia ini, mari jadikan bulan ramadhan sebagai bulan mengevaluasi dan mengitropeksi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun