Mohon tunggu...
Beryl Ardhana Lokatara
Beryl Ardhana Lokatara Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bahaya Minuman Berpemanis sebagai Pemicu Penyakit Diabetes Mellitus

20 Juni 2024   22:38 Diperbarui: 20 Juni 2024   22:39 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Minuman berpemanis, seperti soft drink dan minuman manis lainnya, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Bahkan banyak dari masyarakat kita menggantikan air putih dengan minuman berpemanis. Namun, konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus. Diabetes atau yang sering disebut kencing manis adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disertai dengan kurangnya kerja dan atau sekresi insulin adalah tanda diabetes melitus.

Studi menunjukkan bahwa minuman berpemanis dapat meningkatkan risiko terkena diabetes melitus. Salah satu penelitian yang dilakukan di Desa Nyatnyono, Kabupaten Semarang, menemukan bahwa konsumsi minuman berpemanis memiliki korelasi signifikan dengan tingkat diabetes melitus pada dewasa usia 30 hingga 50 tahun. Penelitian tersebut menemukan bahwa 10,64 persen responden yang termasuk dalam kategori tinggi konsumsi minuman berpemanis termasuk dalam kategori bukan diabetes melitus, dan 89,36 persen responden yang termasuk dalam kategori diabetes melitus.

Berikut beberapa faktor risiko diabetes pada konsumen minuman berpemanis antara lain :

  1. Konsumsi Berlebihan Minuman Berpemanis: Konsumsi minuman berpemanis berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus. Studi di Desa Nyatnyono, Kabupaten Semarang, menemukan bahwa konsumsi minuman berpemanis memiliki korelasi signifikan dengan jumlah kasus diabetes mellitus pada dewasa berusia 30 hingga 50 tahun.

  2. Pola Makan yang Tidak Seimbang: Studi di Indonesia menemukan bahwa pola makan yang tidak seimbang, yang mencakup konsumsi makanan yang tinggi kalori dan lemak, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Studi yang dilakukan di SMP Negeri 21 Makasar menemukan bahwa 58 persen remaja sering mengonsumsi makanan berlemak. Ini meningkatkan risiko terkena diabetes dan obesitas.

  3. Kurangnya Aktivitas Fisik: Kurangnya aktivitas dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Selama bertahun-tahun, kurangnya aktivitas fisik telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko terbesar untuk diabetes melitus. Penelitian telah menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko diabetes melitus, terutama pada perempuan dan usia lanjut.

Untuk mengendalikan konsumsi minuman berpemanis dan mengurangi risiko diabetes, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, masyarakat harus lebih sadar terhadap kandungan gula dalam minuman berpemanis dan mengurangi konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan. Kedua, pemerintah harus meningkatkan pengawasan dan regulasi terhadap industri minuman berpemanis untuk mengurangi penjualan minuman berpemanis yang berlebihan. Ketiga, masyarakat harus meningkatkan aktivitas fisik dan pola makan yang seimbang untuk mengurangi risiko diabetes.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya minuman berpemanis dapat meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus. Berdasarkan studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman berpemanis memiliki korelasi signifikan dengan kasus diabetes mellitus pada masyarakat usia dewasa berusia antara 30 dan 50 tahun. Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, dan genetik adalah faktor risiko diabetes lainnya. Pemerintah harus meningkatkan pengawasan dan regulasi industri minuman berpemanis untuk mengurangi penjualan minuman berpemanis yang berlebihan jika mereka ingin mengurangi konsumsi minuman berpemanis dan mengurangi risiko diabetes. Akibatnya, risiko diabetes dapat dikurangi dan kesehatan masyarakat dipertahankan. Dengan harapan masyarakat juga bisa lebih sadar bahwa diabetes mellitus bukan hanya sebuah penyakit biasa namun bisa menyadari betapa bahayanya diabetes mellitus, terutamanya diabetes mellitus juga bisa diturunkan ke anak cucu. Anak cucu yang juga sebagai korban dari bagaimana kita hidup tidak sehat sangat disayangkan jika terkena diabetes mellitus di usia muda. Dengan membatasi konsumi minuman berpemanis dapat mencegah kita untuk terkena diabetes mellitus, selain itu juga diperlukan pola hidup yang seimbang.

Referensi

Agung, S. Q. M., & Hansen, H. (2022). Studi Konsumsi Junk Food dan Soft Drink sebagai Penyebab terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja. Borneo Studies and Research, 3(2), 1774-1782.

Astuti, I. D. W., Maryanto, S., & Pontang, G. S. (2018). HUBUNGAN KONSUMSI MINUMAN BERPEMANIS DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS PADA DEWASA USIA 30-50 TAHUN DI DESA NYATNYONO KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG: THE CORRELATION BETWEEN CONSUMPTION OF SWEETENED BEVERAGES AND PHYSICAL ACTIVITIES WITH INCIDENCE OF DIABETES MELLITUS IN 30-50 YEARS OLD AT NYATNYONO VILLAGE SEMARANG REGENCY. JURNAL GIZI DAN KESEHATAN, 10(24), 132-141.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun