Anjrr....., Ernest Prakasa. Digembar-gemborkan sebagai film komedi, istri dan saya pun mendatangi Bintaro Jaya Xchange Mall XXI untuk menyaksikan film “Cek Toko Sebelah”. Tapi benar-benar semprul si Ernest Prakasa yang menulis, mensutradari, sekaligus menjadi pemain utama film itu. Emang bisa aja ya lo, bikin penonton terharu, menangis, gembira, tertawa, bahkan ngakak, sepanjang film diputar.
“Cek Toko Sebelah” ternyata bukan film komedi. Mungkin lebih tepat disebut film drama keluarga yang benar-benar patut diacungi jempol. Sebelum menonton, dalam bayangan bakal tertawa sana-sini sepanjang film. Ternyata tidak. Bukan hanya tertawa. Film ini juga membuat penonton terharu, menangis, sampai perlu menyediakan saputangan atau kertas tissue untuk mengelap airmata yang terurai.
Buseettt, keren banget. Lebih dikenal sebagai “komika” – sebutan untuk stand up comedian – yang tak malu mengolok-olok diri sendiri dan etnisnya sendiri, keturunan Tionghoa, “Cek Toko Sebelah” yang digarap Ernest Prakasa merupakan pencerminan kisah kehidupan sehari-hari yang tidak mengada-ada.
Kisah keluarga ayah, Koh Afuk (diperankan oleh Chew Kin Wah) dengan dua anak yang ibunya telah meninggal dunia. Sang sulung, Yohan (Dion Wiyoko), kurang dianggap sang ayah, karena kuliahnya tak lulus dan pernah dipenjara tiga bulan setelah ditangkap karena memakai narkoba, dan kini hanya hidup dengan istri, Ayu (Ardinia Wirasti), yang tinggal di rumah kontrakan, dan menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai fotografer yang penghasilannya kadang ada, kadang tidak. Untung istrinya membantu dengan membuat kue-kue dan berjualan kue.
Sang ayah lebih mengasihi adiknya, Erwin (Ernest Prakasa), yang lulusan sekolah luar negeri dan kini bekerja di perusahaan multinasional. Punya pacar, Natalie (Gisella Anastasia), yang juga “berkelas”. Bahkan belakangan si bungsu “tembus” seleksi dan bakal ditempatkan di Singapura oleh kantor pusat perusahaan yang berada di Hong Kong.
Sang ayah sendiri mempunyai toko kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan pokok. DI sebelahnya ada toko yang menjual dagangan sejenis. Keduanya saling bersaing, namun secara sehat. Suatu ketika, karena merasa kesehatannya makin menurun, Koh Afuk ingin “pensiun” dan dia memilih Erwin untuk meneruskan usahanya.
Erwin sebenarnya menolak, karena dia ingin membina kariernya yang tengah melesat. Sementara Yohan yang ingin meneruskan pekerjaan ayahnya, tak dihiraukan. Cerita menjadi mengharukan ketika Yohan “mengadukan” nasibnya di makam sang ibu.
Apalagi belakangan ketika Erwin sudah menjalani mengurus toko selama sebulan sesuai perjanjian dengan ayahnya, dia tak mau lagi bekerja di toko itu. Dia memilih ingin menjadi karyawan perusahaan multinasional di Singapura. Sang ayah terpukul, lalu akhirnya dia menandatangani perjanjian menjual toko itu ke sebuah developer yang sudah berulangkali ingin membeli tanah di sekitar itu lewat manajernya (diperankan oleh Tora Sudiro).
Banyak tawa, banyak kegembiraan. Tetapi Ernest Prakasa berhasil membangun suasana haru bahkan membuat penonton menangis lewat adegan yang tak dibuat-buat. Persahabatan antara kakak dan adik, kasih sang ayah, kasih istri pada suaminya, oowwww anjrrr...... Ernest Prakasa, lo bikin banyak penonton gantian nangis dan ketawa.
Secara keseluruhan, inilah penilaian saya dari 1 yang paling jelek sampai 5 yang paling bagus:
Cerita: 4/5