Wacana membentuk dewan museum di DKI Jakarta yang dilontarkan Dhani Ahmad, musisi yang pernah mencalonkan diri menjadi Bupati Bekasi tetapi gagal, bisa jadi karena yang bersangkutan kurang informasi mengenai keberadaan permuseuman di Indonesia, dan khususnya di Jakarta.
Seperti diberitakan di berbagai media massa dan media sosial, Dhani Ahmad yang mengaku sebagai ahli museum (bahkan satu-satunya ahli museum bersama anggota DPR Fadli Zon) berencana membentuk dewan museum untuk mengurus masalah permuseuman di Jakarta. Tanpa bermaksud merendahkan, meski hanya lulusan SMA, bisa saja Dhani Ahmad memang secara otodidak belajar tentang permuseuman. Walaupun, masih belum pernah terdengar kiprahnya di dunia permuseuman.
Sebenarnya di Jakarta, cukup banyak organisasi dan komunitas pemerhati museum yang selama ini telah berkiprah membantu pengelolaan museum sesuai kapasitas masing-masing. Seperti diketahui, museum-museum di Indonesia tergabung dalam kelompok yang diberi nama Asosiasi Museum Indonesia (AMI). Di tingkat daerah, dibentuk pula AMI Daerah yang disingkat AMIDA. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, AMIDA tersebut diberi nama Paramita Jaya, dan telah cukup lama berkiprah dan bergandengan tangan dengan Pemerintah Provonsi DKI Jakarta dalam mengembangkan museum-museum yang ada di ibu kota RI, baik museum milik pemerintah maupun museum swasta.
Bahkan dalam Paramita Jaya, Gubernur DKI Jakarta menjadi Dewan Pembina, bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, serta Direktur Utama Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di TMII memang terdapat cukup banyak museum yang bertebaran sejak pintu masuk sampai ke area dalam salah satu destinasi wisata unggulan di Jakarta itu.
Organisasi lainnya adalah Yayasan Mitra Museum Jakarta (YMMJ)di bawah pimpinan Sudarmadji Damais, salah satu tokoh permuseuman yang pernah menjadi Kepala Museum Sejarah Jakarta. Organisasi ini dibentuk atas inisiatif dan komitmen bersama para pendirinya, yang bertujuan untuk memperbaiki pengelolaan museum-museum di Indonesia.
Sama seperti Paramita Jaya, di dalam YMMJ juga banyak terdapat pakar, praktisi dan akademisi yang memang telah berkiprah dalam permuseuman. Tak sedikit yang merupakan lulusan S-2 dan S-3 dalam bidang museologi (ilmu permuseuman), yang sebagian telah cukup sering mengikuti pelatihan permuseuman tingkat internasional.
YMMJ itu pada Kamis, 6 Juli 2017 mengadakan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penandatanganan antara Gubernur DKI Jakarta dan Ketua Umum YMMI, Sudarmadji Damais, itu berlangsung di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta. YMMI sejak 2016 telah membantu beberapa museum di Jakarta, termasuk dalam penyelenggaraan sejumlah pameran di museum-museum yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, saat ini terdapat sejumlah museum yang dikelola, yaitu Museum Sejarah Jakarta, Museum Gedung Joang 45, Museum MH Thamrin, dan Museum Prasasti di bawah Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta. Lalu ada lagi, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, dan Museum Tekstil di bawah Unit Pengelola Museum Seni. Serta, Museum Bahari, Taman Arkeologi Onrust , dan Situs Marunda di bawah Unit Pengelola Museum Kebaharian. Satu lagi, Museum Sejarah Nasional di bawah Unit Pengelola Kawasan Monumen Nasional.
Selain Paramita Jaya dan YMMJ, masih banyak lagi komunitas yang selama ini telah ikut membantu memperbaiki pengelolaan museum, tentu saja disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Termasuk komunitas-komunitas anak muda pencinta museum. Sebut saja, Komunitas Pencinta Museum Indonesia (KPMI), Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), Sahabat Museum, dan banyak lagi. Bahkan KPBMI telah membuat surat terbuka kepada Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan, untuk memanfaatkan keberadaan Paramita Jaya dan organisasi serta komunitas museum yang sudah ada, untuk membantu memperbaiki pengelolaan museum di Jakarta.
Sekali lagi, tanpa mengurangi itikad dari seorang Dhani Ahmad, mungkin keinginan Dhani itu bisa disinergikan dengan organisasi dan komunitas yang ada, jadi tak perlu lagi membentuk Dewan Museum secara khusus. Bahkan bukan tidak mungkin Dhani melalui "jalur selebriti"-nya bisa membantu mengumpulkan dana atau lainnya untuk membantu memperbaiki sejumlah museum yang ada, baik milik pemerintah maupun milik swasta. Termasuk pula membantu mempromosikan agar semakin banyak masyarakat yang menjadikan museum sebagai alternatif utama untuk berkunjung, setidaknya satu orang sekali dalam sebulan.
Bayangkan, kalau sekitar 1 juta saja dari penduduk yang mempunyai KTP DKI Jakarta sekali sebulan datang ke museum, pasti museum kembali ramai dan bergairah. Dan untuk itu tak perlu ada Dewan Museum.