Keberadaan beragam media sosial memang memudahkan manusia berinteraksi. Selama ada jaringan internet yang terkoneksi, maka di mana pun kita berada, dapat berinteraksi dengan lainnya. Saling mengirim kabar, foto, gambar, sampai saling berkomentar dan menyampaikan saran atau kritik.
Namun, karena demikian mudahnya orang menulis komentar dan kritik di media sosial, maka menyebabkan sebagian dari kita terlalu “bernafsu” memencet tombol menyusun huruf per huruf, jadi kata, jadi kalimat, dalam semenit atau lebih sedikit, dan segera mengirim komentar dan kritik itu melalui media sosial yang akunnya dimiliki masing-masing.
Hal itu terjadi di mana-mana. Komentar dan kritik bertebaran di media sosial. Kadang benar dan masuk akal, kadang berlebihan, bahkan tidak benar sama sekali isinya. Itulah yang menyebabkan siang tadi saya juga membuat status di akun Facebooksaya bertajuk “Soal Komentar dan Kritik”. Isinya begini:
“Kalau orang melemparkan komentar atau mengritik sesuatu, padahal isu, komentar, kritik yang dilemparkan tidak atau kurang tepat, maka ada beberapa kemungkinan:
1. Nafsu atau keinginan mengomentari atau mengritik terlalu cepat tanpa mencari tahu informasi yang sebenarnya;
2. Memang hanya ingin mengomentari atau mengritik dan tidak atau malas mencari mencari tahu informasi yang sebenarnya;
3. Mencoba mencari informasi tetapi mendapatkan informasi yang kurang benar, sehingga mengomentari atau mengritik yang kurang benar pula;
4. Niatnya memang mengomentari atau mengritik, tidak peduli benar atau salah, tepat atau kurang tepat.
Otokritik pada diri saya sendiri: kadang-kadang butir 1 dan 3 menimpa diri saya juga. Untuk itu saya berusaha sedapat mungkin untuk cek dan ricek. Cari tahu informasi sebanyak-banyaknya, kalau perlu tanya ke tempat lain yang diperkirakan dapat membantu memberi informasi yang benar.
Media sosial yang cukup dengan mudah menekan tombol huruf dan menyebarluaskannya, memang membuat orang untuk cepat-cepat untuk berkomentar dan mengritik. Untuk itu, diperlukan kejernihan diri, tarik nafas panjang, baca ulang komentar dan kritik yang ditulis, cek dan ricek, baru tekan tombol kirim”.
Begitu status yang saya buat dan saya akhiri dengan tiga tagar (tanda pagar) atau hashtag: #berusahajujur #cekdanricek #mediasosial. Tagar yang memang benar-benar mengungkapkan apa yang ingin saya kemukakan, berusaha jujur serta lakukanlah cek dan ricek sebelum mengunggah komentar atau kritik di media sosial.