[caption id="attachment_361739" align="aligncenter" width="240" caption="Inilah logo dari Asia-Pacific Region (APR) Outstanding Scout Award yang akan menjadi desain utama medali untuk para Pandu/Pramuka Teladan. (Foto: Istimewa)"][/caption]
Setiap tiga tahun sekali, Komite Kepanduan Asia-Pasifik (Asia-Pacific Regional/APR Scout Committee) menyelenggarakan pemilihan APR Outstanding Scout Award (APROSA). Pemilihan Pandu/Pramuka Teladan itu telah dilaksanakan sejak Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik di New Delhi, India, pada 2001. Sejak saat itu, tiap konferensi sejenis, pada 2004 (di Brunei Darussalam), 2007 (Jepang), 2009 (Malaysia), dan 2012 (Bangladesh), selalu diadakan pemilihan serupa.
Kali ini, pendaftaran sudah dibuka untuk pemilihan yang akan dilakukan di Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik ke-24 di Korea Selatan, pada November 2015. Direktur Regional Biro Kepanduan Asia-Pasifik, J. Rizal C. Pangilinan, baru saja mengirimkan edaran tertanggal 20 April 2015 tentang kesempatan kepada para Pandu/Pramuka di kawasan Asia-Pasifik mengikuti APR Outstanding Scout Award yang untuk keenam kalinya diadakan.
Bila sebelumnya, pemilihan hanya terbuka untuk Pandu/Pramuka yang berusia 14 sampai 17 tahun, kali ini usianya ditingkatkan, yaitu terbuka untuk mereka yang berusia 15 sampai 20 tahun. Di Indonesia itu berarti termasuk golongan Pramuka Penggalang (11-15 tahun) dan Pramuka Penegak (16-20 tahun). Jadi Pramuka Penggalang dan Penegak yang berada dalam kurun usia 15 sampai 20 tahun bisa mengikutinya.
Sejak diadakan pertama kali sampai 2012, Gerakan Pramuka belum pernah mengirimkan calonnya. Padahal, Gerakan Pramuka dari Indonesia tercatat memiliki jumlah anggota Pramuka yang terbanyak di seluruh dunia. Dari sekitar 40 juta Pandu/Pramuka di seluruh dunia, setengahnya atau 20 juta lebih berasal dari Indonesia. Jadi sebenarnya tak sulit untuk mencari calon dari Indonesia.
Ditambah lagi penghargaan khusus bagi Pramuka Teladan bukan hal baru di Indonesia. Bahkan sejak beberapa tahun lalu, seorang Pramuka Teladan juga mendapatkan lencananya diserahkan langsung oleh Presiden selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka dalam upacara Hari Pramuka tingkat nasional pada 14 Agustus dan biasanya diadakan di Cibubur, Jakarta Timur.
Sementara, sudah cukup banyak organisasi nasional kepanduan yang anggotanya jauh lebih sedikit, mendapatkan penghargaan APROSA. Contohnya Scout Association of Maldives dari Kepulauan Maladewa yang jumlah anggotanya hanya sekitar 5.000 orang, pernah ada anggotanya yang memenangkan penghargaan tersebut.
Syarat Pemilihan
APROSA terbuka untuk semua Pandu/Pramuka di kawasan Asia-Pasifik. Namun tiap organisasi nasional kepanduan, seperti Gerakan Pramuka di Indonesia, hanya boleh mengirim satu orang calon saja. Lalu bagaimana tiap-tiap negara memilih calonnya?
Hal itu tak diatur oleh Komite Kepanduan Asia-Pasifik, tetapi diserahkan tata cara pemilihannya kepada organisasi nasional kepanduan masing-masing negara. Di Filipina, Boy Scouts of the Philipppines (BSP) misalnya mengadakan pemilihan Ten Outstanding Scouts atau Sepuluh Pramuka Teladan. Dari sepuluh orang itu, nanti akan dipilih yang terbaik untuk mewakili Filipina. BSP boleh merasa beruntung. Dukungan dari pihak Pemerintah terhadap kepramukaan di sana sangat kuat. Apalagi Presiden BSP, Jejomar C. Binay, adalah juga Wakil Presiden Republik Filipina. Beliau pula langsung menyerahkan medali dan penghargaan kepada Sepuluh Pramuka Teladan di negaranya.
Lain organisasi nasional kepanduan lain pula caranya. Ada yang memberikan kesempatan kepada semua calon yang memenuhi syarat untuk mengirim data-datanya secara tertulis. Kemudian di tingkat nasional, ada tim penyeleksi yang biasanya dipimpin oleh wakil ketua kwartir nasional bersangkutan yang mengurus bidang peserta didik (bina anggota muda) dan sekretaris jenderalnya. Tim akan menyeleksi semua data yang ada, kemudian memilih tiga terbaik. Selanjutnya tiga terbaik itu diundang ke kantor kwartir nasional bersangkutan untuk diuji dan dipilih yang terbaik sebagai calon penerima APROSA dari negara bersangkutan.
Tentu saja yang dicalonkan dari tiap-tiap negara harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Komite Kepanduan Asia-Pasifik. Lalu apa saja syaratnya? Selain usia antara 15 sampai 20 tahun, calon yang bersangkutan juga harus merupakan siswa yang kemampuan akademiknya berada di atas rata-rata, kalau bisa merupakan yang terbaik di sekolahnya. Calon juga harus mempunyai kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan baik, dalam Bahasa Inggris atau bahasa negaranya.
Calon juga harus sudah menyelesaikan syarat kecakapan umum dengan tingkatan tertinggi di organisasi nasional kepanduan negaranya. Di Indonesia, kalau dia seorang Pramuka Penggalang, sudah harus mencapai tingkatan Penggalang Terap. Sedangkan kalau dia seorang Pramuka Penegak, sudah harus menyelesaikan tingkatan Penegak Laksana. Akan lebih bagus bila calon dari negara bersangkutan juga sudah menyelesaikan tingkatan paling utama di masing-masing golongan, yaitu yang di Indonesia dikenal dengan nama Pramuka Garuda, baik sebagai Pramuka Penggalang Garuda maupun Pramuka Penegak Garuda. Nama tingkatan paling utama di masing-masing negara tidak sama, ada yang menyebutnya Eagle Scout, Fuji Scout di Jepang, Pengakap Raja di Malaysia dan Brunei, dan banyak lagi. Tetapi intinya, mereka adalah Pramuka terbaik dengan tingkatan tertinggi di golongan usianya.
Di Atas Rata-rata
Seperti sudah disebutkan, calon memang harus mempunyai prestasi di atas rata-rata pada pendidikan formal di sekolah, tetapi juga mempunyai prestasi mengagumkan di luar sekolah. Misalnya di sekolah dia harus tercatat sering menjadi juara kelas atau nilainya di atas rata-rata teman sekelasnya. Lalu di luar sekolah, aktivitasnya juga harus berprestasi baik. Misalnya, dia ikut Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) dan berhasil memenangkan berbagai lomba KIR. Kalau dia aktif di olahraga dan kesenian, juga harus berprestasi dengan baik.
Semuanya itu harus dibuktikan dengan keterangan tertulis dari sekolah, fotokopi rapor dan ijazah, fotokopi sertifikat penghargaan yang pernah diterima, bahkan kalau ada guntingan suratkabar yang memberitakan prestasinya, dan sebagainya. Data-data itu boleh dalam Bahasa Indonesia, tetapi sebaiknya disertakan informasi tertulis dalam Bahasa Inggris.
Tadi sudah disebutkan bahwa calon harus mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris atau bahasa negaranya. Tetapi pemahaman dan pengertian Bahasa Inggris tetap diperlukan. Walaupun mungkin tidak terlalu lancar menggunakannya, calon diharapkan dapat mengerti pembicaraan dan menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris. Hal ini akan diperlukan bila yang bersangkutan masuk babak final.
Di Asia-Pasifik ada 26 organisasi nasional kepanduan, berarti kalau tiap organisasi mengirimkan satu calon, aka nada 26 calon penerima APROSA. Data-data lengkap dari ke-26 calon itu dikirimkan ke kantor Biro Kepanduan Asia-Pasifik di Makati City, Filipina. Tim khusus akan menyeleksi berdasarkan data-data yang ada menjadi lima orang terbaik.
Kelima orang itulah yang akan diundang ke Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik di Korea Selatan. Nanti, di sela-sela konferensi, suatu tim panel akan mewawancari kelima calon tadi. Dari hasil wawancara dan penelitian terhadap data tertulis yang ada, akan dipilih tiga terbaik penerima APROSA, dan dua sisanya akan ditetapkan sebagai runner-up. Kelimanya memang akan menjadi pemenang, hanya tingkatannya berbeda.
Jadi setelah sejak awal diselenggarakan pada 2001 tidak pernah ada calon dari Indonesia, kini saatnya Gerakan Pramuka mengirimkan calon terbaiknya. Tidak terlalu berlebihan pula bila kita bisa mengharapkan pada tahun ini akan ada remaja Indonesia yang menjadi Pramuka Teladan Asia-Pasifik. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H