[caption caption="iJakarta, perpustakaan digital yang digagas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (Foto: Berthold DHS)"][/caption]
Luar biasa, paling tidak bagi saya seorang pencinta buku dan yang senang berkunjung ke perpustakaan. Senin (12/10) dan Selasa (13/10) ini, orang “nomor satu” dan orang “nomor dua” di DKI Jakarta, bersamaan meresmikan perpustakaan, yang berbeda “bentuk”nya dan berbeda tempatnya. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahajapurnama, meluncurkan aplikasi perpustakaan digital bernama iJakarta pada puncak Hari Anak Jakarta Membaca yang diselenggarakan di Balai Kota DKI Jakarta, pada Selasa, 13 Oktober 2015.
Sehari sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, meresmikan perpustakaan di Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Pada peresmian itu, Djarot meminta agar semua Rusunawa milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dapat segera dilengkapi dengan perpustakaan.
Sementara pada acara Hari Anak Jakarta Membaca, Gubernur DKI Jakarta yang akrab dipanggil Ahok itu mengatakan, iJakarta diharapkan dapat mempermudah warga ibu kota mengakses buku-buku berkualitas dengan cara yang lebih mudah. Cukup menggunakan telepon genggam pintar (smartphone) dengan aplikasi android.
Di tengah-tengah “perdebatan” masih perlukah perpustakaan secara fisik di mana ada ruangan berisi rak-rak buku dan tempat membaca yang nyaman, saat orang sudah bisa mengakses beragam informasi secara digital dan online internet, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memilih untuk menyediakan keduanya. Di bawah kordinasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin oleh Tinia Budiati, diupayakanlah penyediaan aplikasi android iJakarta, yang bisa diakses dengan smartphone.
Namun, BPAD DKI Jakarta bukan hanya menyediakan perpustakaan lewat jaringan aplikasi android di smartphone saja. Di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang terletak di kawasan Cikini Raya, Jakarta Pusat, juga ada perpustakaan yang dikelola instansi pemerintah tersebut. Perpustakaan itu bahkan mempunyai jam buka layanan publik sampai malam setiap harinya. Ruangan perpustakaan yang cukup nyaman dan anggota perpustakaan dapat meminjam buku untuk dibawa pulang, menyebabkan cukup banyak warga Jakarta yang datang. Kalau pun ada yang harus ditambah, adalah menyediakan pula jaringan internet tanpa kabel (wi-fi) secara gratis bagi pengunjung perpustakaan.
Apa pun itu, usaha yang telah dilakukan BPAD DKI Jakarta patut dipuji. Bila nanti setiap Rusunawa tersedia perpustakaan, akan lebih baik pula bila jaringan wi-fi gratis juga tersedia. Di samping tentu saja bila memungkinkan penyediaan beberapa smartphone dengan aplikasi android yang terhubung dengan jaringan internet. Ini akan memudahkan para penghuni Rusunawa untuk juga dapat menikmati buku-buku yang tersedia di iJakarta.
Sekaligus pula seperti dikatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta, perpustakaan dapat dijadikan tempat belajar dan berinteraksi antarwarga. Tampaknya, inilah yang bakal menjadikan perpustakaan dalam bentuk fisik akan tetap diinginkan tetap dipertahankan keberadaannya. Berinteraksi secara langsung – yang sekaligus berarti juga bersosialisasi – antara pengunjung, staf perpustakaan, dan lainnya, menyentuh secara nyata buku-buku yang ada, membolak-balik halaman, merasakan “atmosfer” perpustakaan secara utuh, rasanya tetap belum dapat tergantikan dengan perpustakaan-perpustakaan digital atau perpustakaan online.
Meski seperti sudah disebutkan, keberadaan perpustakaan online seperti iJakarta juga membantu orang yang karena berbagai hal, sulit untuk mendapat akses langsung ke perpustakaan nyata. Jadi sudah tepat langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menjadikan fasilitas perpustakaan nyata dan perpustakaan digital serta online sekaligus. Keduanya saling melengkapi satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H